Dari mana manusia berasal? Pertanyaan ini sederhana, tapi sesungguhnya paling rumit. Kisah yang tak hanya menghantui para ilmuwan, tetapi juga membisik pada diri kita setiap kali menatap cermin. Di balik wajah modern yang sibuk dengan gawai dan urusan sehari-hari, ada perjalanan panjang jutaan tahun yang membentuk kita.
Kita sering merasa manusia modern adalah puncak peradaban. Namun ketika menoleh ke belakang, kita sadar: kita hanyalah satu cabang kecil dari pohon besar kehidupan. Pertanyaan tentang asal-usul ini bukan sekadar soal fosil, melainkan tentang identitas kita sendiri.
Homo Sapiens dan Sepupu yang Telah Hilang
Hari ini kita adalah satu-satunya anggota genus Homo yang masih bertahan. Kita berdiri tegak, membangun kota, menguasai teknologi, bahkan bercita-cita menjelajah ke luar bumi. Tapi jangan lupa, kita pernah punya "saudara": Homo neanderthalensis yang tangguh, Homo erectus yang menjelajah luasnya daratan Bumi, bahkan Homo floresiensis---"manusia hobbit" dari Indonesia.
Semua mereka lenyap. Tinggal kita yang bertahan. Pertanyaan pun muncul: apakah kita yang benar-benar "terkuat"? Ataukah kita hanya "beruntung" bisa bertahan dalam lotere evolusi?
Sejarah evolusi manusia punya satu lubang besar: kesenjangan setengah juta tahun yang kosong. Kita tahu Homo muncul sekitar 3 juta tahun lalu, tetapi bagaimana transisi dari Australopithecus afarensis---si "Lucy" yang terkenal---menuju Homo? Itu masih menjadi misteri.
Di situlah Ethiopia menjadi panggung utama. Â Negeri gersang, tetapi kaya akan fosil. Di sanalah puluhan tahun tim arkeolog internasional menggali, mencari secuil jawaban.
Jawaban itu muncul dari sesuatu yang sederhana: fosil gigi. Sebanyak 13 gigi ditemukan, berusia antara 2,6 hingga 3 juta tahun. Sepuluh gigi milik Australopithecus, tiga lainnya milik Homo. Temuan ini menggetarkan dunia ilmu pengetahuan, sebab artinya jelas: keduanya hidup berdampingan.
Dan yang lebih mengejutkan, gigi Australopithecus yang baru ini berbeda. Para ilmuwan menduga ini bisa jadi spesies baru, yang belum pernah diberi nama. Bukti bahwa evolusi manusia jauh lebih beragam dan rumit daripada yang pernah kita duga.
Evolusi Bukanlah Tangga, Melainkan Semak
Temuan ini menegaskan satu hal: manusia tidak berevolusi secara linear. Evolusi bukan tangga lurus yang naik setahap demi setahap. Evolusi adalah semak belukar---penuh cabang, persimpangan, dan jalan buntu.
Di masa lalu, banyak "manusia-manusia lain" berjalan di bumi ini. Sebagian punah, sebagian bertahan, dan pada akhirnya hanya kita yang tersisa. Kita bukan hasil satu jalur tunggal, melainkan mosaik dari banyak percobaan alam.