Kehadiran Tiongkok atau China telah lama singgah di Indonesia. Hal ini disebabkan beberapa sektor di Indonesia erat dengan Tiongkok. Sebut saja seperti budaya, pendidikan, bahasa, produk, dan kerjasama bilateral. Dari kerjasama ini, dihasilkan simbiosi mutualisme di berbagai bidang seperti pembangunan, ekonomi, hingga investasi.Â
Lalu, dengan adanya kedekatan antara Indonesia dengan Tiongkok tersebut, lantas apakah kita pernah berpikir bahwa, "benarkah Tiongkok adalah wajah baru penjajah di Indonesia?". Mari kita bedah terlebih dahulu satu persatu.Â
Awal Kekerabatan
Mari kita kembali di era tahun 50, tepatnya di tahun 1950. Saat itu, hubungan resmi Indonesia serta Tiongkok telah diakui oleh dunia. Ini adalah tanda dari Presiden Ir. Soekarno menunjukkan komitmen politik LN (Luar Negeri) Indonesia yang bebas aktif.Â
Puncak keakraban antara Indonesia-Tiongkok adalah revolusi Ir. Soekarno dengan Presiden Tiongkok, Mao Zedong. Tonggak hubungan Indonesia-Tiongkok ini ditandai dengan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955, lalu perjanjian persahabatan dan kerjasama kebudayaan di tahun 1961, dan Ganefo di tahun 1963.Â
Hubungan Tiongkok-Indonesia Kandas
Layaknya hubungan asmara, kekerabatan antara Indonesia-Tiongkok harus berakhir semenjak rezim Orba (Orde Baru) berdiri gantikan Orde Lama. Akan tetapi, pada tahun 1990 ditandatangani sebuah nota kesepahaman pemulihan hubungan diplomatik antara Indonesia-Tiongkok.Â
Cinta Lama Bersemi Kembali
Seiring berjalannya waktu dan perubahan kepemimpinan, hubungan Indonesia-Tiongkok makan meluas pada era BJ Habibie. Hal ini berlanjut pada pemerintahan Gus Dur (Abdurrahman Wahid) yang bekerjasama dalam berbagai sektor.Â
Salah satunya menukar LNG Indonesia dengan produk Tiongkok. Selain tu, Tiongkok juga memberikan bantuan sejumlah 5 miliar dollar AS serta fasilitas kredit 200 juta dollar AS untuk kemudian dialokasikan pada bahan makanan.Â
Hubungan Menguat
Saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat, dirinya memperkuat kerjasama bidang industri, industrialisasi, dan pembangunan. Menurut catatan Kementerian Perindustrian, nilai investasi Tiongkok ke Indonesia pada kuartal I Tahun 2013 mencapai US$60,2 juta dari 99 proyek yang dijalankan. Sedangkan nilai ekspor non-migas Indonesia ke Tiongkok pada semester I Tahun 2013 mencapai US$10,09 miliar.Â
Selain itu semenjak CAFTA (China ASEAN Free Trade Area)Â diterapkan, jumlah perusahaan Tiongkok yang berinvestasi naik. Hingga akhir tahun 2010, terdapat lebih dari 1.000 perusahaan Tiongkok di Indonesia berinvestasi hingga 2,9 miliar dollar AS.Â
Semakin Mesra
Selama kurun waktu 9 tahun terakhi, kini Tiongkok adalah mitra perdagangan terbesar di Indonesia. Total nilai perdagangan kedua negara ini mencapai US$79,4 miliar pada tahun 2019, yang berarti naik 10 kali lipat sejak tahun 2000.Â
"Memang Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan Tiongkok sekarang, ini tak lepas dari kesepakatan penguatan kemitraan kerjasama bilateral yang naik level comperhensive strategic pada tahun 2013 lalu," tutur ahli politik internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah.Â
Perkembangan kerjasama ekonomi antara Indonesia serta Tiongkok memang signifikan. Wakil Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dewi Fortuna Anwar, pada sebuah jurnal menilai kedekatan Indonesia-Tiongkok. Dirinya menilai bahwa hubungan kedua negara ini masih dinilai rumit bagi pemerintah.Â
Bahkan hubungan dua negara ini tak jarang menjadi boomerang bagi Presiden Joko Widodo karena sentimen politik dalam negeri terhadap Tiongkok.Â
Indonesia Memilih Hubungan Jalur Bebas Aktif
Pemerintah membeberkan bahwa kedekatakan Indonesia dengan Tiongkok tidaklah harus disalahartikan. "Indonesia tidak hanya dekat dengan China, namun dengan berbagai negara di dunia.Â
Indonesia berhubungan secara terhormat dengan negara manapun, tidak pernah inferior. Politik LN Indonesia tetap di jalur bebas aktif dengan kemandirian untuk mengambil sikap," papar Juru Bicara Kementerian LN, Teuku Faizasyah.Â
Setelah melihat kilas balik kerjasama antara Indonesia dengan Tiongkok di sektor bilateral, mampukah kita mencoba memberi ruang kepercayaan bagi pihak Tiongkok?Â
Pun dengan pemerintah Indonesia, yang telah sedemikian rupa merancang hukum dan mekanisme kerjasama yang dijalin dengan pihak luar negeri.Â
Tinggal bagaimana masyarakat Tanah Air bersikap. Mampukah kita memberikan ruang kepercayaan kepada kedua negara ini? Lalu, ika sudah, pertanyakan kembali ke diri Anda, apakah benar Tiongkok merupakan wajah baru dari sebuah negara penjajah?