Bencana iklim sudah terjadi di berbagai belahan dunia: banjir di India dan Pakistan, kebakaran hutan di Spanyol dan Portugal, serta gelombang panas memecahkan rekor dari Afrika hingga Eropa. Saat ini, suhu global telah naik sekitar 1,4C dari era pra-industri. PBB memperingatkan dunia berada di ambang kehancuran jika gagal menahan pemanasan di bawah 1,5C.
Meski begitu, masih ada alasan untuk berharap. Sejak ditandatanganinya Perjanjian Paris satu dekade lalu, proyeksi kenaikan suhu global berhasil ditekan: dari semula 4C kini mendekati 3C. Masih berbahaya, namun tetap menunjukkan adanya kemajuan.
Sayangnya, jalan ke depan tetap penuh tantangan. Banyak negara maju masih tertinggal dalam pemangkasan emisi. Uni Eropa terhambat oleh ketakutan industri dan kekacauan politik. Prancis, misalnya, di bawah Emmanuel Macron menghentikan sementara langkah pengurangan emisi yang lebih dalam dengan alasan ketidakpastian ekonomi.
Dalam lanskap yang tidak merata ini, target baru China mungkin terlihat hati-hati. Namun, langkah tersebut menandakan kesinambungan, terutama ketika Amerika Serikat justru menjauh dari Perjanjian Paris.
Bagi para pengamat, pesan dari Beijing ini menjadi pengingat penting: perjuangan melawan pemanasan global adalah tanggung jawab kolektif, bukan kisah satu negara semata.
Sekarang merupakan saat kritis bagi ilkim dunia. Sangatlah penting bagi para pemimpin untuk mengambil tindakan nyata.
Ilmuan iklim, Dr. Katharine Hayhoe mengingatkan pada KTT tersebut bahwa sekarang adalah saatnya di mana para pemimpin perlu berani dan tegas. Beliau juga mengingatkan bahwa "setiap pemanasan yang kita hindering sangatlah penting".
Hayhoe mengatakan bahwa "saat ini, sesuai dengan faktor alam, planet ini (bumi) seharusnya perlahan-lahan menjadi lebih dingin. Sebaliknya (yang terjadi), pemanasan lebih cepat, dan lebih cepat."
Jadi jika ilmu pengetahuan sejelas itu dan telah berlangsung selama beberapa dekade, mengapa para pemimpin belum memperbaikinya?
Ilmu pengetahuan menuntut tindakan, hukum menuntutnya, ekonomi memaksanya, dan masyarakat menyerukannya.
Saya kira, yang terpenting sekarang adalah bukan tentang apakah para pemimpin mengerti dan percaya sains atau tidak karena kita semua telah menyaksikan bahkan merasakan perubahan iklim yang sangat nyata belakangan ini.Â