Mohon tunggu...
Defar Badruzaman S Sos
Defar Badruzaman S Sos Mohon Tunggu... Hakikat hidup laksana terangnya purnama.

Madrasah Aliyah Miftahul Falah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Universitas Insan Cita Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Apakah HmI Komisariat dan Komunikasi masih Relevan di Internal Kampus? Analisis 44 Indikator Kemunduran HmI Menurut Agus Salim Sitompul

8 September 2025   17:39 Diperbarui: 8 September 2025   17:39 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Relevansi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi hari ini patut dipertanyakan. Secara ideologis, HMI adalah organisasi besar yang memiliki mandat sejarah untuk melahirkan kader ulul albab: kritis, mandiri, dan pejuang umat. Namun dalam praksisnya, komisariat justru terjebak pada gejala kemunduran sebagaimana dirumuskan oleh Agussalim Sitompul dalam 44 indikator kemunduran HMI. Indikator-indikator tersebut menyingkap realitas krisis kepemimpinan, krisis moral, dan krisis kaderisasi---semua kini nyata di depan mata.

Komisariat hari ini kehilangan panggung. Fungsionaris yang duduk di kursi pengurus gagal memperjuangkan kemenangan, baik dalam medan intelektual, advokasi, maupun distribusi kaderisasi. Tidak ada karya, tidak ada program produktif, tidak ada distribusi kader besar. Yang ada hanya konflik internal, intrik kepentingan, dan ketaatan buta kepada telunjuk senior. Padahal Sitompul dengan tegas menyebutkan bahwa tanda kemunduran HMI adalah ketika kekuasaan organisasi tidak lagi bersandar pada kolektivitas kader, tetapi dikooptasi oleh elit-elit internal yang mengutamakan kepentingan diri.

Di sini jelas terlihat, kekuasaan di komisariat bukan lagi milik kader, melainkan ditentukan oleh intervensi senior yang haus kontrol. Senioritas yang seharusnya berfungsi membimbing, justru mematikan kemandirian. HMI berubah dari rumah kader menjadi laboratorium politik murahan. Fungsionaris komisariat pun tunduk patuh, menjelma boneka tanpa visi, sekadar pelengkap kursi. Inilah wujud indikator kemunduran lain organisasi kehilangan kemandirian, kader kehilangan militansi, dan kepemimpinan kehilangan legitimasi moral.

Lebih tragis lagi, sumpah Qur'an yang diikrarkan dalam forum sakral hanyalah formalitas tanpa makna. Sitompul menekankan bahwa pelanggaran sumpah adalah pengkhianatan terhadap nilai dasar HMI. Dan di fakultas dakwah dan komunikasi, pengkhianatan itu nyata. Pengurus melanggar amanah, gagal menjalankan tanggung jawab, dan membiarkan komisariat berjalan tanpa arah.

Jika kondisi ini dibiarkan, maka HMI hanya akan menjadi papan nama yang kosong. Komisariat tidak lagi relevan sebagai rumah kader, melainkan kuburan ideologi. Padahal sejarah HMI menunjukkan, kemenangan selalu lahir dari kebersamaan kader di akar rumput, bukan dari satu telunjuk senior. Kekuatan organisasi ada pada kolektivitas, bukan pada elitisme.

Oleh karena itu, kader harus sadar relevansi HMI hanya bisa dipulihkan dengan merebut kembali panggung yang hilang. Kader harus menolak tunduk pada telunjuk senior, melawan praktik kepengurusan yang kontra-produktif, dan mengembalikan kekuasaan pada kebersamaan. Jika tidak, maka seluruh fungsionaris hari ini akan tercatat dalam sejarah sebagai pengkhianat---mereka yang mengubur marwah HMI dengan tangan mereka sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun