Belakangan ini, Indonesia menerima banyak imigran ilegal yang masuk melalui Aceh. Hingga tahun 2023, gelombang kedatangan tercatat mencapai ribuan orang.
Para imigran itu merupakan etnis Rohingya asal Myanmar yang mencari perlindungan serta tempat tinggal. Kedatangannya silih berganti, baik menggunakan kapal kayu kecil, maupun dengan cara menumpang pada kapal lain yang melewati Indonesia, khususnya Aceh.
Pada awal 2025, tercatat sebanyak 264 pengungsi Rohingya tiba di Indonesia. Hal itu menambah jumlah pengungsi yang terus berdatangan selama beberapa
Indonesia termasuk yang paling sedikit menerima kedatangan Rohingya dibandingkan negara-negara lain.
Asal etnis Rohingya berada di Burma, nama Myanmar saat itu, karena dibawa oleh Inggris. Selain itu, Perjanjian Yandabo turut memberi pengaruh pada situasi tersebut.Â
Isinya adalah Britania mengambil jajahan bekas kerajaan Arakan dan bekas wilayah Siam di Ye, Tavoy, dan Mergui.
Hukuman finansial akan diberlakukan, dan Burma harus menerima kehadiran Britania. Sebagai penguasa Burma, Inggris merasa memiliki kuasa memasukkan pendatang dan menempatkannya di tanah jajahan.
Nenek moyang orang Rohingya bukanlah orang Bangladesh, melainkan campuran dari Arab, Turki, Persian, Afghan. Bengali, Moors, Mughal, Pathans, Maghis, Chakmas, Belanda, Portugis, dan Indo-Mongoloid.
Awalnya, Rohingya menguasai wilayah Rakhine (sekarang Arakan), Myanmar, selama berabad-abad. Saat itu, Rakhine dikuasai oleh Bamar, etnis dominan di Burma (Myanmar).
Namun, menjelang kemerdekaan Burma dari penjajah, tahun 1948 Burma menghapus kewarganegaraan etnis Rohingya serta menyatakan bahwa mereka keturunan Bengali. Tak hanya disebabkan campur tangan negara, kecemburuan sosial menjadi latar belakang yang membuat konflik semakin parah.