Mohon tunggu...
Dian Kusumawardani
Dian Kusumawardani Mohon Tunggu... Freelancer - Haloo, saya adalah seorang ibu rumah tangga profesional. Bekerja paruh waktu sebagai pengajar Sosiologi dan Sejarah di BKB Nurul Fikri. Juga suka menulis dan sudah menghasilkan 6 buku antologi dan 1 buku solo. Saya juga seorang konselor laktasi dan blogger.

Home Educator Omah Rame, Pengajar di BKB Nurul Fikri, Konselor Laktasi, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Baju Baru saat Lebaran, Haruskah?

26 Mei 2018   19:54 Diperbarui: 26 Mei 2018   19:56 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

" baju baru alhamdulillah, tuk di pakai di hari raya. Tak punya pun tak apa-apa, masih ada baju lainnya".

Penggalan lirik dari penyanyi cilik jaman saya kecil dulu. Ya lagu itu sering diputar ketika menjelang datangnya lebaran atau hari raya. Menjelang lebaran, pusat berbelanjaan akan lebih ramai dari biasanya. Banyak orang berbelanja keperluan jelang lebaran, salah satunya membeli baju baru.

Hmm iya saat lebaran, membeli baju baru seolah tradisi yang harus selalu ada. Lebaran sepertinya membuat orang harus memakai bsju baru. Sebenarnya siapa ya yang memulai tradisi ini? Sejak kapan lebaran selalu diidentikkan dengan keharusan baju baru?.

Tradisi memakai baju baru saat lebaran sudah dimulai sejak berabad-abad lalu. Tepatnya tahun 1596. Sejarah pemakaian baju baru ditulis dalam buku Sejarah Nasional Indonesia karangan Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 

Dalam buku tersebut diceritakan bahwa ketika menyambut lebaran, mayoritas penduduk di bawah kerajaan Banten sibuk menyiapkan baju baru. Namun bedanya waktu itu, hanya sedikit masyarakat yang membeli baju baru. Mayoritas mereka menjahit sendiri, ini lantaran masih terbatasnya teknologi waktu itu. Hanya kalangan kerajaan yang memiliki akses luas mendapatkan baju bagus untuk lebaran.

Digambarkan suasana Banten waktu itu ketika menyambut lebaran sangat ramai, berbeda dari hari-hari biasanya. Dan juga, mayoritas penduduk yang berprofesi sebagai petani, ramai-ramai berubah menjadi tukang jahit dadakan. 


Pada malam hari, sepanjang jalanan dipenuhi oleh cahaya obor yang menghiasi di tiap sisi. Kondisi senada juga terjadi di kerajaan Mataram (Yogyakarta). Memasuki hari terakhir Ramadan, orang-orang Muslim Mataram sibuk membuat pakaian baru untuk dipakai pada hari raya.

Kemungkinan sejak itulah tradisi memakai baju baru saat lebaran terus diwariskan dari satu generasi ke generasi. Hingga kini tradisi tersebut masih tetap bertahan.

Lalu bagaimana menurut ajaran islam sendiri? Haruskah lebaran menggunakan baju baru?. Lebaran atau yang disebut idul fitri diartikam sebagai proses kembali kepada fitrah atau kesucian, karena telah ditempa dengan ibadah sebulan penuh di bulan ramadhan. Dan karenanya ia mendapatkan ampunan dan maghfirah dari Allah SWT.

Secara eksplisit tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa saat lebaran harus memakai baju baru. Bila ingin menghidupkan dan merayakan lebaran kita bisa mencontoh sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Berikut yang dilakukan Nabi untuk memeriahkan lebaran.

1. Melakukan shalat malam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun