Mohon tunggu...
Defrida
Defrida Mohon Tunggu... Penulis

Peminat Sejarah, Budaya dan Kajian Keamanan Nasional. Cita-cita jadi anggota KOWAL tapi gagal karena mabuk laut. Ingin jadi WARA tapi phobia ketinggian. Ingin jadi Diplomat tapi TOEFL belum 600.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengurai "tamparan" Trump pada Zelenskyy di Meja Oval

2 Maret 2025   05:03 Diperbarui: 2 Maret 2025   09:57 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber foto : Reuters/Nathan Howard) 

Dalam wawancara selanjutnya dengan Fox News, Zelensky mengatakan pertukaran di Oval Office dengan Trump dan Vance "tidak baik untuk kedua belah pihak". Menanggapi klaim Trump bahwa Zelensky tidak tertarik pada perdamaian, dia menegaskan bahwa tidak ada yang ingin perang tiga tahun ini berakhir lebih dari orang Ukraina. Namun, dia mengatakan Ukraina dan Eropa membutuhkan jaminan keamanan dari AS sebelum memasuki pembicaraan perdamaian.

"Bahkan jika saya memberi perintah untuk berhenti berperang, tidak ada yang akan berhenti begitu saja karena semua orang takut Putin akan kembali besok," ujar Zelensky, menunjukkan dilema keamanan yang dihadapi Ukraina.

Dr. Michael Kimmage, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS untuk Ukraina dan Rusia, melihat pendekatan Trump mencerminkan perubahan mendasar dalam strategi AS. "Trump menjalankan strategi 'peace-through-strength' ala Reagan, tetapi dengan twist Trump sendiri. Dia melihat dukungan AS sebagai sumber daya yang dapat ditarik jika tidak memenuhi persyaratannya. Ini berbeda drastis dengan pendekatan Biden yang lebih berbasis nilai untuk mendukung demokrasi melawan otoritarianisme."

Namun, Kimmage menambahkan bahwa kita tidak boleh terlalu cepat memvonis perdekatan Trump sebagai semata-mata mementingkan diri sendiri. "Ada argumen rasional bahwa jika perang terus berlarut-larut, itu hanya akan menguntungkan Rusia dalam jangka panjang. Trump menginginkan kesepakatan damai yang cepat, meskipun komentarnya yang konfrontatif mungkin mempersulit pencapaian tujuan tersebut."

Sikap agresif Trump terhadap Zelensky mencerminkan posisi yang sudah lama ia pegang bahwa AS telah memberikan terlalu banyak bantuan tanpa mendapatkan imbalan yang cukup. Selama kampanye, Trump berulang kali mengatakan bahwa dia akan mengakhiri konflik dengan cepat, meskipun tanpa menjelaskan mekanisme spesifiknya. Sekarang, dengan kekuatan jabatan kepresidenan, strateginya terlihat seperti tekan Ukraina untuk bernegosiasi dengan Rusia dengan menahan bantuan militer AS sebagai pengungkit.

Dr. Fiona Hill, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional dan pakar Rusia, menilai pendekatan ini sangat berbahaya. "Mendesak Ukraina untuk bernegosiasi dari posisi lemah tidak akan menghasilkan perdamaian yang berkelanjutan. Ini hanya akan menciptakan jeda sebelum konflik berikutnya, potensial dengan konsekuensi yang lebih luas untuk keamanan Eropa," ujarnya dalam sebuah diskusi panel baru-baru ini.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, memuji Zelensky dengan pernyataan dukungan: "Martabat Anda menghormati keberanian rakyat Ukraina. Tetaplah kuat, berani, dan tidak takut. Kami akan terus bekerja dengan Anda untuk perdamaian yang adil dan berkelanjutan."

Hubungan pribadi antara Trump dan Zelensky memang telah tegang sejak administrasi Trump sebelumnya, ketika ia di-impeach, meskipun tidak dihukum dan dicopot dari jabatannya, dengan alasan bahwa ia menekan Zelensky untuk menyelidiki urusan bisnis yang melibatkan Hunter Biden, putra Joe Biden, di Ukraina.

Tetapi hari Jumat menandai titik terendah yang sesungguhnya dalam hubungan tersebut, dengan pertengkaran publik yang terjadi saat Ukraina sangat membutuhkan bantuan militer asing dan dukungan internasional untuk mempertahankan negara di tengah serangan dari invasi Rusia.

Susan Glasser dari The New Yorker menggambarkannya sebagai "perilaku paling mengejutkan oleh Trump dan Vance yang pernah saya lihat di Oval Office. Sebuah penyergapan."

Entah bagaimana hasil akhir dari drama Gedung Putih ini, satu hal yang jelas: perdamaian di Ukraina semakin rumit, dan pecahnya hubungan AS-Ukraina hanya akan menguntungkan Moskow. Ketika kita menyaksikan dinamika kekuasaan ini terbuka di depan mata dunia, pertanyaan yang tersisa bukanlah hanya tentang nasib Ukraina, tetapi juga tentang peran Amerika dalam tatanan dunia yang semakin tidak pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun