Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senangnya Hati Mendapat Sapaan dari Pemulung

8 Juli 2021   23:09 Diperbarui: 8 Juli 2021   23:27 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemulung Cilik (beritaekspres.com) 

Suatu sore, saya menjalankan rutinitasku, yaitu jalan kaki mengelilingi kota Gunungsitoli. Tidak lupa saya mengenakan masker dan membawa hand sanitizer sebagai antisipasi untuk hal-hal yang akan kujumpai nantinya di sekitar kota Gunungsitoli.

Biasanya, saya melakukannya dengan beberapa teman. Namun sore itu mereka masih ada urusan di kampus. Karena itu, saya pun melakukan jalan sore sendirian.

Namun saya tetap mampu menikmatinya. Kegiatan jalan sore saat itu terasa sangat menyenangkan. Selain karena cuaca di sore itu sangat indah, ada lagi hal yang sangat isitmewa, yaitu mendapat sapaan dari seorang anak yang memulung di lokasi pasar kota Gunungsitoli.

Ceritanya demikian.

Ketika hendak memasuki lokasi pasar, di mana setiap orang sedang sibuk membereskan jualannya karena akan tutup, tiba-tiba seorang anak tersenyum ke arahku sambil menganggukkan kepala tanda hormat. Saya tidak mengenalnya. Namun karena dia telah menyapa, maka saya pun membalasnya sambil mengacungkan dua jari jempol. Terlihat anak itu sangat senang menyambut balasan dariku. Dan tidak beberapa lama kemudian, ia meneruskan pekerjaannya.

Anak itu sedang membongkar sampah-sampah yang berada di tembok tempat pembuangan sampah. Di tangannya terdapat karung yang besar yang telah terisi setengah. Lalu saya pun meninggalkannya dan melanjutkan jalan sore ku.

Artikel ini saya tulis karena saya terkesan dengan peristiwa tersebut, seorang anak yang sedang membongkar sampah di tempat sampah memberiku sapaan dengan senyuman. Jika anak itu saya kenal, mungkin peristiwa itu terkesan biasa saja. Namun anak itu tidak saya kenal. Sampai artikel ini saya tulis, saya belum juga bisa memastikan kalau sesungguhnya saya mengenalnya. Karena itu, bagi saya sendiri, peristiwa yang kualami sore itu sangat istimewa. Bukan semata-mata karena saya tidak mengenalnya, tetapi karena dia memberiku sapaan, dia yang bekerja sebagai pemulung.

Apa istimewanya disapa oleh pemulung?

Hampir di semua tempat, setiap pemulung itu selalu menundukkan kepalanya ketika berhadapan dengan orang lain. Atau, mereka tetap fokus pada pekerjaan mereka dan mengabaikan setiap orang yang melihat mereka. Inilah yang membuatku merasa terkesan ketika anak itu memberiku sapaan, bahkan sampai memberi tanda hormat dengan menundukkan kepala.

Saya merasa sangat senang ketika anak itu memberiku sapaan. Karena itu, saat menyadari sapaannya, saya pun membalasnya dengan segera.

Saya merasa kalau anak itu nyaman dengan saya. Hal inilah yang menyenangkan hatiku. Senyumannya juga terlihat tulus dari hati. Sayangnya, saat itu saya tidak menyempatkan diri untuk berbincang dengannya karena ia terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Namun dalam hati saya berdoa kiranya ia diberi kesehatan dan terhindar dari bahaya. Semoga ia juga, dengan segala kerendahan hati dan perjuangannya, mampu menapaki masa depannya dengan baik.

Memang dia terlihat masih begitu muda untuk pekerjaan yang begitu keras tersebut. Ia yang seharusnya masih bergantung pada perhatian dan cinta dari orang yang dewasa, terlebih orangtuanya, namun harus mengalami pahitnya kehidupan ini. Semoga segala yang baik terjadi padanya.

Apa yang saya harapkan untuk dia lahir dari rasa bahagiaku karena mendapat sapaan darinya. Dia sungguh anak yang baik dan tulus. Saya masih menantikan waktu yang tepat untuk bisa berbincang dengannya. Siapa tahu, kami bisa menjadi sahabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun