Selama hampir satu abad, manusia mengalami kemajuan luar biasa dalam hal kecerdasan. Rata-rata IQ naik dari dekade ke dekade, fenomena yang dikenal dengan nama Flynn Effect. Kesehatan yang lebih baik, gizi cukup, dan pendidikan yang semakin merata membuat otak manusia berkembang lebih pesat dibanding generasi sebelumnya.
Namun, sekitar awal tahun 2000-an, tren itu tiba-tiba berhenti. Bahkan di banyak negara maju, nilai IQ justru menurun. Para peneliti menemukan bahwa penyebabnya bukanlah faktor genetik. Bukan DNA kita yang berubah, melainkan lingkungan dan kebiasaan hidup kita yang berbeda dengan generasi sebelumnya.
Salah satu kebiasaan baru yang mencolok adalah cara kita memperlakukan pengetahuan. Sekarang, banyak orang berpikir: "Kenapa harus repot mengingat sesuatu kalau bisa di-google atau ditanyakan ke ChatGPT?"
Logika itu terdengar praktis, tetapi sesungguhnya berbahaya. Ingatan bukan hanya tempat menyimpan fakta. Ingatan adalah bahan dasar untuk berpikir. Tanpa mengingat, kita tidak bisa menghubungkan informasi, menganalisis, atau menciptakan ide baru.
Bayangkan seorang pemula yang belajar main basket. Di awal, ia harus fokus pada setiap gerakan tangan dan kaki saat menggiring bola. Tapi setelah berulang kali latihan, semua itu menjadi otomatis. Ia tidak perlu memikirkan detailnya lagi. Energi otaknya bisa dipakai untuk hal yang lebih penting: membaca lawan, menyusun strategi, dan membuat keputusan cepat.
Hal yang sama berlaku untuk belajar. Ketika kita benar-benar memahami sesuatu, otak membentuk pola pengetahuan yang bisa dipanggil kapan saja. Pola-pola inilah yang menjadi "perpustakaan" di kepala kita. Dari sanalah kreativitas dan pemikiran mendalam lahir.
Jika setiap kali butuh informasi kita langsung mencari di internet, maka proses ini tidak terjadi. Kita hanya tahu sekilas, tapi tidak sungguh-sungguh menguasai. Informasi itu tidak pernah benar-benar menjadi milik kita.
Tiga Cara Melemahkan Otak Sendiri
Kebiasaan terlalu bergantung pada mesin membuat otak kehilangan kekuatannya melalui tiga cara utama:
1. Hilangnya otomatisasi.
Jika untuk hitungan sederhana saja kita langsung pakai kalkulator, otak tidak pernah terbiasa bekerja otomatis. Akibatnya, energi mental kita habis di hal-hal dasar, tidak pernah sampai ke pemikiran tingkat lanjut.