Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Livi Zheng Tidak Sendiri

6 September 2019   19:20 Diperbarui: 7 September 2019   10:14 2566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Livi Zheng dan Pak Rijanto (bupati Blitar). | Poskotanews.com

Pertama, psikologis usia. Usia memang hanya angka, namun banyak orang seringkali terjebak terhadap usianya ketika menjalani kehidupan. Ada orang yang berpikir bahwa dirinya sudah semakin tua, namun tidak kunjung "naik kelas".

Pemikiran semacam ini dapat muncul ketika orang tersebut merasa sudah berusaha namun tidak kunjung mendapatkan hasil yang setimpal. Memangnya apa hasil yang diharapkan (dalam usahanya)?

Kedua, faktor lingkungan. Di sini, penulis berpikir bahwa Livi Zheng berada di lingkungan yang dapat disebut sebagai golongan "orang atas". Entah itu dari orangtuanya ataupun dari dirinya sendiri.

Ketika sudah berada di masa-masa genting, seseorang yang sudah berada di lingkungan "atas" akan berusaha mati-matian untuk mempertahankannya.

Inilah yang menyebabkan realita kehidupan masyarakat (bahkan tidak hanya di Indonesia) rata-rata menghasilkan orang-orang hebat atau orang kalangan atas merupakan orang-orang yang merangkak dari bawah. Karena, dengan begitu mereka belum punya tantangan untuk mempertahankan apa yang sudah dia capai, apalagi yang keluarganya capai.

Tantangan inilah yang sebenarnya lebih berat. Sehingga, tidak sedikit orang yang sudah di atas sulit bertahan. Karena, mereka sudah mulai kesulitan untuk mempertahankan apa yang sudah mereka miliki.

Ketiga, karakter. Poin ini sangat krusial dalam menilai tindak-tanduk seseorang, entah itu Livi Zheng maupun figur-figur lainnya. Karakter yang dimaksud di sini adalah adanya tipikal orang yang cepat puas dengan orang yang belum kunjung terpuaskan.

Artinya, ada orang yang hampir di periode kehidupannya menginginkan adanya sesuatu yang baru dan lebih.

Sedangkan di sisi lain, ada orang-orang yang mudah puas. Puas di sini dicontohkan dengan bagaimana seseorang lebih suka (segera) menjadi motivator dibanding (tetap) menjadi creator.

Orang yang lebih banyak menghabiskan waktunya menjadi pembicara ataupun motivator, rata-rata adalah orang yang sudah puas dalam menghasilkan sesuatu (kreativitas).

Jika memang rekam jejaknya sudah terlampau panjang dan banyak, tentu menjadi motivator adalah suatu kewajaran. Memang mustinya mereka yang sudah banyak pengalaman, sangat diperlukan untuk menjadi motivator bagi orang lain (dan orang baru). Namun, bagaimana jika belum (rekam jejak masih sedikit)?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun