Mohon tunggu...
Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi Mohon Tunggu... Penulis - Dedi Mulyadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis memberikan kontribusi bagi masyarakat , mencerdaskan masyarakat, tidak diperkenankan mengutip tulisan untuk komersial.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Aku, Berdasarkan Kisah Nyata

2 Mei 2021   13:40 Diperbarui: 11 Agustus 2021   07:46 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku dilahirkan disebuah perkampungan Jakarta daerah yang dahulunya sangat hijau  Kabagusan, Pasar  Minggu, berbagai macam tanaman buah-buahan diantaranya  pepaya, pisang, jambu, rambutan tumbuh subur diperkarangan rumahku.

Nama Kebagusan menurut lagenda adalah seorang wanita cantik  berasal dari banten yang tinggal di Batavia, namanya Nyai Tu Bagus Latak Lanang, yang pada masa itu laksana primadona lantaran wajahnya  yang cantik.

Bukan hanya wajahnya yang cantik akan tetapi ahlaknya juga baik tidak heran banya lelaki yang ingin mempersuntingnya, warga setempat menjuluki Ibu bagus sampai saat ini makam Ibu Bagus terletak dikawasan Jalan Kebagusan II RT. 001/07 Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Aku dari keluarga yang sangat sederhana dan aku mempunyai tujuh bersaudara, ayahku seorang petani buah, diwaktu aku kecil masih belasan tahun aku sudah membantu ayahku berkebun memetik buah jambu untuk  dijual di Pasar Minggu, bahkan aku kadang berjualan jambu, kacang, es, di Kebun Binatang Ragunan kebetulan rumahku hanya 1 kilo dari kebun Binatang Ragunan, hasil dari jualan uangnya untuk  membantu ayah membeli buku bahkan untuk bayar sekolah Aku berhenti jualan waktu itu menginjak kelas 1 SMP.

Akibat dari derasnya pembangunan Kota Jakarta dan banyak pendatang yang ingin  memiliki rumah Ayahku menjual tanah hasil dari jual tanan Ayahku banting setir membuat kontrakan,  hasil dari sewa kontrakan digunakan untuk membiayai hidup sehari-hari juga untuk biaya pendidikan ke tujuh bersaudara Alhamdullah kakak-kakak serta adik-adik bergelar sarjana, hanya anak yang tertua tidak tamat SD.

Aku lulus SMA tahun 1990, aku mencari sekolah yang tidak ada pelajaran matematika karena saat itu matematika momok pelajaran yang paling aku tidak senangi, setelah kesana-kemari masuklah aku di Kampus Tercinta IISIP JAKARTA Fakultas Ilmu Komunikasi.

Sebenarnya aku minder masuk Fakultas Komunikasi sebab diwaktu masih balita kata Ibuku aku pernah jatuh dari bangku sampai lidahku berdarah, sehingg kalau bicara agak gagap memang aku akui setiap aku bicara selalau terbata-bata, jika guru menerangkan pelajaran dan aku suka bertanya,  ngomongnya gagap dan ditertawakan teman-temanku.

Seiring  waktu aku tidak putus asah aku berlatih banyak membaca, Alhamdullah saat ini bicaraku sudah tidak gagap lagi walaupun kadang masih minder dan tidak percaya diri jika bicara.

Selain kuliah aku juga bekerja di PNS TNI AD bagian Koperasi  kurang lebih empat tahun, ketika aku menyelesaikan skripsi aku berhenti dari pekerjaanku karena menurutku pekerjaanku tidak ada hubungannya dengan ilmu yang aku pelajari di Kampus.

Usai lulus kuliah timbul minder lagi untuk melamar pekerjaan sesuai bidangku yaitu Komunikasi, aku ingin  menjadi seorang wartawan tapi tidak percaya diri dengan kemampuanku.

Aku merenung kenapa nasibku jadi begini penyesalan  keluar pekerjaan sebagai PNS kian menjadi-jadi, aku sampai jatuh sakit dirawat di Rumah Sakit dan teman dekatku waktu  bersama-sama belajar di kampus menjenguku, memberikan motivasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun