Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Lagu Lama Ducati

22 Agustus 2020   20:18 Diperbarui: 22 Agustus 2020   22:22 4456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ducati dan Andrea Dovizioso adalah kolaborasi yang bagus untuk saat ini. Gambar: AFP via Kompas.com

Tidak hanya Dovi, Lorenzo juga pernah disundul Iannone. Gambar: Crash via Tribunnews.com
Tidak hanya Dovi, Lorenzo juga pernah disundul Iannone. Gambar: Crash via Tribunnews.com
Pembalap ini bisa dikatakan berada di generasi persaingan yang sama dengan Marc Marquez. Namun, ia cenderung kurang konsisten.

Hal ini disebabkan oleh gaya balapnya yang 180 derajat berbeda dengan Dovizioso. Jika Dovi sering mengandalkan momentum, sedangkan Iannone cenderung grusa-grusu*. Salah satu wujudnya seperti yang telah dibahas itu.

Dari situlah kemudian Ducati merasa timnya masih memiliki banyak PR. Salah satunya adalah kebutuhan pembalap bermental pemenang. Jorge Lorenzo akhirnya menjadi pilihan. Pembalap asal Spanyol itu datang dengan embel-embel peraih gelar juara dunia 3 kali dengan Yamaha Factory.

Meski, karakter motor Yamaha sangat berbeda dengan Ducati, publik bisa berkaca bahwa Dovi saja bisa, kenapa tidak dengan Lorenzo?

Jawabannya pun sudah kita lihat, bahwa Lorenzo butuh waktu untuk bisa kembali ke performa yang seharusnya. Ia pun hanya bisa meraih 3 kali podium di musim pertama (2017).

Jorge Lorenzo menangkan duel dengan Marc Marquez di Red Bull Ring 2018. Gambar: Otorider.com
Jorge Lorenzo menangkan duel dengan Marc Marquez di Red Bull Ring 2018. Gambar: Otorider.com
Namun, lonjakan hebatnya adalah ketika ia mampu menang di Mugello di musim kedua bersama Ducati. Semakin fantastis, ketika Lorenzo mampu meraih tiga kemenangan berturut, yaitu di Mugello, Catalunya, dan Austria*.

Namun seolah seperti yang terjadi pada Stoner di Ducati, Jorge Lorenzo gagal bertahan. Faktor paling mencolok adalah karena Dovizioso akhirnya bisa berada di performa terbaiknya bersama Ducati dengan bukti runner-up di musim 2017.

Ducati seolah terbuai dengan statistik dan tidak peduli dengan kapasitas pembalapnya. Bukan berarti kita menyepelekan Dovi. Tetapi, keberhasilan Lorenzo beradaptasi di musim keduanya bisa menggarisbawahi tentang adanya kualitas pembalap yang perlu dipertimbangkan oleh tim dan manajemennya.

Proses itu nyata, bukan mitos. Proses juga seperti statistik. Terbukti Dovizioso bisa menemukan performanya karena adanya proses. Jika tim Ducati tidak menghargai proses, jelas nama Dovi akan segera lenyap sebelum Lorenzo bergabung.

Duet Dovi dan Lorenzo sebenarnya terbaik khususnya di musim 2018. Gambar: Ligaolahraga.com
Duet Dovi dan Lorenzo sebenarnya terbaik khususnya di musim 2018. Gambar: Ligaolahraga.com
Namun, seolah Ducati tidak belajar dari apa yang dilakukan kepada Stoner dan Lorenzo, mereka pun kini mengulangi cara yang sama. Mendepak pembalapnya, yaitu Dovizioso.

Seolah sedang mendapatkan giliran, kini Dovizoso yang harus pergi dari Ducati. Menariknya, apa yang ia lakukan nyaris mirip dengan apa yang dilakukan Jorge Lorenzo pasca mengumumkan pisah jalan bersama Ducati, yaitu juara seri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun