Benarkah cadangan nikel di Indonesia menjadi daya tarik bagi para investor?
Mari membahas terlebih dahulu mengenai jumlah cadangan bijih nikel di Indonesia yang memiliki 30 persen dari cadangan bijih nikel dunia. Dilansir dari Kontan.co.id, dalam keterangan resmi Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang pada Sabtu (6/3/2021) lalu, dirinya mengatakan bahwa nikel bisa menjadi jaminan bahan baku untuk investasi di sektor baterai kendaraan listrik.
Dengan adanya cadangan nikel di Tanah air maka kita dapat menarik investasi sebesar-besarnya pada sektor kendaraan listrik.
Bersamaan dengan larangan ekspor bijih nikel, pemerintah terus menekan program hilirisasi nikel yang bertujuan untuk memproduksi bijih nikel menjadi barang jadi. Agus menjelaskan bahwa sudah ada perusahaan lokal yang akan memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik diantaranya PT QMBÂ (Sulawesi Tengah), PT Halmahera Persada Lygend (Pulau Obi), PT Weda Bay Nickel (Maluku Utara), dan PT Smelter Nikel Indonesia (Banten).
Namun, untuk membangun pabrik pengolahan baterai dibutuhkan dana yang tidak sedikit, maka peran investor untuk berinvestasi di Indonesia terbilang penting. Di tahun 2020, realisasi penanaman modal khusus sektor industri jika dibandingkan dengan tahun 2019 naik sebesar 26 persen.
Agus membeberkan bahwa dari Rp216 triliun naik menjadi Rp279,9 triliun di tahun 2020. Dirinya memberikan apresiasi kepada pelaku industri atas komitmen merealisasikan investasi di Indonesia.
Mudahnya, Industri pertambangan khususnya nikel sedang "naik kelas". Tren kendaraan listrik inilah yang menjadi penyebabnya. Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di bulan Januari-Desember 2020, sektor industri mengeluarkan dana sebesar Rp272,9 triliun atau dengan kata lain menyumbang 33 persen dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp826,3 triliun.
Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi negara tujuan para pelaku industri global untuk menanamkan investasinya. Tentu hal tersebut disambut baik oleh pemerintah. Agar para investor semakin yakin untuk berinvestasi maka ada banyak hal yang harus diperhatikan.
Bukan hanya membicarakan regulasi, namun iklim investasi yang kondusif juga menjadi fokus untuk pemerintah Indonesia. Limbah dari produksi baterai listrik pun jangan sampai dilupakan, sebab memiliki pengaruh tinggi bagi kehidupan makhluk hidup.
Jangan sampai niat baik investor terhalang karena kepedulian pemerintah berat sebelah. Nikel Indonesia berpotensi tinggi seperti negara-negara produsen nikel terbesar di dunia lainnya.
Tidak mau kan stuck di tempat saja dan mengabaikan "rezeki nomplok" ini?