Mampukah Benzema dkk. mencetak gol dan mengalahkan Liverpool? Pertanyaan ini ditambah dengan kenyataan lain, bahwa Real Madrid juga mudah kebobolan. Sembilan gol sudah bersarang ke gawang mereka selama fase grup.
Artinya, kali ini Liverpool adalah favorit. Mereka dapat bersaing dengan kemampuan mencetak gol Real Madrid, juga masih lebih kokoh pertahanannya dibandingkan Real Madrid.
Setelah pembahasan dua laga besar itu, kita tidak boleh melupakan dua laga lainnya. Manchester City vs Borussia Dortmund dan Chelsea vs Porto.
Dimulai dari Manchester City vs Borussia Dortmund. Laga ini bisa dikatakan menarik dan sedikit sulit ditebak.
Alasannya, kedua tim sama-sama produktif. Selama fase grup, Man. City mampu mencetak 13 gol, sedangkan Dortmund hanya kalah 1 gol. Pembedanya adalah produktivitas Manchester City lebih kompleks, sedangkan Dortmund bergantung pada produktivitas Erling Haaland.
Selain itu, yang membuat Manchester City masuk skenario ideal untuk melaju ke semifinal adalah pertahanan mereka. Mereka baru kebobolan 1 gol dan masih bertahan sampai fase 16 besar terlampaui.
Sedangkan Dortmund, di fase grup sudah kebobolan 5 gol dan di fase 16 besar kebobolan 4 gol. Artinya, mereka sudah "membiarkan" lawan berselebrasi 9 kali.
Namun, Dortmund masih punya harapan lewat skenario rasional. Pada skenario ini, harapannya Dortmund menghitung-hitung peluang lolos lewat agregat. Itu bisa dilakukan seperti ketika menyingkirkan Sevilla di fase 16 besar.
Laga terakhir yang perlu dibahas juga adalah Chelsea vs Porto. Secara ideal, Chelsea memang patut dijagokan untuk lolos ke semifinal, tetapi ada satu pertimbangan yang membuat Porto bisa jadi favorit, khususnya dalam kacamata rasional.
Kemampuan Pepe dkk. dalam menyerang dan bertahan bisa dikatakan mumpuni untuk ukuran klub yang bisa digolongkan sebagai kuda hitam di Eropa--walau pernah menjadi kampiun Liga Champions. Mereka mampu mencetak 10 gol dan hanya kebobolan 3 kali di fase grup.
Artinya, mereka mampu mengelola potensi untuk menang dengan cukup baik. Mereka boleh kebobolan, tapi harus mampu menjebol gawang lawan juga. Prinsip ini nyatanya telah memakan korban, yaitu Juventus.