Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Hasil Final Piala FA 2021: Yang Totalitas yang Menang

16 Mei 2021   05:16 Diperbarui: 16 Mei 2021   14:09 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tuchel sudah berupaya beradu strategi, tetapi eksekusinya yang kurang total (sesuai harapan). Sumber: AP Photo/via Bola.net

Taktik itu didukung dengan keberadaan pemain di depan yang sesuai pola permainannya, yaitu Jamie Vardy. Vardy adalah pemain yang mahir dalam berduel satu lawan satu dan dalam situasi serangan balik.

Kecocokan antara taktik dengan karakteristik pemain di atas lapangan inilah yang bisa disebut sebagai totalitas.

Ini yang tidak terjadi pada The Blues. Mereka masih sering tertukar strategi ketika memainkan pemain-pemain yang memiliki karakteristik tertentu, dan ini tidak hanya terjadi pada laga ini.

Ketika Chelsea bermain dengan Werner sebagai striker, malah tidak jarang mereka berusaha mengreasikan peluang dengan situasi bola mati dan/atau bola-bola atas. Tetapi, ketika Chelsea bermain dengan Giroud sebagai striker, malah seperti sangat ingin menembus pertahanan lawan dari tengah bukan samping.

Tuchel sudah berupaya beradu strategi, tetapi eksekusinya yang kurang total (sesuai harapan). Sumber: AP Photo/via Bola.net
Tuchel sudah berupaya beradu strategi, tetapi eksekusinya yang kurang total (sesuai harapan). Sumber: AP Photo/via Bola.net
Selain itu, Chelsea dan bersama Thomas Tuchel cukup identik dengan gaya bermain praktis. Aliran bola cepat dan mengandalkan transisi pemain yang cair.

Namun, ketika mereka menghadapi tim yang bermain bertahan dan punya kualitas yang tepat untuk mengeksekusi strategi bermain pragmatis, mereka akan sangat keteteran. Ujung-ujungnya, mereka harus bermain dengan skema ball possession, yang malah menjadi titik lemah.

Karena, mereka menguasai bola tidak sepenuhnya dengan mengalirkan bola dari kaki ke kaki, melainkan dengan melakukan pergerakan individu. Artinya, penguasaan bola yang dilakukan Chelsea cenderung sangat bergantung pada kualitas pemainnya dalam menguasai bola, bukan kolektivitas.

Ini yang membuat ball possession yang diperagakan Chelsea berbeda dengan Manchester City. Ini pula yang membuat kekalahan Chelsea tidak terlalu disayangkan meski mereka bermain sebagai penguasa bola di laga ini.

Seandainya, Leicester City menang dengan mengalahkan Manchester City dan hanya dengan satu tendangan tepat sasaran, itu akan cukup disayangkan. Bahkan, bagi penonton netral. Karena, bisa saja permainan yang diperagakan Man. City lebih menarik ditonton daripada yang dilakukan para pemain Chelsea.

Namun, dengan melihat final ini, ada kemungkinan Chelsea dapat belajar dari kekalahan ini untuk menghadapi final Liga Champions. Memang, mereka akan menghadapi tim yang sangat berbeda dari Leicester City. Tetapi, bisa saja Man. City juga memeragakan permainan yang sedikit pragmatis untuk mengecoh taktik Thomas Tuchel.

Sedangkan, bagi Leicester City, hasil ini adalah hadiah bagus untuk mereka. Gelar yang bisa memacu semangat mereka untuk menjadi lebih serius lagi sebagai klub pemburu gelar di musim depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun