Mohon tunggu...
Dee Shadow
Dee Shadow Mohon Tunggu... -

Esse est percipi (to be is to be perceived) - George Berkeley

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nafsu Dalam Pusaran Etimologi

7 Agustus 2015   08:06 Diperbarui: 7 Agustus 2015   08:06 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Persoalan etimologi ini memberikan dua pilihan. Seperti biasanya menerima apa adanya atau melakukan upaya untuk penciptaan ide yang lepas dari pemaknaan umum seperti yang ada dalam kamus. Ketika ada pernyataan “lawanlah nafsumu”, harus ada upaya cepat menyesuaikan ide bahwa yang dimaksud adalah “hawa nafsu” atau nafsu dalam kategori pertama dalam konsep sufisme. Upaya ini membutuhkan kesadaran pengetahuan yang tentu saja harus selalu dijaga dan dipertahankan.

Pilihan akan selalu berada dalam sisi pengguna bahasa sebagai pengguna aktif. Apakah makna akan bergeser jauh atau tidak tergantung pada pengguna bahasa. Menyebut marder dengan sebutan tank memang sah-sah saja. Tetapi tentu saja tidak akurat (marder berada dalam kategori IFV/Infantry Fighting Vehicle). Atau pendengar tidak protes ketika mendengar pernyataan “Orang itu marah sambil membawa samurai.”. Tetapi tentu saja tidak akurat (samurai adalah ksatria pada jaman klasik jepang, bukan nama pedang). “Dengarkan kata hatimu” menjadi sesuatu problematika jika hati dimaknai sebagai pengetahuan awal (innate knowledge) yang bersifat apriori karena keputusan berasal dari ide yang sangat dipengaruhi oleh pengalaman posteriori. Atau apakah kata hati harus mendapatkan beberapa pelabelan khusus untuk menjadi akurat seperti halnya kata nafsu? Pragmatisme akan menolaknya dengan dalih “Berapa pelabelan yang harus diberikan untuk menjadikan kata menjadi akurat?” Dan kata akan selalu terlempar kesana-kemari dalam pusaran etimologi.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun