Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Hasil MotoGP Valencia 2021: Ducati Sangat Berbahaya

15 November 2021   01:21 Diperbarui: 15 November 2021   01:25 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seri pamungkas MotoGP 2021, dikuasai Ducati. Sumber: AFP/Jose Jordan/via Kompas.com

Judul itu rasanya pas untuk menggambarkan balapan terakhir MotoGP 2021 di Valencia (14/11). Ducati terlalu tangguh!

Karena terlalu kuat, sampai membuat pembalap non-Ducati keteteran. Bahkan, salah satunya harus nyungsep.

Siapa lagi kalau bukan Alex Rins. Seolah-olah sudah menjadi tanda "cinta" bagi Rins, bahwa jika dirinya tampil sangat cepat dan agresif, maka dirinya kemungkinan besar akan tersungkur tak lama kemudian.

Itulah yang membuat Rins sering dikritik, karena sering gagal mengelola kecepatannya. Tidak seperti Joan Mir. Mir cenderung lebih dewasa dan tahu kapan harus menyerang, kapan harus bertahan.

Tindakan itu juga terjadi ketika Mir terlihat kesulitan menandingi pembalap Ducati, seperti Jorge Martin dan Francesco Bagnaia. Dia akhirnya memilih berada di belakang Rins yang terlihat lebih kencang dan mampu mengikuti kecepatan Ducati, terutama di tikungan.

Hanya saja, usaha Rins harus berakhir di pasir. Dia terjatuh saat akan melibas tikungan ke kiri. Tim Suzuki pun terkejut dan sedih.

Rins bikin sakit kepala timnya kambuh. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Rins bikin sakit kepala timnya kambuh. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Bahkan, bisa saja Joan Mir yang ada di belakang Rins juga memaki dalam pikirannya, karena lagi-lagi rekannya gagal diandalkan untuk merusak dominasi Ducati. Itu terbukti selepas Rins jatuh, Ducati mulai memperlihatkan kekuatannya yang tak tertandingi.

Mir yang sebenarnya berupaya mengejar Martin dan Bagnaia, malah makin tercecer dan tergerus oleh Jack Miller. Miller kembali bangkit di pertengahan balap setelah di awal balapan diasapi duo Suzuki Ecstar.

Jatuhnya Rins seperti mendukung strategi Miller yang cenderung terlihat menyimpan tenaga untuk 'comeback' di sepertiga akhir balapan. Itu pun terbukti setelah dirinya bisa menyalip Mir, dan makin menjauh dari jangkauan Mir.

Sedangkan, Mir malah makin didekati sang juara dunia MotoGP 2021, Fabio Quartararo. Quartararo pun salah satu pembalap yang gagal menahan laju Miller setelah di awal balapan sempat menyulitkan Miller.

Namun, seiring berjalannya putaran, motor-motor in-line-4 seperti Suzuki dan Yamaha seperti kehabisan tenaga untuk bertarung di sepertiga akhir balap. Padahal, pilihan ban mereka cenderung sama, Hard-Medium.

Hanya saja, motor-motor in-line-4 seperti menghabiskan waktu lebih banyak untuk menjaga jarak tetap dekat dengan Ducati, alih-alih bermain strategi. Dengan kecepatan yang kalah telak, Suzuki dan Yamaha harus rela termakan oleh tenaga besar yang dimiliki Ducati.

Miller disalip Quartararo. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Miller disalip Quartararo. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Sebenarnya, Ducati juga mengalami degradasi ban ketika sudah mendekati lima putaran akhir. Itu bisa terlihat dari Jorge Martin yang akhirnya gagal membendung laju Bagnaia untuk mengambil alih posisi terdepan.

Namun, kemunduran Ducati tidak terlihat fatal, karena bisa ditutupi dengan akselerasi di lintasan lurus, terutama di lintasan lurus pertama. Di situlah pembalap-pembalap Ducati mampu memainkan jarak dengan cara melepaskan kekuatan motor semaksimal mungkin, sampai pembalap yang bukan dari Ducati akan tergerus waktunya hingga tertinggal jauh.

Bagnaia akhirnya bisa salip Martin dan pimpin balapan. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Bagnaia akhirnya bisa salip Martin dan pimpin balapan. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Valencia yang sebenarnya punya banyak tikungan, seperti tidak menjadi masalah bagi pembalap-pembalap Ducati. Mereka tetap tangguh, karena beberapa tikungan memang berkarakter cepat.

Selain itu, kalau mereka tidak mampu bersaing di tikungan mereka tetap berada dalam kecepatan yang cukup untuk tetap dekat dengan pembalap yang non-Ducati. Itu bisa dilihat Jack Miller yang terlihat tidak khawatir dengan agresivitas duo Suzuki dan single fighter Yamaha, Quartararo.

Mereka dibiarkan berjuang keras di segala sektor, sampai akhirnya kesalahan dan penurunan performa motor menjadi masalah internal masing-masing. Jika Valencia yang sebenarnya akrab dengan motor in-line-4 akhirnya mampu dikuasai Ducati, rasanya Ducati akan sangat berbahaya di musim depan.

Kita bisa melihat dari hasil di GP Valencia ini. Bagnaia, Martin, dan Miller menguasai podium. Mereka mampu berjarak lima detik dari Mir dan Quartararo yang harus puas finis keempat dan kelima.

Bagnaia bawa
Bagnaia bawa "Rossi" ke podium tertinggi di Valencia. Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Bahkan, di belakang dua pembalap ini ada pembalap Ducati lainnya, yaitu Johann Zarco. Jaraknya dengan Bagnaia hampir tujuh detik. Sebenarnya, bukan karena Zarco lambat, tetapi karena Zarco sempat tercecer di belakang setelah start.

Seandainya Zarco tidak tercecer di belakang, bisa saja pembalap Prancis ini akan mengisi empat besar di depan. Di belakang Zarco pun ada pembalap Ducati lagi, yaitu Enea Bastianini.

Pembalap Esponsorama Avintia Racing itu finis kedelapan. Dia di belakang Brad Binder, yang juga seperti Quartararo, berperang sendirian untuk Red Bull KTM di paruh akhir musim ini.

Artinya, dengan tiga tim balap dan lima pembalap yang tangguh, Ducati sudah mendominasi posisi 10 besar. Sepuluh besar itu pun dengan separuhnya ada di depan.

Bayangkan, di musim 2022, Ducati menurunkan empat tim balap dengan tambahan dua pembalap yang mungkin salah satunya akan cepat beradaptasi dengan motor Ducati. Atau, Luca Marini yang musim ini kalah bersaing dengan Martin dan Bastianini, akan tampil lebih bagus.

Faktor sudah tidak adanya Valentino Rossi di lintasan, mungkin membuat Marini tidak terbebani. Bisa saja, dia mulai merasa bahwa MotoGP adalah arena bermainnya seperti di Moto2.

Baca juga: Darryn Binder dan Beban Berat yang Menghantui

Dengan begitu, dia bisa tampil lepas dan membuktikan diri bahwa dia juga bukan pembalap yang salah untuk berkompetisi di MotoGP. Mungkin, dia sulit menjadi penerus kesuksesan Rossi, tetapi dia bisa menjadi dirinya sendiri di musim depan.

Sudah saatnya Marini tampil kuat, karena dia akan bertandem lagi dengan Marco Bezzecchi di Racing Team VR46--nama tim sementara. Dia juga akan mendapatkan motor spesifikasi pabrikan, dan tentunya tidak boleh kalah jauh lagi dengan Bastianini, yang akan membela Gresini Racing.

Jika begitu, Ducati punya potensi menguasai balapan di tiap seri dengan minimal enam pembalap dapat mengisi zona 10 besar. Jelas, itu adalah masalah besar bagi tim non-Ducati seperti Yamaha dan Suzuki.

Mereka hanya punya "jatah" empat posisi yang belum lagi harus diperjuangkan dengan tim lain seperti Repsol Honda, Red Bull KTM, dan Aprilia Racing. Artinya, musim depan adalah sirine darurat bagi lawan-lawan Ducati.

Jika mereka ingin kembali menggagalkan mimpi panjang Ducati, yaitu mengantarkan pembalapnya menjadi juara dunia, maka satu-satunya cara adalah meningkatkan kualitas motor mereka. Karena, tim seperti Yamaha dan Suzuki sebenarnya sudah punya pembalap tangguh.

Hanya saja, mereka mulai tidak berkutik dengan serangan motor-motor Ducati. Bahkan, sekalipun Quartararo bisa menang lima kali musim ini, dia sebenarnya harus berjuang sangat keras melawan banyak motor Ducati.

Di paruh awal, dia harus berjuang melawan duo Pramac Racing, Johann Zarco dan Jorge Martin. Di paruh kedua, Quartararo harus berjibaku menahan laju duo Ducati Lenovo, Bagnaia dan Miller.

Satu-satunya keuntungan Quartararo musim ini adalah dia melawan inkonsistensi para pembalap Ducati. Dan, jika berkaca pada kegagalan Joan Mir musim ini dalam mempertahankan gelar juara dunianya musim 2020, maka Quartararo punya kemungkinan buruk seperti itu pada musim depan.

Karena, Ducati pasti akan banyak belajar dari kesalahan musim ini. Terutama inkonsistensi pembalapnya. Musim depan, Bagnaia, Miller, Zarco, Martin, hingga Bastianini kemungkinan besar akan lebih mampu mengelola kecepatan motornya agar tidak mudah jatuh dan kehilangan banyak poin.

Itu seperti yang dilakukan Quartararo atas kegagalannya musim 2020, yang diperbaiki di musim ini, sampai kemudian berbuah gelar juara dunia. Bagnaia yang musim ini menjadi runner-up kemungkinan menjadi kandidat kuat juara dunia dari Ducati.

Hanya saja, Bagnaia juga harus mewaspadai rekan setimnya, Miller. Karena, pembalap Australia itu juga punya keharusan untuk tampil sangat bagus musim depan, agar posisinya di tim pabrikan tidak tergeser oleh Zarco atau Martin.

Baca juga: Lagu Lama Ducati

Nasib sedikit beruntung mungkin masih ada di Bagnaia, karena dia pembalap Italia. Meski begitu, dia juga harus berpikir bahwa Ducati juga sudah punya banyak "stok" Italia, terutama Enea Bastianini.

Jika berkaca pada musim ini, Bagnaia sudah mulai bisa mengalahkan tekanan yang ada di pundaknya. Tinggal, bagaimana dia bisa memulai konsistensi yang dia dapat di paruh akhir musim ini ke awal musim depan.

Apabila berhasil, tidak menutup kemungkinan Ducati akan juara dunia pembalap musim depan setelah 2007 bersama Casey Stoner. Jika waktu itu, Ducati harus diselamatkan oleh pembalap Australia, mungkin tahun depan mereka akan diselamatkan pembalap Italia yang memang sudah lama diidamkan--sejak kegagalan proyek mereka dengan Valentino Rossi dan Andrea Dovizioso.

Namun, sebelum melangkah sejauh itu, Ducati patut merayakan dulu kesuksesan mereka musim ini. juara dunia tim konstruktor, juara dunia tim balap dengan Ducati Lenovo, pembalap independen terbaik lewat Johann Zarco, dan 'rookie of the year' lewat Jorge Martin.

Selamat, DUCATI! Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7
Selamat, DUCATI! Sumber: via Motogp/Transmedia/Trans7

Malang, 14 November 2021
Deddy Husein S.

Tersemat: Sports.okezone.com, id.motorsport.com 1 & 2, Kompas.com.
Terkait: Detik.com 1, Detik.com 2, Kompas.com, Bolasport.com.
Baca juga: Seberapa Besar Peluang Rossi Podium ke-200?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun