Mohon tunggu...
Dea AnandaPutri
Dea AnandaPutri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Nasional

Bio

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ancaman Media Sosial terhadap Media Massa

9 Mei 2021   11:51 Diperbarui: 9 Mei 2021   12:02 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Berkembangnya teknologi dan internet, membuat banyaknya perubahan terhadap pola pikir masyarakat, terutama generasi muda yang saat ini sudah jarang sekali mengkonsumsi media massa. Banyak dari masyarakat yang beralih ke media sosial yang dianggap lebih cepat dan mudah untuk diakses.

Ada 170 juta jiwa atau setara dengan dengan 61,8% orang di Indonesia merupakan pengguna aktif media social yang rata-rata mengahbiskan waktu selama 8 jam untuk menelusuri internet, dan 3 jam 14 menit untuk mengakses platform jejaring social. (We Are Social, 2021).

Media sosial kini menjadi potensi pasar yang sangat besar serta banyaknya kelebihan dari media sosial menjadi salah satu alasan utama masyarakat beralih ke media sosial. Media sosial bersifat dua arah sehingga kita bisa saling bertukar informasi dengan sangat mudah, serta kita bisa memilih informasi maupun hiburan yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan.

Perubahan pola pikir masyarakat ini lah yang membuat media massa terus mencari cara bagaimana agar media massa tetap diminati. Beberapa perusahaan media massa telah melakukan merger dengan beberapa perusahaan media yang dilakukan untuk membuat media massa menguasai pasar, iklan, serta tetap diminati oleh masyarakat.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh media dalam membuat masyarakat tetap memiliki minat, yakni dengan melakukan konglomerasi, seperti menggabungkan semua jenis media, dimulai dari media cetak, media radio, maupun media televisi. Kemudian dilakukannya upaya konvergensi dengan menggabungkan atau mengintegrasikan media-media yang ada untuk digunakan dan diarahkan menjadi satu tujuan dengan didistibusikan menjadi satu format dan platform, seperti koran, majalah, e-paper, radio, televisi dan portal, sehingga produk media dapat diakses oleh khalayak secara lebih luas.

Kegiatan konvergensi tersebut dilakukan dengan membuat produk media dalam berbagai format, seperti teks, audio, dan audio-video. Media konvensional, seperti koran, radio, dan tv tetap dijalankan sebagai simbol eksistensi, sementara itu media sosial digunakan untuk menarik minat audiens.

Perubahan pola pikir masyarakat, membuat para industri media merubah pola kerja mereka. Strategi yang dilakukan, yaitu melakukan deversifikasi dengan mengembangkan unit unit serta  memanfaatkan media sosial dengan melakukan media ekosistem dan memasukan unsur dan perspektif jurnalisme yang sesuai.

Strategi yang dilakukan media untuk tetap menarik minat masyarakat terhadap media massa atau pertelevisisan, yaitu:

  • Use the Star,  media menggunakan star/public figure yang dianggap sedang memiliki minat tinggi di masyarakat. Public figure tersebut dimanfaatkan dengan membuat program atau acara tv sendiri atau menjadikannya host sehingga dapat menaikan pamor.
  • Use the Format, menggunakan durasi singkat, dan cepat namun bisa mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Seperti program 15 minutes with Wahyu Winoho.
  • Content is the King, apa yang sedang popular di masyarakat dibawa ke tv, sehingga bisa menggerakan masyarakat untuk menonton, seperti program tv Daebak yang menggunakan kepopuleran k-pop dan menjadikannya sebuah program tv yang dapat memikat banyak minat.
  • Surf With The Wave, memperhatikan dan belajar, mencari tau, dan beradaptasi dengan apa yang banyak diminati. Seperti, kita mengetahui k-pop dsangat digandrungi, namun kita harus berusaha bagaimana caranya agar kita bisa seperti industry k-pop, yang memiliki nilai jual tinggi dengan membiayai musisi Indonesia yang dianggap menjual dengan karya-karyanya. Sehingga, selain dapat mediversifikasi, kita juga bisa menjual budaya kita sendiri.

Salah satu diversifikasi lainnya, yaitu dengan membuka layanan on demand, yaitu layanan yang menyediakan barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen, seperti Netflix, Disney+, dsb. Layanan on demand ini dapat dilakukan oleh media cetak, radio, dsb. Contohnya seperti, media audio popular dengan aplikasi podcast atau siniar yang merupakan file audio yang diunggah di internet dengan tujuan untuk didengarkan oleh banyak orang.

Jadi, media massa diharuskan untuk bisa melakukan konvergensi dengan media sosial sehingga tetap diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun