Mohon tunggu...
Deka Syahwita
Deka Syahwita Mohon Tunggu... Mahasiswa Ekonomi | Aktif Menulis Opini

Menulis adalah cara saya berbagi pandangan. Tertarik pada isu ekonomi, politik internasional, dan dinamika sosial. Hobi membaca, menonton film dokumenter, dan diskusi tentang sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bergabung dengan BRICS: Teror Ekonomi atau Peluang Strategis?

10 September 2025   19:55 Diperbarui: 10 September 2025   19:55 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Langkah pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo untuk membawa Indonesia bergabung dengan BRICS menuai pro dan kontra. Di satu sisi, blok ini dianggap sebagai penyeimbang dominasi Barat dan pintu masuk ke peluang ekonomi baru. Namun di sisi lain, ancaman berupa sanksi, tekanan geopolitik, hingga potensi ketergantungan pada negara besar seperti China dan Rusia juga menjadi risiko nyata. Pertanyaannya, apakah BRICS akan menjadi jembatan emas bagi Indonesia, atau sebaliknya jebakan teror ekonomi yang berisiko pada stabilitas nasional?

Apa Itu BRICS?

BRICS merupakan akronim dari Brazil, Russia, India, China, dan South Africa. Awalnya, kelompok ini dibentuk sebagai wadah kerja sama negara-negara berkembang untuk menyeimbangkan dominasi ekonomi negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Seiring waktu, BRICS berkembang menjadi forum ekonomi dan politik yang punya ambisi besar yaitu membangun sistem keuangan alternatif, memperkuat perdagangan antaranggota, hingga mengurangi ketergantungan pada dolar AS (dedolarisasi). Saat ini, BRICS sudah membuka pintu bagi keanggotaan baru dan Indonesia termasuk salah satu yang dilirik untuk bergabung.

Mengapa Indonesia Tertarik?

Bagi Indonesia, bergabung dengan BRICS tentu punya sejumlah alasan strategis:

  • Diversifikasi Ekonomi

Dengan masuk ke BRICS, Indonesia berpeluang memperluas akses pasar non-Barat, memperkuat ekspor komoditas, dan menarik investasi dari negara-negara berkembang yang pertumbuhannya pesat.

  • Panggung Diplomasi Global

Keanggotaan BRICS bisa meningkatkan posisi tawar Indonesia di forum internasional, tidak lagi hanya sebagai “penonton”, melainkan sebagai bagian dari poros baru ekonomi dunia.

  • Alternatif Pendanaan

BRICS memiliki lembaga keuangan sendiri seperti New Development Bank (NDB), yang dapat menjadi sumber pendanaan alternatif untuk infrastruktur, energi hijau, dan pembangunan nasional.

Dengan kata lain, Indonesia melihat BRICS sebagai peluang untuk memperluas jejaring global di luar dominasi Amerika dan Eropa.

Bahaya yang Mengintai

Namun, langkah ini bukan tanpa risiko besar. Setidaknya ada beberapa bahaya yang harus diwaspadai:

  • Tekanan dari Barat

Jika Indonesia terlalu condong ke BRICS, Amerika Serikat dan sekutunya bisa merespons dengan tekanan ekonomi. Misalnya, hambatan perdagangan, pengurangan investasi, atau bahkan sanksi non-tarif. Mengingat AS dan Eropa adalah mitra dagang utama, ketegangan ini bisa berimbas langsung pada ekspor dan stabilitas rupiah.

  • Ketergantungan pada China dan Rusia

BRICS sering dianggap sebagai blok yang didominasi oleh China dan Rusia. Artinya, keputusan strategis dalam kelompok ini bisa saja lebih banyak menguntungkan dua negara tersebut. Indonesia berisiko kehilangan independensi dalam mengambil keputusan ekonomi jika terlalu larut dalam orbit geopolitik mereka.

  • Gangguan Stabilitas Keuangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun