Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Semua Vaksin Ada Efek Sampingnya

5 Maret 2021   08:29 Diperbarui: 5 Maret 2021   08:42 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gonjang ganjing soal  vaksin masih trending. Banyak  yang khawatir karena takut efek samping. Apalagi ada kabar seorang dokter di Palembang meninggal sehari setelah menjalani suntik virus yang sudah dilemahkan itu. 

Tapi hal itu segera disanggah Satgas Nasional  Penaggulangan Covid-19. Menurut jubir Satgas dr. Nadia Tarmizipula dr di Palembang itu meninggal di dalam mobil, karena kekurangan oxigen dan lemah jantung. 

Kemudian ada pula orang yang sudah divaksin ternyata masih terpapar virus. Hal demikian dialami antara lain bupati dan wakil bupati Ciamis.

Tapi teman-teman wartawan lansia di Bandung terdengar antusias menjalani program itu. Yang saya dengar tak ada efek samping yang berarti. Paling-paling panas sebentar atau ngantuk yang juga sebentar doangan.

Sesungguhnya menurut Profesor Steven Evan, epidemilog dari London School of Hygiene and Trofical  Medicine, semua vaksin memiliki efek samping. Hanya saja tingkatannya berbeda. 

Tergantung kondisi tubuh atau kadar imunitas vaksin yang disuntikkan. Intinya, semakin parah efek sampingnya itu menandakan semakin kuat kadar imunitasnya. Jangan pernah berharap ada vaksin yang 100 persen aman tanpa gejala apa-apa.

Vaksinasi yang sedang berjalan merupakan lapis ke tiga dari upaya pemerintah menanggulangi virus corona.

Pemerintah sudah menyiapkan dana sekitar Rp. 54 trilyun untuk membeli vaksin dan menggratiskannya kepada masyarakat.

Menurut wakil Mentri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, ada 185 juta orang yang harus menjalani vaksinasi. Jumlah itu 70 % dari jumlah penduduk sesuai dengan stsndar WHO.

Untuk kemantapan setiap orang diharuskan menjalani 2 x penyuntikan dalam interval 14 hari. Vaksin itu baru akan bekerja dalam waktu 4 pekan setelah disuntikkan.  

Jadi untuk memvaksin 185 orang itu, pemerintah harus menyediakan 370 juta dosis. Kata Wamenkes, ditambah  untuk cadangan akan dibeli 420 juta dosis.

Ada enam jenis vaksin yang disetujui yaitu Sinovac, Astra Zeneca, Plizer, Moderna, Novovak dan Merah putih.

Yang sudah positif baru Sinovak dari China. Sudah sepakat sebanyak 185 juta dosis. Sekarang sudah masuk 38 juta dosis. Sisanya direncanakan akan selesai akhir Maret 2021. 

Untuk selebihnya, kini sedang dilakukan negoisasi dengan Astra Zeneca dan Novavac, masing-masing 50 juta dosis. Sisanya masih akan diusahakan mendapat Pfizer dari Jerman atau Inggris. 

Ternyata mendapatkan vaksin itu tidak bisa tokcer. Sebab ada 215 negara yang sama sama terpapar covid berebut mendapat kesempatan membeli vaksin itu. Jadi tidak cukup punya duit.

Satu hal yang patut diketahui dan mendapat apresiasi adalah upaya para akhli epidemic kita membuat vaksin.

Masih ingat Terawan Agus Putranto? Mantan Menkes itu secara kelakar setelah dicopot dari Menkes ia beralih kerja jadi "mantri suntik". Ternyata ia penggagas pembuatan vaksin  dalam negeri. 

Vaksin itu diberi nama Merah Putih atau juga disebut Nusantara. Itu  merupakan kerja sama antara Lembaga Biologi Melekul Eijgkman dengan PT Bio Farma. 

Eijgkman menyiapkan bibitnya dan Bio Farma melakukan uji klinis. Terawan menjanjikan vaksin buatanya bisa dijual dengan harga Rp.72.000 ,- per dosis dan bisa imun seumur hidup. Bandingkan  dengan Sinovac, katanya, yang dibandrol Rp. 200.000 per dosis dan tidak ada jaminan masa imunnya.

Kapan seluruh masyarakat akan selesai divaksin ? Presiden Jokowi ingin selesai dalam waktu satu tahun. Tapi menurut mantan wapres Yusuf Kala itu tidak mungkin bisa dilakukan. 

Jika mau selesai setahun, maka dalam satu hari harus bisa jos 1 juta orang.  Yang sudah terbukti selama 42 hari (Dari 13 Januari sampai 2 Maret), baru bisa nyuntik 1.935.478 orang pase ke 1 dan 1.047.288 orang pase ke 2. Baru sampai sekitar 2 % saja.

Jusuf Kalla memprediksi program itu baru akan selesai dalam 4 tahun. Kelambatan ini tentu saja berpengaruh kepada percepatan selesainya penanggulangan covid secara menyeluruh. 

Dan keterlambatan ini juga sangat menghambat recovery ekonomi yang kental ketergantungannya kepada kecepatan penanggulangan covid-19.

Jadi ini benar-benar sebuah problem besar yang sedang kita hadapi.- ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun