Pada April 2023, sebuah rumah sakit besar di Jakarta mengalami insiden perampokan di ruang farmasi. Sekelompok orang bersenjata berhasil memasuki gedung, mengancam staf, dan mencuri obat-obatan dengan nilai kerugian mencapai miliaran rupiah. Kejadian ini bukan satu-satunya. Menurut laporan International Association for Healthcare Security and Safety (IAHSS), insiden kekerasan di rumah sakit meningkat 25% dalam lima tahun terakhir. Data dari Bureau of Labor Statistics (BLS) juga menunjukkan bahwa pekerja di sektor layanan kesehatan memiliki risiko kekerasan di tempat kerja empat kali lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Tanpa sistem keamanan rumah sakit yang terintegrasi, fasilitas kesehatan menjadi sasaran empuk bagi pencurian, perusakan, hingga serangan terhadap pasien dan tenaga medis. Oleh karena itu, penting bagi setiap manajemen rumah sakit untuk mengimplementasikan sistem keamanan yang komprehensif. Berikut adalah lima langkah utama dalam membangun sistem keamanan rumah sakit yang terintegrasi.
1. Menerapkan Kontrol Akses yang Ketat
Salah satu langkah utama dalam membangun sistem keamanan rumah sakit adalah memastikan bahwa hanya individu yang berwenang yang dapat mengakses area sensitif. Sistem ini meliputi:
Pintu Otomatis dengan Kartu Akses: Mencegah masuknya orang yang tidak berkepentingan ke area kritis seperti ruang operasi dan farmasi.
Pengenalan Biometrik: Penggunaan sidik jari atau pemindai wajah untuk akses area dengan keamanan tinggi.
Pengawasan Pintu Darurat: Mengurangi risiko penyusupan melalui akses yang jarang digunakan.
Penerapan kontrol akses ini tidak hanya mengurangi risiko pencurian, tetapi juga melindungi pasien dan tenaga medis dari potensi ancaman eksternal.
2. Memasang CCTV dan Sistem Pemantauan 24/7
Pengawasan yang efektif merupakan elemen krusial dalam menjaga keamanan rumah sakit. Kamera CCTV dengan teknologi terbaru dapat membantu memantau seluruh area rumah sakit secara real-time. Beberapa fitur penting yang harus dimiliki oleh sistem pemantauan modern meliputi:
Resolusi Tinggi & Night Vision: Memastikan kejernihan rekaman dalam berbagai kondisi pencahayaan.
Integrasi dengan AI: Mendeteksi gerakan mencurigakan dan mengirim peringatan otomatis kepada petugas keamanan.
Penyimpanan Cloud & Akses Jarak Jauh: Memudahkan pengelolaan data rekaman untuk keperluan investigasi.
Menurut laporan MarketsandMarkets, pasar global untuk sistem pemantauan keamanan berbasis AI diperkirakan tumbuh hingga USD 5,2 miliar pada tahun 2026, menunjukkan bahwa teknologi ini semakin menjadi kebutuhan dalam industri kesehatan.
3. Membangun Tim Jasa Keamanan Rumah Sakit yang Profesional
Sebagus apa pun teknologi yang digunakan, jasa security rumah sakit tetap berperan penting dalam menjaga keamanan. Rumah sakit perlu bekerja sama dengan perusahaan jasa keamanan rumah sakit yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam mengelola risiko di lingkungan medis.
Tugas utama tim keamanan meliputi:
Pemeriksaan dan Patroli Rutin: Mengidentifikasi potensi ancaman sebelum terjadi insiden.
Pengelolaan Keadaan Darurat: Merespons cepat terhadap kejadian seperti kebakaran, gangguan, atau tindakan kriminal.
Penerapan Prosedur Evakuasi: Melatih staf dan pasien dalam menghadapi situasi darurat.
4. Menggunakan Sistem Alarm dan Panic Button
Ketika terjadi keadaan darurat, waktu respons sangat krusial. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki sistem alarm yang terintegrasi dengan panic button untuk memungkinkan tenaga medis dan staf mengakses bantuan dengan cepat. Sistem ini dapat mencakup:
Alarm Darurat di Ruang Isolasi dan ICU: Memberikan peringatan dini terhadap potensi bahaya.
Panic Button di Area Strategis: Seperti ruang farmasi dan resepsionis untuk meminta bantuan dalam hitungan detik.
Integrasi dengan Layanan Keamanan: Memungkinkan petugas keamanan segera merespons ketika alarm aktif.
Menurut studi dari Security Industry Association (SIA), rumah sakit yang menggunakan sistem alarm terintegrasi mengalami penurunan insiden kejahatan sebesar 30% dibandingkan yang tidak memiliki sistem serupa.