Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Haruskah Pendidik PAUD Di-PHK?

24 Desember 2020   11:09 Diperbarui: 24 Desember 2020   11:26 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ternyata jawaban guru-guru di lembaga tempat teman saya itu sungguh mengharukan, 

"Kami paham Bunda bahwa situasi ini sangat tidak kita inginkan. Namun kami tetap akan melanjutkan mengajar di lembaga ini meski tanpa digaji. Masalah rejeki, biarlah Allah yang menentukan. Kami yakin jika rejeki kami hari ini bukan dari PAUD, pasti ada dari pintu rejeki yang lain. Namun meninggalkan PAUD bukanlah pilihan kami." 

Kisah itu terjadi pada bulan Agustus 2020, ketika tahun ajaran baru sudah dimulai dan lembaga tersebut tidak mendapatkan murid yang mau daftar karena pandemi. Apalagi lembaga teman saya itu adalah tempat penitipan anak dan kelompok bermain. Biasanyanya di tahun ajaran baru ada 15 sampai 30 anak yang mendaftar sebagai siswa baru. Saat itu, sama sekali tak ada. 

Awal pandemi di PAUD saya sendiri pernah membebaskan SPP selama dua bulan karena banyak orang tua yang kena PHK atau kehilangan pendapatan. Konsekuensi ini berdampak pada honor pendidik. Sebagai pengelola saya dilema. Satu sisi saya gak ingin memberatkan wali murid di sisi lain saya juga tak mau mengurangi honor pendidik. Bagaimana saya bisa membayar honor mereka jika saya menggratiskan uang SPP?  

Kebimbangan saya itu ternyata sirna ketika pendidik di PAUD saya bilang, "Bunda Deassy gak usah gaji kita dulu. Kita ikhlas kok gak digaji bulan ini. Kasian orang tua kalau harus bayar SPP saat pandemi begini. Uang 10 ribu saja sangat berharga untuk makan."  

Masya Allah saya sampai kehilangan kata-kata mendengar ketulusan pendidik di PAUD saya. Tak ada satupun pendidik dan pengelola di PAUD yang mementingkan dirinya sendiri. Mereka ingin anak-anak didik tetap belajar meski mereka tak dibayar. 

Namun pandemi belum juga berakhir, tak mungkin setiap bulan mereka tidak saya gaji. Padahal mereka tetap semangat mengajar anak usia dini meski via daring. Buat beli kuota kan harus pakai uang juga. Buat saya sendiri sebagai pengelola PAUD pandemi ini sungguh berat. SPP orang tua banyak yang menunda bayar, donatur berkurang. Bisa bertahan di tengah badai ini saja sudah sangat beruntung. Sebab beberapa lembaga lain mulai berjatuhan tak mampu bertahan. Jika boleh mengeluh sebetulnya capek dengan semua ini. 

Kalau dipikir kenapa saya mau capek-capek ngurusin PAUD sih ? Udah gak ada duitnya, sibuknya sama kayak pekerja gaji 10 juta, tugasnya numpuk seperti dosen S2, keluarga kadang ditinggalkan karena harus diklat berhari-hari. Alasannya adalah karena susah mencari orang yang mau totalitas tanpa mengharap balasan sesuai pekerjaannya. Saya tak pernah berniat sedikitpun mencari kekayaan dari mengelola PAUD. Saya hanya wajib ikhtiar agar PAUD saya bisa berjalan dan membantu para orang tua mendidik anak usia dini. 

Bagaimana solusi dari pemerintah? Gak ada. Pemerintah hanya memberikan himbauan agar PAUD tidak dibuka. Semua pembelajaran via daring saja. Guru PAUD yang harus kreatif sendiri menyiasati kebutuhan ini. Beberapa teman pengelola TPA menyiasati tetap membuka layanan dengan cara membawa anak yang dititipkan di rumah mereka sendiri. Dengan demikian orang tua tetap bisa bekerja, anak tetap bisa dijaga. Guru PAUD juga bisa terima upahnya. 

Beberapa pendidik PAUD lainnya harus berjuang memenuhi kebutuhan dasarnya dengan melakukan pekerjaan kasar. Ada pendidik PAUD yang banting stir jadi tukang las, penambang pasir di Cangkringan, Ojek online, sopir antar jemput buruh ke pasar, penjaga toko bangunan dan jualan kue di pinggir jalan. Pekerjaan berat seperti itu harus dilakoni juga oleh seorang pendidik PAUD demi bertahan hidup. 

Pendidik di PAUD saya Alhamdulillah masih bisa gajian meski jumlah yang diterimanya berkurang. Sebab dari 10 donatur yang biasanya berdonasi di PAUD Nusa Indah sekarang tinggal tiga orang saja. Apakah saya harus menyerah? Apakah saya harus PHK bunda-bunda di Paud saya? Ya Allah please jangan sampai deh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun