Senada, Thorsten Gerber selaku CEO dan founder perusahaan pendistribusian baja Gerber Group memaklumi kondisi ini, karena Indonesia ingin melindungi bahan bakunya yang strategis dan sensasional dengan mengambil kebijakan larangan ekspor nikel.Â
Menurutnya, baja nirkarat adalah komoditas strategis. Industri di seluruh dunia dibangun dari komoditas nikel, namun Uni Eropa hanya melindungi produsen baja milik Eropa dan melupakan industri hilir. Bagi Gerber, momen ini adalah pukulan maut bagi industri Eropa karena tidak ada lagi baja tahan karat yang tersedia di benua tersebut.Â
Pengamat migas, Mamit Setiawan, berharap Uni Eropa mendukung upaya hilirisasi yang dilakukan oleh Indonesia mengingat sudah lama Nusantara menjual bahan baku mentah untuk dunia.Â
"Kebijakan hilirisasi ini pun diambil untuk memberikan nilai tambah bagi produk Indonesia. Melalui nilai tambah, pendapatan negara menjadi lebih banyak. Jika Eropa masih ingin mendapatkan nikel Indonesia, maka sudah seharusnya Uni Eropa menanamkan investasi di Indonesia. Sama seperti China yang melakukan hal tersebut," ujar Mamit.Â
Indonesia, setelah puluhan tahun terjajah, setelah sekian tahun hanya menjual bahan mentah, kini Indonesia bergigi taring. Tak ada lagi sandiwara mentalitas inlander, kini Indonesia siap hidup berdikari melalui hilirisasi smelter mineral primadona: nikel. Bagaimana menurutmu?