Mohon tunggu...
dedi s. asikin
dedi s. asikin Mohon Tunggu... Editor - hobi menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

menulis sejak usia muda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Joko Widodo dan Sujiwo Tejo

18 Januari 2021   17:57 Diperbarui: 18 Januari 2021   18:03 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa tak kenal Sujiwo Tejo ? Wajah laki-laki nyentrik ini, tahun-tahun terakhir wara wiri di layar kaca, dalam acara seminar atau talkshow. Paling sering menjadi nara sumber pada acara Indonesia Lawyer Club yang dipandu Karni Ilyas.

Bernama asli Agus Hadi Sujiwo lahir di Jember 31 Agustus 1962. Ia ditakdirkan hidup dengan berbagai talenta. Ia dikenal sebagai budayawan, pemusik, pelukis, dalang dan pengamat politik. Ia juga pernah menjadi wartawan dan penulis buku. Puluhan bukun yang ditulisnya  selalu menjadi best seller. Sebut saja beberapa diantaranya TUHAN MAHA ASYIK, REPUBLIK YANKUKERS dan SABDO CINTA ANGON KASIH.

Sesungguhnya ia layak dinobatkan sebagai seorang filosof. Puluhan kata-kata bijaknya bertebaran dan pantas dikemas menjadi sebuah buku.

Salah satunya "KORUPTOR ITU PARA PEMBAKAR KITAB SUCI. TAK ADA SATU KITAB ATAU AGAMAPUN YANG TIDAK MENGHARANKAN KORUPSI".

Apakah Sujiwo dekat atau bersahabat dengan Presiden kita Joko Widodo.  Saya pastikan tidak. Sekedar kenal mungkin iya. Jangan terkecoh karena kehadiran Jokowi dan ibu Iriana pada pesta pernikahan anak Sujiwo, Rembulan Randu Dahlia dengan Haris Setia Bangsawan tanggal 29 Juli 2019 di TMII.

Itu terjadi karena Rembulan adalah salah seorang wartawati istana, yang pasti tiap hari seliweran di sana.

Kita  banyak melihat Sujiwo lebih  memposisikan diri berada di sudut oposisi. Kita simak saja banyak ucapan Sujiwo yang menohok kebijakan Jokowi. Misalnya,  dia sangat menolak UU Omnibus/Cipta Kerja. Ia juga meminta agar Jokowi menyuruh anaknya Gibran dan mantunya Boby mundur dari calon walikota Solo dan Medan.

Judul tulisan ini semata hanya ingin membuat kajian ecek ecek  tentang berita bahwa Presiden Jokowi tidak pernah menyampaikan ucapan duka atas wafatnya ustadz ternama Syeikh Ali Jaber. Terhadap sikapnya itu banyak protes yang diunggah para nitezen.  Mereka ingin Jokowi melepas baju politik dan mengedepankan rasa kemanusiaan, apalagi sebagai sesama muslim.

Ada teman yang nyeletuk jangan-jangan pak Jokowi baru terpengaruh sikap dan ucapan Sujiwo. Apa itu. Ternyata Sujiwo mengaku  sudah sepuluh tahun tidak pernah menyampaikan ucapan duka jika ada yang meninggal. Baginya mati itu bukan duka cita. Mati memenuhi kodrat Allah. Ia memaknai betul kalimat  "istijra" atau "tajir", " "Innalillahi wainnailaihi rojiuun". Dari Allah kembali kepadanya.

Bagi Sujiwo bukan kematian yang duka cita, tapi sebaliknya justru kehidupan yang perlu didukacitai itu.

Itulah Sujiwo Tejo. Aneh  ya. Tapi tak perlu terbingung bingung.  Namanya juga Sujiwo, nyeleneh mah biasa.Kalau tidak aneh bukan dia tuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun