Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Arsenal, Arteta, dan Apa Itu Proses

30 November 2020   21:36 Diperbarui: 1 Desember 2020   00:13 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kemudian Arsenal dituntut langsung hebat di segala hal, itu jelas sebuah perampokan yang diarahkan ke Arteta. Sebagai pelatih muda, debutan, sekaligus musim pertamanya memegang klub dari awal musim, jelas butuh tahap demi tahap. Tidak bisa langsung "buka sithik jos".

Jurgen Klopp bisa juara EPL juga dengan proses. Liverpool juga pernah berada di fase memalukan atau meraih rekor-rekor buruk dengan Klopp. Tetapi, Liverpool tetap butuh Klopp hingga saat ini.

Begitu juga dengan Manchester City yang walaupun masih penasaran dengan trofi Liga Champions, mereka tetap butuh Pep Guardiola. Siapa lagi yang bisa menjamin kualitas permainan untuk Man. City selain Pep untuk saat ini?

Artinya, semua klub butuh proses, sekalipun itu harus mencicipi rekor-rekor buruk. Rekor buruk itu baru terlihat setelah rekor baik tercipta. Artinya, keberadaan rekor buruk akan mendorong adanya perbaikan. Itulah yang pasti dipikirkan oleh Arteta saat ini.

Salah satu bukti dari pemikiran itu adalah ketika Arsenal bisa mengalahkan Man. United di Old Trafford. Dia menyembunyikan rekor buruk tandang Arsenal di markas The Red Devils, karena ingin melihat para pemain tanpa beban dan fokus pada pertandingan itu saja.

Aubameyang eksekusi penalti di laga menantang Manchester United (1/11). Gambar: Reuters
Aubameyang eksekusi penalti di laga menantang Manchester United (1/11). Gambar: Reuters
Ketika itu terjadi, maka rekor baik pun tercipta. Kita pun kemudian lupa bahwa Arsenal masih punya masalah di laga itu, yaitu gol yang hanya tercipta lewat penalti. Seandainya tidak ada penalti, laga itu pasti berakhir imbang 0-0.

Dari situ terlihat, bahwa sebagian besar dari publik penggemar sepak bola hanya fokus dengan hasil laga, bukan dengan apa yang ada di lapangan. Ketika sebuah tim kalah, yang dicari adalah kelemahan-kelemahannya. Kalau menang, yang dicari kelebihan-kelebihannya.

Padahal, belum tentu sebuah tim kalah karena 90 menit main buruk. Bisa saja sebuah tim kalah karena 10 menit, 15 menit, hingga 20 menit main buruk, dan itu di menit-menit krusial.

Artinya, melalui tulisan ini, saya hanya ingin menyampaikan suara yang berbeda, bahwa Arteta belum saatnya mendapatkan ultimatum dari tim manajemen. Justru, tim manajemen Arsenal yang harus memberikan perjanjian, bahwa mereka akan melakukan transfer pemain untuk Arteta--seperti transfer Januari Bruno Fernandes di Manchester United untuk Solskjaer.

Bagaimana dengan penggemarnya?

Aduh, sabar saja kawan-kawan. Tidak ada proses yang menyenangkan. Semua hal yang menyenangkan di mata kita itu terlihat karena sudah dipilih oleh orang yang sudah merasa berhasil dan ingin menunjukkannya ke orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun