pendidikan. Profesi sebagai guru bimbel (bimbingan belajar) ikut terdampak akibat pandemi ini. Larangan pembelajaran secara luring (tatap muka) membuat saya menganggur selama beberapa bulan lamanya.
Pandemi Corona COVID - 19 yang berlangsung sejak Maret lalu, membawa banyak perubahan. Salah satunya dalam bidangSejak pandemi, bimbel berjalan secara online. Ini membuat bimbel cukup di handle terpusat. Hanya pengajar pusat yang mengajar. Pengajar daerah seperti saya pun dirumahkan dahulu. Jobless deh saya, hehehe.
Setelah hampir lima bulan tidak mengajar, hari ini saya kembali mengajar. Senang bisa mengajar sekaligus tertantang. Ya, bagaimanapun mengajar secara luring saat pandemi adalah pengalaman baru bagi saya.
Protokol untuk Mengajar Luring
Syarat utama mengajar luring adalah menggunakan APD yang sesuai, misalnya memakai masker atau face shield. Saya lebih memilih menggunakan face shield, biar lebih nyaman saat mengajar.
Lalu memastikan untuk menjaga jarak. Tidak dekat-dekat saat di depan kelas. Juga tak ada jabat tangan antara guru dan murid seperti biasanya, melainkan menggunakan salam namaste.
Sebelum masuk lokasi belajar, wajib cuci tangan terlebih dahulu. Juga cek temperatur suhu tubuh. Di bimbel tempat saya mengajara, Nurul Fikri tersedia termometer.
Protokol Bagi Siswa
Meski menyediakan pembelajaran secara luring, bimbel Nurul Fikri tetap menyediakan pembelajaran secara daring. Bagi siswa yang tidak diijinkan orang tua untuk belajar secara luring, bisa tetap belajar daring saja..
Siswa yang mengikuti pembelajaran secara luring diminta membawa surat persetujuan dari orang tua. Setelah itu, siswa wajib mematuhi protokol yang ada. Mulai dari memakai masker, menjaga jarak, membawa peralatan makan dan shalat sendiri, membawa handsanitizer, cuci tangan sebelum masuk kelas dan lain sebagainya.
Tentunya siswa yang ikut belajar secara luring harus dalam kedaan sehat. Tidak memiliki suhu tubuh lebih dari 37, 3 detajat celcius. Makanya saat siswa masuk ke lokasi, ada staf yang mengukur suhu dengan termometer.
Pembelajaran luring saat pandemi juga membatasi jumlah siswa. Satu kelas hanya diisi sebanyak 50% saja. Ini agar bisa tetap melakukan physical distancing, demi meminimalisir penularan virus COVID -19 ini.
Kesan Mengajar Luring
Meski butuh penyesuaian dalam berbagai hal, proses belajar luring bisa berjalan lancar. Saya bisa dengan lancar menjelaskan materi, siswa juga bisa mengerti materi dengan baik.
Bagaimanapun, pembelajaran secara luring lebih efektif dibandingkan daring. Saat luring, tak hanya fokus pada transfer materi keilmuwan saja, tetapi banyak aspek-aspek lainnya. Pembelajaran luring memungkinkan adanya nilai yang bisa diambil oleh siswa, seperti proses pendewasaan sosial, budaya, etika, dan moral yang hanya bisa didapatkan dengan interaksi sosial di suatu area pendidikan.
Tak perlu takut dan risau untuk belajar secara luring saat pandemi. Asalkan sehat dan mematuhi ptotokol, belajar luring bisa dilakukan.
Setuju?