Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liverpool bukan Real Madrid

9 Maret 2021   00:07 Diperbarui: 9 Maret 2021   00:39 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri: Mane, Salah, dan Firmino. Gambar: AFP/Phil Noble via Kompas.com

Mo Salah adalah penyerang sayap, yang artinya sebelum ia wajib mencetak gol, ia juga wajib membagi bola kepada rekannya yang punya peluang lebih baik. Dalam arti lugasnya, Mo Salah tidak seharusnya menggunakan "kacamata kuda" ketika di dalam kotak penalti.

Selain itu, apa yang dikatakan Klopp juga dapat dimaklumi, karena dia adalah manajer. Ia adalah tameng skuadnya. Dialah yang perlu menetralisir "serangan" yang dialamatkan ke pemainnya.

Tetapi, "serangan" itu lambat-laun malah seperti menjadi kenyataan. Salah semakin sering terlihat memaksakan diri untuk mencetak gol meski ada rekan lain yang bisa menerima bola akhir. Nahasnya, seringkali rekan lain itu adalah Mane.

Tidak jarang, Mane terlihat kecewa ketika Salah gagal mencetak gol, karena memang seharusnya bola itu tidak ia tendang. Hanya saja, apa yang dilakukan Salah sebenarnya juga merupakan naluri pemain yang terbiasa mencetak gol.

Siapa tahu, bola yang ia tendang secara ajaib tetap dapat mengarah ke gawang walau dalam situasi sulit. Ini yang saya pikirkan juga ketika melihat Salah dan pemain-pemain yang posisinya adalah penyerang sayap.

Mereka biasanya cenderung suka membuat keputusan spekulasi. Seperti yang dilakukan Riyad Mahrez, Henrikh Mkhitaryan, Pedro, Alexis Sanchez, Neymar, Mbappe, hingga pemain yang saat ini sedang hangat diperbincangkan, Gareth Bale.

Sedangkan, Mane cenderung seperti Willian, Cuadrado, yang mau melihat situasi. Kalau memang bagus untuk dieksekusi sendiri, ditendang. Kalau melihat rekannya lebih potensial, diberikan operan.

Menurut saya, mungkin inilah yang membuat dua tumpuan di lini serang Liverpool pecah kongsi. Mereka kemudian seperti berlomba untuk menjadi "panglimanya" Liverpool.

Jika merujuk pada struktur di TNI AD Indonesia, di sana puncak struktur dipegang oleh Panglima. Hanya ada satu panglima. Artinya, di dalam klub jika ada panglima, maka panglimanya juga harus satu.

Apakah itu artinya, Liverpool harus bergantung pada satu pemain?

Menurut saya, itu bukan sesuatu yang harus selamanya ditakutkan. Karena, nyaris semua klub yang sering menang dan bahkan juara juga mengandalkan satu pemain yang terbaik dari lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun