Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Masih Banyak yang Bekerja Kala Ada Covid-19

18 Maret 2020   16:22 Diperbarui: 27 Maret 2020   09:35 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski corona menjadi pandemi, tidak semua pekerjaan dapat ditinggalkan. | Gambar: Wartabalionline.com

Ilustrasi jurnalis. | Gambar: Newshanter.com
Ilustrasi jurnalis. | Gambar: Newshanter.com

Benar! Penulis menganggap berita seperti mata dan kacamata. Seandainya kita tak memiliki mata, tentu kita kesulitan untuk berjalan, apalagi mengenali mana teman dan mana orang asing. Artinya, tanpa berita, kita akan kesulitan mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam kehidupan kita.

Sama halnya dengan kacamata yang membantu mata kita untuk lebih awas dan tentunya dapat (sedikit) terlihat mampu untuk melihat apa saja seperti orang lain yang tak berkacamata. Artinya, berita juga menuntun kita untuk memilih dan memilah mana kabar yang tepat nan akurat, yang akhirnya dapat menuntun kita untuk bersikap ketika terjadi hal-hal yang tak baik seperti keberadaan covid-19.

Penulis tidak sanggup memprediksi siklus kehidupan ini tanpa adanya berita yang dihasilkan oleh para jurnalis. Terlepas dari bagaimana cara para jurnalis bekerja, penulis yakin bahwa mereka pasti tetap memerlukan interaksi.

Peran jurnalis semakin krusial saat pandemi covid-19. | Gambar: Matranews.id
Peran jurnalis semakin krusial saat pandemi covid-19. | Gambar: Matranews.id

Bahkan, meski mereka bekerja hanya di rumah dan pekerjaannya sudah mobile remoted---dikontrol jarak jauh, tetap saja mereka butuh pesan makanan jika mereka tidak masak sendiri. Artinya, interaksi pasti tetap ada dalam kehidupan para jurnalis termasuk sebenarnya pada diri kita masing-masing.

Di saat kita lapar, menjadi orang indekos, dan tidak masak sendiri, pasti kita akan perlu keluar ke warung sebelah atau ke toko kelontong untuk beli makanan-minuman dan lainnya. Termasuk ketika kita pesan antar, tetap saja kita perlu bertemu dengan driver-nya dan meski driver-nya sehat atau gagal diinfeksi oleh corona, segala sentuhan dan interaksi diantara kita dengan orang lain bisa menjadi celah virus berbahaya itu untuk berpindah-pindah.

Ilustrasi pengantar makanan yang bisa digunakan oleh mereka yang enggan keluar saat pandemi melanda. | Gambar: Suara.com
Ilustrasi pengantar makanan yang bisa digunakan oleh mereka yang enggan keluar saat pandemi melanda. | Gambar: Suara.com

Namun, ketika melihat orang-orang di tiga profesi di atas---termasuk driver ojol---penulis merasa perlu berterimakasih banyak kepada mereka. Karena, tanpa kegigihan mereka untuk menjalankan tugasnya, tentu masyarakat seperti penulis akan semakin sengsara.

Bagaimana bisa survive, jika kebutuhan pokok kita dewasa ini---makan, minum, dan membaca berita---tak terpenuhi dengan baik?

Malang, 18 Maret 2020
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun