Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sudah Tepatkah Skema Vaksin Booster Gratis atau Berbayar?

10 Januari 2022   17:50 Diperbarui: 11 Januari 2022   10:33 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Vaksin (Freepik)

Dunia sedang bergulat dengan gelombang besar kasus varian Omicron. Hal ini memicu perdebatan tentang vaksin booster, haruskah pemerintah memprioritaskan booster sekarang? apakah sudah waktunya untuk suntikan ketiga vaksin Covid-19 ini? 

Sepertinya tidak perlu diperdebatkan lagi, "Dunia butuh booster sekarang."
Menurut penelitian di Universitas Oxford, booster akan melindungi kita dari Omicron. 

Pada dasarnya, booster merupakan suntikan terbaik untuk melawan Omicron. Saya tidak akan memperdebatkan sains di sini.

Kebanyakan virus memang membutuhkan suntikan penguat atau booster tetapi kebanyakan virus tidak menyebabkan pandemi.

Flu musiman misalnya, sebenarnya butuh booster tiap tahun agar bisa terhindar dari virus flu ini, tapi karena tidak menyebabkan pandemi dunia kurang peduli. 

Jadi haruskah kita berpikir jangka panjang tentang booster Covid-19 mengingat letalitasnya yang rendah seperti flu musiman?

Omicron merupakan mutasi virus Corona. Bagaimana virus bermutasi? dengan menyebarkan gennya. Lebih banyak infeksi = lebih banyak mutasi. Artinya, untuk bermutasi virus butuh melakukan banyak trial and error. Begitulah cara kerjanya. 

Nah, bagaimana kita memutus siklus mutasi? dengan mengurangi infeksi melalui imunisasi atau vaksinasi, baru kemudian booster.

Sekitar 20 persen dari semua vaksin covid-19 di dunia yang diberikan hari ini adalah booster, yang berarti satu dari setiap lima suntikan yang diberikan adalah booster; yang sama sekali tidak dapat diterima tidak ketika jutaan orang belum mendapatkan suntikan vaksin pertama seperti Afrika, di mana Omicron pertama kali ditemukan. 

Tingkat vaksinasi di Afrika adalah 8%, di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah 28%, dilansir dari laman WHO. Tempat-tempat ini merupakan ladang bagi mutasi varian baru. 

Pada 20 Desember 2021, Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus membuka sambutan konferensi pers hibrida dengan wartawan Palais des Nations yang berbasis di Jenewa, dalam kesempatan itu beliau mengatakan:

"Prioritas global harus mendukung semua negara untuk mencapai target 40 persen secepat mungkin dan target 70 persen pada pertengahan tahun. Tahun ini tidak ada negara yang dapat meningkatkan jalan keluar dari pandemi dan booster tidak dapat dilihat sebagai tiket untuk melanjutkan perayaan (yang sudah dinanti-nanti) tanpa melakukan tindakan pencegahan lain."

Di saat negara-negara seperti Afrika Selatan butuh vaksin, negara maju malah menimbunnya dan menolak untuk disumbangkan, padahal meningkatkan herd immunity seantero dunia merupakan keharusan untuk mengalahkan pandemi. 

Omicron menjadi pelajaran penting. Alih-alih menyumbangkan secara gratis ke negara-negara yang kurang mampu membeli vaksin, dunia barat malah menimbun vaksin, dan kita tahu apa yang terjadi selanjutnya, varian baru Omicron muncul di Afrika Selatan. 

Amerika punya cukup suntikan untuk memvaksinasi warganya sebanyak dua kali jumlah kebutuhan. Kanada bisa melakukannya tiga kali.

Yah, memang itu hanya statistik yang menarik, tidak lebih, tapi coba tebak apa yang sebenarnya dilakukan barat? Mereka memvaksinasi warganya berulang-ulang. 

Jadi apa masalahnya di sini? 

Rantai pasokan yang kita tahu berfungsi dengan baik, produksi vaksin lancar. jadi apa masalahnya? Dunia barat telah mengubah tujuan dari vaksinasi. 

Dulu, dosis pertama dan kedua adalah norma, sekarang yang ketiga adalah normanya.

Eropa dan Amerika Utara ingin musim liburan yang baik mereka ingin membuka kembali gaya hidup, dan ingin move on dari lookdown. 

Jadi apa yang mereka lakukan?

Mereka meluncurkan booster, prioritas dan niat yang sangat berbeda. Dua dosis pertama adalah tentang menyelamatkan nyawa, booster adalah tentang menyelamatkan gaya hidup.

Jangan salah paham, saya tidak menentang booster, sebenarnya kita semua harus mendapatkan suntikan ketiga atau bahkan mungkin suntikan keempat.

Pertanyaannya bukanlah haruskah kita mendapatkan suntikan booster, melainkan kapan, kapan kita harus fokus untuk mengadakan booster bagi semua orang. 

Apakah ini waktu yang tepat di Amerika? Joe Biden mengesampingkan pembatasan aktivitas saat perayaan natal kemarin, tidak ada batasan warga bisa keluar menemui keluarga atau pesta dengan teman-teman.

Sepertinya, seluruh rencananya bergantung pada booster. Dan siapa yang bisa dapatkan booster di Amerika? Semua orang yang berusia lebih dari 18 tahun.

Begitupun Inggris, tidak ada batasan selama perayaan Natal, kalau sudah di-booster warga boleh beraktivitas seperti biasa. Jerman berencana untuk meluncurkan suntikan ke-empat. Memang ada kepanikan.

Hutang negara meningkat, rumah sakit  melaporkan kekurangan sumber daya, sehingga booster masuk akal, tetapi di mana aturan jarak sosial?

Vaksin seharusnya menyelamatkan nyawa, bukan gaya hidup. 

Booster seharusnya diprioritaskan pada pekerja garis depan dan populasi rentan dan berlakukan kembali beberapa pembatasan yang masuk akal.

Liburan tidak akan menyenangkan tapi setidaknya orang akan aman, setidaknya kita tidak perlu segera cemas dengan mutasi lain atau gelombang lain.

Sayangnya, para pemimpin barat tidak mendengarkan, mereka mengutamakan gaya hidup dan prospek politik. 

Kepicikan seperti itu yang memerangkap kita dalam lingkaran pandemi. Pada tingkat ini, 2022 bisa lebih sama seperti 2020 (Mari berharap jangan lagi). 

Ini yang menjadi alasan saya menyetujui rencana presiden Jokowi untuk tidak menggratiskan dan mewajibkan booster, namun tetap menyarankan dan menyediakan booster bagi semua orang.

Sebagai tambahan, vaksinasi booster ditujukan bagi masyarakat dengan dua skema, yakni gratis dan berbayar. 

Vaksin booster gratis diberikan kepada lansia, peserta BPJS PBI dan kelompok rentan lainnya.

Sedangkan vaksin booster berbayar dapat diperoleh untuk masyarakat umum lewat vaksinasi mandiri.

Saya pikir ini waktu yang tepat untuk kebijakan seperti itu. Selain menyelamatkan stabilitas ekonomi negara, juga menunjukan bahwa negara tidak sedang panik dan juga serius dalam penanganan pandemi. 

Dalam sebuah bincang-bincang di kanal YouTube Gita Wirjawan, menteri keuangan Sri Mulyani mengatakan: "Policy maker itu selalu. .. selalu pilihan sulitnya adalah if you are too later too late, atau kamu over doing it atau overkill."
Lebih lanjut, beliau menjelaskan:

"tantangan terbesar pembuat kebijakan adalah menentukan timing yang tepat bagi sebuah kebijakan."

Pendapat saya, kali ini pembuat kebijakan kita berhasil mengambil timing dan jenis kebijakan yang tepat untuk vaksin booster.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun