Jika disuruh menebak-nebak buah manggis, maksud saya sosok entertainer yang bakal menjadi perbincangan tahun ini, maka saya sebut Joe Taslim. Karena, selain tahun 2020 lalu dia telah memperlihatkan akting memukau dengan "The Swordsman". Tahun ini, Joe Taslim juga punya film yang siap tayang, yaitu "Mortal Kombat".
Lewat film ini, saya prediksi Joe Taslim akan banyak diulas. Mengapa?
Pertama, karena ini adalah film Hollywood perdana yang menempatkan Joe Taslim sebagai salah satu tokoh utama. Memang, jika kita sudah pernah menonton film Mortal Kombat, kita akan tahu bahwa tokoh yang sering disorot adalah Liu Kang.
Namun, kita juga tahu bahwa Mortal Kombat memiliki banyak tokoh hebat. Selain Liu Kang, ada Raiden, Kung Lao, Sonya Blade, Scorpion, dan tentunya Sub-Zero. Bahkan, kalau pernah menonton film animasi maupun memainkan gim Mortal Kombat, bisa diketahui bahwa kekuatan Sub-Zero sangat kuat, setara Liu Kang dan Scorpion.
Menariknya, Joe Taslim dipercaya untuk memerankan Sub-Zero. Bahkan, Joe Taslim merupakan aktor yang pertama kali diumumkan dalam proyek film ini. Itu artinya, pihak sutradara dan produser sudah memantau dan cepat menangkap potensi yang dimiliki Joe Taslim.
Kedua, jika film ini sukses, maka akan ada peluang munculnya sekuel hingga trilogi Mortal Kombat. Artinya, Joe Taslim akan semakin lekat dengan film ini termasuk membuka peluang lebih dekat ke perfilman Hollywood.
Potensi ini bisa dimiliki Joe Taslim, karena Hollywood bisa dikatakan rumahnya film bergenre action. Melihat kualitas Joe Taslim dalam berperan dan memiliki latar belakang bagus di olahraga bela diri, maka peluangnya bermain film Hollywood lagi pasca Mortal Kombat akan terbuka lebar.
Ketiga, jika film ini sukses, entah secara kualitas maupun tanggapan penonton, maka ada kemungkinan juga akan muncul film fragmen Sub-Zero. Ini seperti di film animasi yang menyorot pertarungan Sub-Zero dengan Scorpion.
Tentu, pembuatan film fragmen ini tidak lepas dari bagaimana tingkat kepuasan penonton dan produser terhadap akting Joe Taslim. Hal ini juga bisa terjadi selain karena faktor garis cerita jika merujuk pada animasinya, dan karena faktor pemerannya.
Kebetulan, aktor pemeran Scorpion adalah Hiroyuki Sanada, yang merupakan aktor paling berpengalaman di Hollywood dalam proyek Mortal Kombat. Itu artinya Hiroyuki juga bisa menjadi tambatan bagi Mortal Kombat dalam membangun film fragmen atau minimal melanjutkan kisah Mortal Kombat yang sebenarnya panjang dan menarik untuk difilmkan.
Jika Hiroyuki alias Scorpion beraksi, maka Sub-Zero alias Joe Taslim juga dapat beraksi. Karena, secara cerita, Scorpion dan Sub-Zero punya ikatan kuat.
Jika melirik info terbaru, film ini memang akan menggandeng layanan menonton legal secara daring, HBO Max. Tetapi, jika mengingat bahwa film ini bergenre action dan bisa juga disebut thriller, maka sebenarnya wadah pemutaran paling tepat ada di bioskop.
Selain bisa menjangkau khusus pada penggemar Mortal Kombat yang artinya sudah siap dengan adegan Fatality-nya, juga untuk usia dewasa (R-rating) yang lebih bijak menerima film ini. Selain itu, teriakan-teriakan khas Liu Kang dan getaran efek suara es Sub-Zero yang membekukan para musuh akan terasa lebih maksimal di dalam bioskop.
Namun, jika keadaan memang masih belum kondusif untuk pembukaan bioskop, Warner Bros patut mempertimbangkan juga merilis film Mortal Kombat secara penuh (tanpa ada masa kedaluwarsanya) di layanan streaming legal. Dengan begitu masyarakat penonton film di Indonesia bisa tetap dapat menonton aksi JoeTa segera.
Kira-kira beginilah pendapat saya tentang entertainer yang punya peluang naik daun pada 2021. Namun, jikalau JoeTa berhasil menjadi perbincangan karena perannya di film Mortal Kombat, saya pikir itu bukan berarti membuatnya menjadi satu-satunya aktor terbaik Indonesia dan menimbulkan perbandingan-perbandingan.
Menurut saya, semua aktor film Indonesia sudah punya kualitas terbaik pada masing-masing genre. Itu seperti ketika saya menjadi penonton, maka saya akan memiliki selera menonton film berdasarkan genre, bukan semata-mata karena mencari yang terbaik lalu menyingkirkan yang lain.
Pola itu menurut saya juga sebaiknya berlaku pada aktor perfilman. Mereka juga berhak berkembang dan berkarya sesuai dengan minat dan tantangan yang mereka inginkan. Soal bagus atau tidak, itu 50-50.
Bisa saja secara kualitas bagus, namun secara genre tidak. Atau, bisa juga sebaliknya.
Jadi, meskipun saya memprediksi nama JoeTa akan menjadi perbincangan publik Indonesia, saya juga akan senang jika aktor atau entertainer lain juga dapat menjadi perbincangan publik Indonesia. Khususnya, karena prestasi dan karyanya.
Malang, 13 Januari 2021
Deddy Husein S.
Terkait: Kompas.com 1 dan 2, dan Wikipedia.
