Mohon tunggu...
Dedi Irawan
Dedi Irawan Mohon Tunggu... Penulis - The Pessimistic Man

Seorang pria pesimis yang bercerita tentang kehidupannya | Find me on Instagram @wilfrededida

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Altruisme dan Manusia Modern

19 Desember 2023   14:00 Diperbarui: 1 Januari 2024   12:59 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alturisme berkaitan dengan belas kasih dalam bahasa Inggris disebut compassion secara etimologi berasal dari bahasa Yunani "pathein" dan bahasa Latin "patiri" yang berarti menderita atau mengalami atau pengalaman. Compassion bisa disebut juga "consistent altruism" dan "attitude of principled". 

Penyebutan makna lain menurut Karen Amstrong, compassion juga dapat ditemukan dalam bahasa Ibrani pasca-alkitab: rahamanut, dan Bahasa Arab: rahman. Secara etimologis, berkaitan dengan rehem/RHM ("rahim").

Apabila diartikan dalam bahasa Indonesia, compassion memuat makna yang luas. Compassion berarti gabungan dari kasih sayang, rasa kasihan, empati, dan bahkan penekanan ego. Welas asih atau belas kasih dalam definisi Sznaider adalah kepedulian terhadap penderitaan orang lain, disertai dengan dorongan untuk membantu. Ini 'melibatkan moral aktif' tuntutan untuk mengatasi penderitaan orang lain (Sznaider 1998: 117).

Di paragraf sebelumnya saya menyebutkan dua istilah, yaitu "consistent altruism" dan "attitude of principled". Saya memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai kedua istilah tersebut.

Consisten altruism, jika di Indonesiakan berbunyi "altruisme yang konsisten". Altruisme secara definitif adalah belas kasih atau perhatian untuk atau terhadap kesejahteraan, kebahagiaan dan kesenangan orang lain tanpa memperdulikan diri sendiri. Definisi yang sangat menyeramkan bukan? Bagaimana dengan altruisme yang konsisten?

Ini sering terjadi sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari manusia modern. Termasuk dalam kehidupan saya, yang seringkali mengutamakan orang lain dibandingkan saya sendiri. Saya baru menyadari ini Ketika saya sudah berumur 20 tahun artinya saya sudah se-konsisten itu dalam altruisme, entah ini adalah sesuatu yang menyedihkan atau memprihatinkan.

Saya mencoba membuat bandingan ini dengan berpihak pada filsafat. Pada dasarnya dalam buku Karen Amstrong yang pernah saya bahas sebelumnya, compassion lebih banyak dihubungkan dengan psikologi.

Dalam jurnal sosiologi 'Masyarakat' vol 18, yang berjudul "Altruisme, Solidaritas, dan Kebijakan Sosial." Kawan saya Robertus Robert, menganggap altruism lebih mengarah pada kajian psikologis, walaupun Robert sendiri mengakui bahwa asal istilah ini dari Auguste Comte. 

Auguste Comte, merupakan filsuf dan pemikir besar filsafat sebenarnya. Ia pemikir abad ke-19, yang memperkenalkan aliran positivisme. Itu filsafat juga mas Robert, dan semua ilmu pengetahuan pusatnya ialah filsafat. Filsafat adalah Ibu dari segala ilmu. Walaupun kerangka-kerangka yang pasti dalam altruisme ialah psikologi yang merupakan induk dari filsafat. 

Mas Robert juga mengakui bahwa dalam pembahasan filosofis mengenai altruisme, sejauh ini memang "hanya" beberapa tokoh besar yang sering disebut memberikan dasar bagi pembahasan lebih lanjut, yakni Aristoteles, Cicero dan Kant. Artinya filsafat memulai terlebih dahulu mengenai altruisme, entah beda pengistilahan itu hal biasa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun