Hai para pembaca kompasiana, para online shopper muda! Siapa di sini yang hapal banget promo 10.10, 11.11, atau flash sale tengah malam? Pasti banyak yang langsung ngacung, kan? Belanja online memang seru banget, gampang, dan banyak pilihan. Tapi, pernahkah kamu merasa dompet makin tipis, tapi barang yang dibeli kok nggak penting-penting banget? Nah, mungkin ini saatnya kita ngobrolin soal belanja online yang lebih pintar dan terarah!
Coba jujur, berapa banyak dari kamu yang sering scroll toko online cuma iseng, terus tiba-tiba ada notifikasi "Diskon 50%!" atau "Beli 2 Gratis 1!", langsung deh mata berbinar-binar. Padahal, barangnya belum tentu kamu butuh. Ini dia beberapa alasan utamanya, seperti yang ditemukan dari penelitian:
Racun Iklan dan Endorse dari Para Influencer
Setiap hari kita scroll media sosial, eh tiba-tiba muncul video influencer favorit lagi unboxing atau review barang terbaru. Bajunya cakep, skincare-nya bikin glowing, atau gadget-nya canggih banget. Mereka bilang "wajib punya!" atau "ini keren banget!". Nah, tanpa sadar, kita jadi terpengaruh banget. Otak kita mulai berpikir, "Wah, kalau dia pakai, aku juga harus punya biar keren!"
Padahal, seringkali itu adalah iklan berbayar atau endorsement. Para influencer dibayar untuk mempromosikan produk itu. Jadi, apa yang mereka tunjukkan kadang bukan murni kebutuhan mereka, melainkan bagian dari pekerjaan. Riset menunjukkan bahwa paparan berulang pada iklan dan endorsement ini bikin keinginan belanja kita meningkat drastis, bahkan untuk barang yang sebenarnya enggak kita butuhkan sama sekali.
FOMO dan Tekanan dari Teman
Pernah lihat teman pakai baju baru yang lagi hits, atau pamer sepatu edisi terbatas di grup chat? Langsung deh, kamu ikutan penasaran pengen punya. Ini namanya FOMO (Fear of Missing Out), alias takut ketinggalan tren atau gaya dari teman-teman.
Melihat teman-teman belanja ini itu, seolah-olah jadi "standar" baru. Kalau enggak ikutan punya, rasanya kok jadi kudet atau enggak gaul. Riset kami juga menemukan bahwa tekanan dari teman sebaya lewat pameran belanja online bisa memicu perilaku konsumtif. Kamu merasa "harus" beli sesuatu agar tetap relevan atau diterima di lingkungan pertemanan, padahal itu bisa bikin dompetmu bolong!
Kemudahan "Klik dan Bayar" yang Bikin Lupa Diri
Dulu, kalau mau belanja harus keluar rumah, antre di kasir, dan bayar pakai uang tunai. Prosesnya lama, jadi ada waktu buat mikir lagi. Nah, sekarang? Tinggal sentuh layar HP, masukkan ke keranjang, klik "beli", masukkan PIN atau fingerprint, selesai! Barang langsung meluncur ke rumah.
Kemudahan transaksi ini ternyata punya dampak besar. Kita jadi jarang berpikir panjang. Cuma butuh beberapa detik untuk memutuskan membeli, tanpa menimbang-nimbang perlu atau tidaknya barang tersebut. Ini karena prosesnya terasa begitu instan dan tidak ada "rasa sakit" langsung saat uangnya keluar, beda dengan saat kita menyerahkan lembaran uang tunai. Ini yang bikin kita gampang kalap dan belanja tanpa arah.