Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Laga 100 Menit yang Tidak Mampu Membuat Persebaya Menang

22 Mei 2019   15:30 Diperbarui: 22 Mei 2019   15:34 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Osvaldo Haay dikawal Kevin dan OK John. (Football5star.com)

Laga yang berlangsung di Gelora Bung Tomo tadi malam (21/5), ternyata berlangsung selama 100 menit lebih. Pertandingan ini mempertemukan Persebaya dengan tim promosi dari Liga 2, Kalteng Putra yang harus berakhir imbang 1-1. Gol kedua tim pun terjadi di babak pertama. Praktis di babak kedua, baik Persebaya maupun Kalteng Putra berusaha keras untuk mencetak gol keunggulan. Namun, keduanya tak berhasil.

Khususnya bagi Persebaya, ini merupakan hasil yang tak maksimal. Karena, mereka tampil di kandang dan sebelumnya sudah tumbang di laga pertama. Maka, ini adalah upaya penebusan. Mereka harus menang untuk mengarungi kompetisi Liga 1 dengan start yang---masih dapat disebut---cukup baik.

Namun, kenyataannya mereka harus berhadapan dengan tim pragmatis yang sebelumnya juga mampu menang di laga tandang. Kalteng Putra dengan pelatih baru, Willy Gomes de Oliviera sukses mereguk 4 poin di dua laga awal Liga 1 musim ini. Tentunya ini menjadi start yang bagus bagi tim promosi untuk memulai asa bertahan di Liga 1 musim depan.

Bermain melawan Persebaya tentu bukanlah hal yang mudah bagi Kalteng Putra. Namun, permainan mereka yang sporadis, sukses membuat permainan Persebaya naik-turun selama pertandingan berlangsung. Hal ini yang membuat Persebaya gagal mengintimidasi lawan dan gagal menang.

Sempat unggul cepat melalui gol spektakuler Misbakus Solihin, namun Persebaya gagal membendung serangan cepat dari Kalteng Putra dan melahirkan gol penyama kedudukan yang dicetak oleh Patrich Wanggai. Skor 1-1 menjadi penghias papan skor di Gelora Bung Tomo sampai di menit 102.

Betul! Laga ini berlangsung sampai 100 menit lebih. Namun, hal ini tak membuat Persebaya menang. Mengapa?

Pertama, Persebaya tidak segera 'panas' ketika masih ada Amido Balde. Bermain dengan target-man, Persebaya tidak kunjung mampu membangun serangan yang tersistematis sesuai dengan formasi yang diturunkan.

Di awal pertandingan, Amido Balde masih terisolir, meski umpan-umpan silang diperagakan oleh dua full-back, Novan Sasongko dan Ruben Sanadi. Terkhusus pada Ruben Sanadi, pemain ini sangat berperan aktif dalam membangun serangan untuk Persebaya. Namun, karena keaktifannya pula, lini pertahanan sisi kiri Persebaya dapat dieksploitasi oleh pemain dari Kalteng Putra, Diogo Campos.

Kedua, kerja sama Amido Balde dan Manukhcer Jalilov tidak terlihat. Sehingga, pertahanan Kalteng Putra dapat fokus mengawal pergerakan tanpa bola kedua pemain ini. Di sini, poin terbaik Persebaya hanya ada pada pergerakan Osvaldo Haay yang terkadang tak terkawal. Sedangkan untuk Damian Lizio, peran pemain ini sudah cukup bagus namun tidak cepat panas, sehingga dukungannya terhadap dua pemain depan Persebaya masih belum terlihat.

Ketiga, Persebaya harus kehilangan Amido Balde yang mengalami cedera, ketika Tim Bajul Ijo ini mulai pelan-pelan menemukan ritme permainan yang tepat. Sehingga, ketika Lizio dkk sukses mengreasikan serangan, mereka tidak memiliki sosok target-man. Memang, keluarnya Balde tersebut membuat Jalilov menjadi target-man, namun tipikal kedua pemain ini tidaklah sama. Sehingga, kebutuhan Persebaya terhadap peran target-man tidak terlihat di laga ini---secara keseluruhan.

Keempat, Persebaya tidak memiliki koordinasi yang bagus di lini pertahanan. Duet Hansamu Yama dan Rahmat Irianto seperti berjalan sendiri-sendiri dalam mengemban tugas melindungi pertahanan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa blunder yang dilakukan kedua pemain ini yang terlihat atas dasar ingin menyelamatkan pertahanan dengan perannya sebagai individu bukan sebagai duet. Sehingga ketika satu di antara keduanya melakukan kesalahan, maka satu diantaranya juga tak mampu 'menambal' kesalahan tersebut.

Di saat seperti inilah Jajang Nurjaman harus berjudi terhadap taktik yang diturunkannya. Sebagai pelatih yang berkarakter menyerang, tentu akhirnya membuat mantan pelatih Persib ini memilih untuk memainkan pemain bertipikal menyerang di pergantian terakhir. Yaitu, memasukkan Rendi Irwan yang menggantikan peran M. Hidayat. Padahal secara taktik yang ideal, M. Hidayat sangat diperlukan untuk mengantisipasi kesalahan duet bek tengahnya.

Namun, itulah yang harus dipilih oleh Janur, karena Persebaya bermain di kandang. Otomatis tak ada pilihan untuk bertahan, melainkan harus menyerang total untuk memenangkan pertandingan. Ini sebenarnya positif, namun juga berbahaya jika Persebaya menerapkan taktik ini untuk melawan tim yang tak hanya sekadar agresif namun taktis.

Beruntungnya, Kalteng Putra belum terlalu taktis. Agresif iya, namun soal taktis dan permainan kolektifnya, Kalteng Putra masih kurang dalam hal menyerang. Jika dalam hal bertahan itu wajar jika bagus. Karena mereka bermain sebagai tim tamu dan menghadapi tim ofensif seperti Persebaya. Maka, bermain praktis dan kompak dalam bertahan adalah pilihan paling logis.

Faktor terakhir atau yang kelima adalah Kalteng Putra cukup mampu memainkan tempo pertandingan ini dengan tempo yang mereka miliki. Ketika mereka masih bermain dengan Feri Pahabol, maka, permainan cepat Persebaya dapat diladeni dengan kecepatan yang sama dan cukup baik. 

Begitu pula ketika mereka sudah tak memiliki Pahabol, permainan menunggu dan menahan penguasaan bola beberapa kali mereka lakukan. Hal ini membuat Persebaya semakin naik dan menyerang dengan sembarangan tanpa perhitungan yang matang.

Di saat seperti ini Janur cukup terlambat untuk memainkan Rendi Irwan, karena si pemain berada di permainan dengan tempo yang sudah tidak jelas (bagi Persebaya) dan pada akhirnya ini berpengaruh pada mental pemain---secara keseluruhan. Konsentrasi mereka tidak seratus persen bagus dan ini sudah menjadi akhir bagi permainan Persebaya di laga ini.

The Green Force seharusnya bersyukur karena mereka masih mampu merengkuh 1 poin ketika mereka sedang tidak bermain dengan baik dan lawan mereka juga tidak bermain dengan baik pula dalam hal menyerang (serangan balik). 

Sehingga, hasil seri ini dapat disebut adil bagi kedua tim, bahkan jika babak kedua tidak digelar. Karena, kedua tim sudah bermain maksimal sesuai dengan kapasitas yang ada di lapangan---dan lebih bagus di babak pertama dibandingkan babak kedua.

Pembedanya hanya karena Persebaya bermain di kandang, berciri ofensif, dan memiliki banyak pemain berpengalaman dan berkualitas bagus. Sedangkan Kalteng Putra dengan permainan praktisnya, mereka hanya akan bergerak 'membunuh lawan' ketika merasakan sinyal berbahaya. Namun ketika mereka tak merasakan itu, maka, mereka akan bermain (cenderung) biasa-biasa saja.

Malang, 22 Mei 2019
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun