Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Moto2 yang Tidak Kalah Seru

11 Maret 2019   11:02 Diperbarui: 11 Maret 2019   11:14 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dimas Ekky, pembalap Indonesia di Moto2 2019. (Id.motorsport.com)

Sudah wajar jika penikmat balap dunia hanya menyukai dan menunggu start-time dari kompetisi balap kelas MotoGP saja. Karena, di sanalah tempatnya para pembalap terbaik dunia menunjukkan kemampuannya dalam adu kecepatan menunggangi kuda besinya masing-masing. Siapa yang tak kenal Valentino Rossi, bukan? Apalagi kini, kita sudah sangat familiar dengan pembalap muda yang penuh prestasi, Marc Marquez.

Di usianya yang baru 25 tahun, namun, Marc Marquez sudah mengoleksi 5 gelar juara dunia khusus di kelas MotoGP. Suatu yang tidak bisa dilakukan oleh pembalap lain saat ini. bahkan, pembalap MotoGP yang terakhir kali juara dunia selain Marquez hanya Jorge Lorenzo. 

Lorenzo juga memiliki 5 gelar juara dunia namun, dua di antaranya diraih di kelas di bawah MotoGP, dan Lorenzo meraih gelar ketiganya kelas MotoGP sudah di usia 28 tahun. Artinya, prestasi Marquez melampaui banyak pembalap MotoGP saat ini.

Pembalap yang memiliki torehan gelar lebih banyak dari Marquez khusus di kelas MotoGP hanya seorang legenda Valentino Rossi. Namun, di usianya kini yang tidak lagi muda, cukup sulit baginya untuk dapat membendung agresivitas dan semangat dari Marc Marquez yang sampai saat ini diyakini masih memiliki kehausan untuk menang dan juara. 

Satu-satunya harapan bagi publik penikmat MotoGP untuk dapat menyaksikan adanya persaingan dari pembalap lain dengan Marquez adalah talenta-talenta pembalap yang seusia Marquez. 

Seperti Maverick Vinales, Alex Rins, Franco Morbidelli, Francesco Bagnaia, dan Johan Zarco. Namun dari nama-nama tersebut, hanya ada dua pembalap yang disebut terdahulu yang memiliki peluang untuk mengganjal laju kecepatan Marquez.

Maverick Vinales bersama Yamaha Factory dan Alex Rins bersama Suzuki Ecstar. Dua pembalap inilah yang kemudian akan dijadikan pengharapan bagi penonton MotoGP untuk dapat menyajikan duel seru dengan Marc Marquez. Harapan ini sebenarnya selalu terjadi di ajang MotoGP. Namun, tidak di kelas MotoGP melainkan di kelas Moto2.

Salah satu faktor utama dari keseruan di Moto2 adalah basis mesin (2019 menggunakan Triumph) dan sasisnya yang tidak berbeda jauh antara tim satu dengan tim lainnya. Sehingga, semua pembalap memiliki peluang untuk merangsek ke depan dan mencari kemenangan. 

Inilah yang menjadi penawar bagi penonton yang ingin menyaksikan keseruan dan 'dagdigdug'. Karena, pembalap-pembalap di Moto2 lebih berani mengambil resiko dibandingkan pembalap kelas MotoGP yang lebih fokus mengendalikan motornya dan mengelola strategi.

Hal ini cukup berbeda bagi para pembalap di Moto2. Karena, yang menggunakan sasis Kalex (jenis motor di Moto2 yang dominan) itu banyak, sehingga dominasi satu-dua pembalap tidak terlihat di kelas ini. 

Apalagi kedatangan KTM musim lalu di kelas ini membuat pintu persaingan semakin terbuka lebar. Dua hal penentu dari hasil kemenangan di setiap balapan bagi pembalap Moto2 adalah faktor pilihan ban dan skill pembalap (ketenangan dan mampu mengatur strategi).

Seperti yang kita lihat di balapan pertama MotoGP 2019 di kelas Moto2. Seri pertama yang digelar di Sirkuit Losail Qatar (11/3) ini telah menyajikan duel seru para pembalap yang sudah cukup lama berada di kelas ini. 

Lorenzo Baldasarri, Alex Marquez, Marcel Schrotter, Brad Binder, Luca Marini, Mattia Pasini hingga 'alumni' MotoGP Thomas Luthi dan Sam Lowes. 

Bahkan, turun kastanya Thomas Luthi ke Moto2 akan memberikan sinyal waspada bagi para pembalap muda yang sedang berupaya unjuk gigi agar dapat dilirik oleh tim di MotoGP musim selanjutnya.

Terlihat bagaimana pengalaman Luthi selama berkarir di kelas MotoGP dapat dimanfaatkan untuk berlaga secara kompetitif di Moto2. Pria Swiss ini juga dipastikan mulai tahu bagaimana caranya untuk dapat memacu motornya secara konsisten dan penuh perhitungan. 

Sehingga, dapat membuka peluang bagi motornya untuk tetap kompetitif hingga lap terakhir. Penampilan itu ditunjukkan oleh Luthi di Losail. Memulai balapan dengan kurang bagus dan tertahan di barisan tengah, tidak membuat Luthi kehilangan asa untuk dapat finish terdepan.

Putaran demi putaran dilalui Luthi dengan kecepatan yang semakin meningkat. Hal ini juga tak bisa lepas dari faktor ausnya ban para pembalap terdepan. 

Praktis, hanya menyisakan Lorenzo Baldasarri yang memang sejak awal sulit untuk diganggu secara konstan oleh pembalap lainnya. Alex Marquez dan Marcel Schrotter hanya sempat mencicipi posisi terdepan, namun, keduanya mulai kesulitan untuk menjaga ritme. Suatu kunci kesuksesan bagi Baldasarri adalah kemampuannya menjaga ritme balap.

Race pace-nya cukup konsisten. Apalagi ketika, pembalap di belakangnya mulai duel saling mempertahankan posisi kedua dan ketiga, ini membuat Baldasarri memiliki kesempatan membuka jarak dan menjaga waktu putarannya dengan cukup nyaman. 

Satu-satunya permasalahan pembalap muda Italia ini adalah kehadiran Thomas Luthi. Pasca berhasil mengakuisisi posisi kedua, pembalap senior asal Swiss ini langsung memusatkan target untuk memangkas jarak dengan Baldasarri.

Puncaknya adalah di putaran terakhir. Sudah tidak ada gap besar di antara keduanya, dan ini kemudian membuat Baldasarri tertekan. Sampai akhirnya, di tikungan terakhir, duel keduanya untuk keluar tikungan akhir dan melakukan 'side by side' tak terhindarkan. 

Namun, Baldasarri tetap sukses memenangi race dan artinya tidak memberikan kesempatan bagi Luthi untuk melakukan atraksi fenomenal di seri pertamanya setelah kembali ke Moto2. 

Kemenangan Baldasarri juga tak lepas dari ketenangannya dalam menghadapi tekanan dari pembalap yang lebih cepat darinya. Pilihan paling rasional darinya adalah menutup jalur masuk Luthi ke tikungan akhir dan juga menutup ruang akselerasi di lintasan lurus. 

Strategi ini sukses untuk mengantarkan kejayaan pembalap muda dan menjadikan bukti bahwa tidak semua pembalap muda gagal mengelola skill-nya dengan baik.

Jika di musim lalu, persaingan di Moto2 diisi oleh pembalap sepantaran. Seperti Francesco Bagnaia, Luca Marini, Joan Mir, Miguel Oliviera, Francesco Bagnaia, Fabio Quartararo, hingga Lorenzo Baldasarri sendiri. Kini di musim 2019, Moto2 diisi oleh pembalap muda yang sudah berpengalaman di kelas Moto2 dan pembalap eks MotoGP yang pastinya tidak ingin dikalahkan oleh juniornya.

Patut dinantikan perjalanan Moto2 di musim 2019 ini dengan keberadaan variasi pembalap dan juga semakin matangnya KTM kelas Moto2. Keberadaan KTM di kelas ini tentu bukan hanya sebagai penghias saja, melainkan untuk bersaing (semakin sengit) dengan Kalex dan menuntaskan misi mereka menggapai gelar juara yang musim lalu gagal diraih Miguel Oliviera.

Lalu, bagaimana dengan Thomas Luthi ataupun Sam Lowes yang notabene eks pembalap MotoGP?

Mampukah satu di antara mereka meraih kemenangan ataupun juga menggondol gelar juara di akhir musim?

Inilah yang kemudian membuat Moto2 terlihat semakin seru dan tidak kalah menarik untuk ditonton selain kelas MotoGP. Selain itu, dengan mengikuti sesi balap kelas Moto2, kita juga akan tahu calon-calon pembalap potensial yang memiliki kemungkinan menjadi 'the next' Rossi, Lorenzo, ataupun calon pesaing Marc Marquez di beberapa musim yang akan datang.

Selamat datang kembali musim MotoGP 2019!

Malang, 11 Maret 2019
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun