Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ghosting, Cinta, dan Lelaki Dirundung Habis

3 Maret 2021   23:28 Diperbarui: 3 Maret 2021   23:59 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lelaki menyatakan cinta ke perempuan. Gambar: Pixabay

Menurut pemikiran dangkal saya, cinta itu sebenarnya lebih tinggi daripada suka. Tetapi, sebagian besar orang menganggap cinta itu suka, suka itu cinta.

Kalau tidak demikian, jumlah penggemar yang halu terhadap idolanya tidak banyak. Bahkan, yang jadi penggemar juga tidak akan mau mengejar-ngejar idolanya, atau bahkan jadi penguntit. Tidak akan!

Artinya, di sini cinta itu menjadi rancu. Akibat pembauran rasa suka dengan obsesi. Ujung-ujungnya, seseorang yang secara langsung seharusnya tidak saling kenal, menjadi tumbuh rasa cinta. Hasil dari rasa suka yang berlebih dan seharusnya juga bukan disebut cinta.

Memangnya, cinta itu apa sih?

Sekalipun saya bukan pakar cinta, menurut saya cinta itu tatarannya seperti rasa cinta antara anak kepada orang tuanya dan sebaliknya. Ya, mirip kasih-sayang. Menurut saya itulah yang baru namanya cinta.

Jadi, kalau ada pepatah, "tresna jalaran saka kulina", itu tidak salah. Hanya saja, cinta (tresna) itu seharusnya tumbuhnya lebih lama dari rasa suka (kesengsem). Artinya, tresna (iku) jalaran saka kulina sing suwi.

Suka dulu, baru cinta. Artinya, sepasang kekasih bisa disebut saling mencintai kalau sudah sangat saling suka dan nyaris mampu mengejar tingkat kecintaan antara anak ke orang tuanya.

Patokannya apa?

Secara kasat mata, orang tua dengan anak kalau sudah saling mencintai pasti akan berusaha selalu ada, selalu saling doa, dan selalu memberi dukungan secara langsung ataupun tidak langsung. Lalu, sudahkah orang yang berpacaran demikian? Sudahkah orang yang menikah setahun-dua tahun demikian?

Memang, ada juga hubungan orang tua dan anak yang bisa disebut kurang baik hingga tidak baik. Tetapi, kalau dibandingkan dengan jumlah hubungan tidak baik antarpribadi yang masih dalam lingkar berpacaran, kira-kira jumlahnya lebih banyak mana?

Contoh kasarnya, jumlah kasus kriminal yang melibatkan antara orang tua dengan anak, dibandingkan jumlah kasus kriminal yang melibatkan lelaki dengan perempuan, lebih banyak mana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun