Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pentingnya Kesehatan Mata untuk Berkendara

20 November 2021   00:45 Diperbarui: 20 November 2021   17:42 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lampu jalan yang lebih tinggi dari pohon. Tapi, pohonnya tidak salah kok. Sumber: via pxhere.com/id/photo/1532803

Kita pun sebenarnya sudah melihat buktinya musim ini, yaitu tiga kemenangan hanya dengan mengikuti beberapa seri. Hanya ada Fabio Quartararo (lima kemenangan) dan Francesco Bagnaia (empat kemenangan) yang dapat melebihi torehan Marquez.

Franco Morbidelli yang kembali dari cedera juga urung langsung tampil bagus, termasuk jika mengingat motor yang digunakan sudah spesifikasi pabrikan seperti Quartararo. Begitu juga dengan Jorge Martin yang sempat butuh beberapa balapan untuk kembali menemukan kepercayaan dirinya.

Marquez sebenarnya juga begitu. Tetapi, dia cenderung lebih cerdas dalam menyusun strategi. Melawan pembalap bugar di level setinggi MotoGP tanpa taktik akan menjadi tindakan konyol baginya.

Itulah kenapa, dia bisa menang di Sachsenring, COTA, dan Emilia Romagna. Semua itu terjadi karena taktik.

Taktik kabur sejak awal di Sachsenring. Taktik mengelola kecepatan di COTA, karena dia tahu formula apa yang bisa digunakan untuk menang di sana. Lalu, taktik mengukur batas maksimal motor di Emilia Romagna.

Baca juga: Marc Marquez Raja Sachsenring

Itulah yang membuat Marquez masih terlihat berbeda dibanding pembalap lain. Itu juga yang membuat Marquez masih dibutuhkan MotoGP.

Karena, tolok-ukur kualitas pembalap sebenarnya masih ada di Marquez. Memang, bukan berarti semua pembalap harus mengalami cedera seperti Marquez. Tetapi, semua pembalap perlu mencoba mendekati fase terbaik Marquez.

Fase terbaik Marquez adalah musim 2016-2019. Itu karena Marquez belajar dari kesalahan pada musim 2015.

Pengalaman diasapi duo Yamaha di akhir musim membuatnya makin tahu cara untuk melawan para rival, juga dirinya sendiri. Hasilnya pun empat gelar beruntun, sebelum dirinya kembali kalah dengan dirinya sendiri di musim 2020.

Seandainya, Marquez tidak terlalu ambisius pada balapan Jerez 2020 lalu, mungkin Marquez akan kembali menjadi juara dunia. Namun, selain kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan, kita juga tidak bisa memutar mundur waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun