Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kucing Hitam dari Panduman, Mengembangkan Kesenian Madura di Jember

30 Oktober 2021   06:23 Diperbarui: 30 Oktober 2021   06:38 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Dewan Kebudayaan Jember

Desa Panduman Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember, Jawa Timur, merupakan salah satu pusat budaya yang ada di Jember. Pernyataan itu tidak terlalu berlebihan karena di desa ini terdapat bermacam kesenian yang sudah berkembang sejak lama. Kita bisa menjumpai ta' buta'an (kesenian topeng yang menyerupai ondel-ondel), pencak tradisional, kucing-kucingan (kesenian topeng menyerupai kucing), pe sapean (kesenian topeng menyerupai sapi), hadrah, jaranan, dan yang lain. Di desa ini bahkan terdapat pengrajin ta' tabuta'an dan alat kesenian lain berbahan kayu. Seniman senior itu bernama Pak Mukris. 

Selain membuat topeng untuk ta' buta'an, pe sapean dan yang lain, untuk mengembangkan kesenian Madura di Jember, ia juga mendirikan paguyuban atau kelompok seni yang diberi nama "Kucing Hitam". Bersama putranya, Sudar (Jaka Taruno), ia mengelola paguyuban ini sepenuh hati. Artinya, tidak semata-mata mencari keuntungan komersial, tetapi lebih dilandasi keinginan untuk terus mengembangkan budaya leluhur. 

Sepertihalnya komunitas seni lainnya, mereka merangkul kaum muda di kawasan Panduman dan sekitarnya untuk bergabung. Bukan hanya untuk keperkuan pentas (tanggapan), tetapi juga untuk latihan. Kaum muda pun cukup antusias untuk bergerak bersama, memajukan budaya Jemberan yang cukup beragam. Mayoritas mereka adalah keturunan Madura yang bersifat terbuka dalam hal budaya, tetapi masih berkeinginan untuk mengembangkan budaya nenek moyang. 

Menariknya, di dalam "Kucing Hitam", kita bisa menemui bermacam bentuk kesenian, seperti can macanan kaduk, kucing kucingan, pencak tradisional, seni tembang, pe sapean, dan ta buta'an. Jadi, bisa dibilang "paket lengkap" atau "campur sari" karena terdiri dari bermacam bentuk kesenian rakyat. Ragam kesenian tersebut menjadi keunikan dari kelompok ini sekaligus menunjukkan sikap terbuka dan lentur dalam mengembangkan bermacam kesenian di kawasan Jember. Para seniman keturunan Madura bisa dengan terbuka menembangkan lagu-lagu Jawa ataupun Banyuwangian. Mereka juga bisa menyerap gerakan-gerakan koreografis dari Banyuwangi maupun Jawa kulonan. 

Ta'buta'an milik
Ta'buta'an milik "Kucing Hitam" (Dok. Dewan Kebudayaan Jember)

Tentu saja, keberadaan ragam kesenian dalam satu paguyuban bisa menjadi keuntungan sekaligus tantangan. Keuntungannya, paguyuban bisa memberikan pilihan kepada calon penanggap, sehingga mereka tidak perlu mencari kelompok seni dari kawasan lain. Tantangannya, dibutuhkan keseriusan, kejelian dan kreativitas agar yang beragam tersebut bisa memberikan hiburan yang memukau. 

Bagi Pak Mukris, Sudar dan seluruh seniman muda di "Kucing Hitam", berkesenian bukan semata-mata terkait materi/uang. Tentu kalau diukur dari materi, penghasilan mereka dari tanggapan pasti relatif kecil. Namun, ada kekuatan lain yang membuat mereka mencintai kesenian rakyat Madura, yakni kebahagiaan dan komitmen. Mereka menemukan kebahagiaan ketika memainkan aneka kesenian, ketika melihat sorak sorai dan kegembiraan penonton, ketika bisa membuat rakyat bahagia. Para seniman muda itu juga menanamkan komitmen untuk terus menghadirkan kesenian rakyat bersama rasa bahagia. Dari sinilah kita bisa menemukan cara sederhana para seniman muda memajukan budaya lokal di Jember: dengan kebahagiaan dan komitmen.

"Kucing Hitam" memberikan contoh laku budaya yang melampaui masa demi masa. Didirikan pada era 1970-an dan bisa bertahan hingga saat ini tentu merupakan prestasi yang luar biasa. Bukan pekerjaan mudah mempertahankan keberadaan kelompok seni selama sekian puluh tahun. Apalagi bisa membina para seniman muda yang siap bersama-sama mengembangkan budaya lokal.

Pemerintah Desa Panduman sudah saatnya memikirkan sebuah even budaya tahunan yang bisa mengembangkan potensi seni seperti yang dimiliki "Kucing Hitam" dan paguyuban-paguyuban lainnya. Para seniman muda perlu diberikan wadah ekspresi yang bisa membuat mereka semakin bangga dan bahagia untuk terus bergerak memajukan budaya Jemberan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun