Mohon tunggu...
Defna Nobirianto
Defna Nobirianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Haii, saya Defna, Keseharian saya sebagai Penggiat Media Sosial atau bisa disebut juga Informator, di sebuah Platform Media Sosial (Instagram). Hobi Saya Lari atau Badminton.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Misi Khusus Perdamaian Indonesia di KTT G7 Hiroshima Jepang

29 Mei 2023   00:11 Diperbarui: 31 Mei 2023   22:49 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi dan Ibu Iriana saat tiba di Hiroshima, Jepang (19 Mei 2023) | Foto: BPMI Setpres

Presiden Joko Widodo menghadiri perhelatan Acara Konferensi Tingkat Tinggi G7 (Group 7) Outrech di Hiroshima, Jepang pada tanggal 19 hingga 21 Mei 2023 yang lalu. Beliau diundang menghadiri kegiatan tersebut atas Undangan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida selaku Tuan Rumah atau Ketua pada KTT G7 pada Tahun Ini, dan juga Undangan beliau sekaligus mewakili ASEAN karena sebagai Ketua ASEAN pada tahun ini. 

Selain itu, Beliau diundang sebagai Negara Mitra Kerja G7 serta turut diundang negara lainnya, seperti Korea Selatan (Yoon Suk-yeol), Brasil (Luiz Incio Lula da Silva), Australia (Anthony Albanese), India (Narendra Modi), Vietnam (Phm Minh Chnh), Komoro (Azali Assoumani), Kepulauan Cook (Mark Brown), dan Ukraina (Volodymyr Zelenskyy). 

Tentunya ini merupakan undangan yang kedua beliau pada KTT G7, setelah tahun lalu beliau pun menghadiri KTT tersebut pada tahun lalu di Schloss Elmau, Jerman, ketika Jerman menjadi Ketua dan saat itu pun beliau merupakan Ketua pada perhelatan G20  yang telah terselenggara November tahun kemarin di Bali. 

Misi khusus Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut ialah perubahan iklim, pangan, energi, dan isu perdamaian dunia seperti konflik yang terjadi Rusia-Ukraina karena penyelenggaraan Tuan Rumah G7 tahun ini bertempat di Kota Hiroshima, Jepang yang merupakan Kota simbol perdamaian. Selain itu, Hasil KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo kemarin, turut dibawa dan salah satu hasil tersebut berkaitan dengan Isu Konflik yang terjadi di negara ASEAN, yaitu Myanmar. 

Seperti kita ketahui bersama, bahwa G7 merupakan kelompok dari negara-negara demokrasi industri terkemuka tanpa sekretariat permanen atau status hukum, yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat (AS). 

Grup ini didirikan setelah krisis minyak pada tahun 1973 sebagai forum bagi negara-negara terkaya untuk membahas masalah ekonomi global. Selain itu, Negara-negara ini pun memiliki gabungan produk domestik bruto (PDB) tahunan sebesar US$40 triliun atau Rp597.076 triliun dan hanya di bawah setengah ekonomi dunia. 

Kita tentu melihat dengan seksama bahwa situasi saat ini merupakan situasi yang tidak kepastian, baik secara ekonomi global akibat pandemi covid 19 tahun lalu dan juga secara geopolitik, dimana terjadi perang di beberapa dunia, seperti Perang Rusia dan Ukraina, serta di ASEAN pun Saat ini Perang Politik di Myanmar yang masih terus berlangsung. Untuk itu, perlu dorongan kuat serta kolaborasi dari berbagai negara di dunia, baik negara maju maupun berkembang, dan Beberapa pesan perdamaian pun disampaikan oleh Bapak Presiden agar para pemimpin negara untuk berani melakukan revolusi besar agar perang dapat dihentikan dan dihindari untuk menciptakan perdamaian dunia. Presiden Jokowi menilai perang pada akhirnya hanya akan mengorbankan rakyat.

"Sebagai pemimpin kita harus punya keberanian dan kemauan melakukan revolusi besar untuk bawa perubahan dan perbaikan agar perang dapat dihentikan," ucap Presiden yang dilansir melalui BPMI Setpres.

Pertemuan KTT G7 Hiroshima Jepang (20 Mei 2023) | Foto: BPMI Setpres
Pertemuan KTT G7 Hiroshima Jepang (20 Mei 2023) | Foto: BPMI Setpres

Selain berkaitan dengan geopolitik, misi khusus yang dibawa presiden berkaitan dengan perubahan iklim dan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dilansir melalui BPMI Setpres, dalam pembahasan perubahan iklim, Presiden Jokowi mendorong semua negara turut berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing dalam menghadapi ancaman perubahan iklim. Menurut Presiden, Indonesia telah meningkatkan target penurunan emisi sebesar 31,89 persen dengan kemampuan sendiri dan 43,2 persen dengan dukungan internasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun