Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Kebangkitan AI, Akankah Algoritma Menggantikan Manusia?

29 Maret 2023   21:07 Diperbarui: 29 Maret 2023   21:25 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi sekarang, banyak hal berubah. Kita sekarang berada di persimpangan atau titik tumbukan antara dua gelombang pasang ilmiah yang sangat besar. Di satu sisi selama lebih dari satu abad, setidaknya sejak Charles Darwin, kita telah memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih baik tentang tubuh dan otak manusia, serta tentang pengambilan keputusan manusia dan emosi dan sensasi manusia dan sebagainya.

Dan pada saat yang sama, dengan bangkit dan berkembangnya ilmu komputer, manusia telah mempelajari cara merekayasa algoritma elektronik yang terus membaik dari hari ke hari serta dengan daya komputasi yang semakin besar.

Hingga beberapa tahun ke belakang, keduanya merupakan perkembangan pengetahuan yang terpisah, tetapi sekarang keduanya menyatu. Hal krusial yang terjadi sekarang di dekade kedua abad ke-21, adalah penggabungan dua gelombang pasang ini.

Dinding yang memisahkan biotek dari infotek sedang runtuh. Peristiwa ini bisa dilihat di pasar teknologi. Perusahaan seperti Apple atau Amazon atau Google atau Facebook, yang bermula sebagai perusahaan infoteknologi, semakin menjadi bioteknologi.

Karena memang, tidak ada lagi perbedaan esensial di antara keduanya. Dan kita sangat mendekati titik ketika (tidak seperti KGB, dan tidak seperti Gereja Katolik) Facebook atau Google akan dapat memahami kita lebih baik daripada kita memahami diri sendiri.

Karena mereka akan memiliki data, pengetahuan biologis, kekuatan komputasi yang diperlukan untuk memahami dengan tepat bagaimana perasaan kita, dan mengapa kita merasakan apa yang kita rasakan.

Hal Ini sudah terjadi di satu bidang yang sangat penting, yaitu bidang kedokteran. Di bidang kedokteran, pada dasarnya hal itu sudah terjadi. Sumber otoritas telah mulai bergeser secara dramatis dari manusia ke algoritma.

Pada beberapa kasus kesehatan, keputusan paling penting tentang kesehatan manusia buksn lagi atas dasar perasaan, tapi oleh algoritma, berdasarkan apa yang informasi diri kita yang disimpan di sever komputer. Dan pengetahuan atau informasi-informasi ini kebanyakan tidak diketahui sendiri oleh kita.

Contoh praktisnya bisa kita temukan pada tajuk berita utama beberapa tahun ke belakang. Ada cerita menarik dari artis Holywood Angelina Jolie. AJ melakukan tes genetik, dan hasilnya menunjukkan bahwa dirinya mengalami mutasi, yaitu pada BRCA1.

Dan menurut statistik pada big data, wanita yang memiliki mutasi khusus pada gen khusus ini, punya 87% kemungkinan terkena kanker payudara.

Saat itu Angelina Jolie tidak sedang mengidap kanker payudara. Semua pemeriksaan kanker dijalani dan hasilnya negative. Dia juga merasa sangat sehat. Perasaannya mengatakan padanya kalau dia sedang baik-baik saja. Tetapi algoritma data besar, memberitahunya informasi yang sangat berbeda. Algoritma data besar mengatakan kepadanya bahwa AJ punya bom waktu yang berdetak di dalam DNAnya. Dan meskipun tidak merasa ada yang salah, sebaiknya lakukan sesuatu sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun