Mohon tunggu...
Dean Ardeanto
Dean Ardeanto Mohon Tunggu... Seniman - Atlet gundu profesional

Manusia biasa yang hobi menulis. Suka kentut sambil tiarap.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sebuah Penyesalan

7 Desember 2021   19:57 Diperbarui: 7 Desember 2021   20:01 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Namun masalah muncul ketika ada cowok di sekolah yang dekatin Febi. Namanya Anwar. Dia adalah anak ekskul basket yang terkenal di kalangan cewek-cewek, karena kegantengannya. Saat itu, ketika membandingkan muka gue dengan Anwar, jelas gue kalah jauh. Muka Anwar ganteng, sedangkan muka gue kayak terumbu karang yang tergerus bagian bawah kapal. Gue merasa sudah kalah. Dan berhenti untuk berharap pada Febi.

Beberapa bulan kemudian, ada gosip yang beredar kalau Anwar telah ditolak sama Febi. Mendengar kabar itu, gue merasa puas sekali. Bahkan dalam hati gue sampai mengumpat 'mampus', atas kegagalan Anwar dalam mendekati Febi. Namun dari peristiwa itu gue jadi mikir, "Anwar saja yang ganteng ditolak, apa lagi gue?"

Kemudian dari peristiwa itu, gue jadi merasa nggak punya kesempatan buat ngedekatin Febi. Muka gue yang kayak kolor ini benar-benar nggak cocok buat disandingkan dengan Febi. Akhirnya, perasaan itu hanya jadi perasaan yang terpendam. Tanpa sedikit pun Febi tahu, gue suka ke dia sejak SD.

Pada waktu itu Facebook sedang booming-boomingnya. Hampir setiap anak di sekolah bikin akun Facebook. Nggak mau ketinggalan, gue pun bikin akun Facebook gue sendiri. Menjelajah di Facebook, gue nge-add hampir semua anak di sekolah yang gue kenal. Sampai akhirnya, gue menemukan akun Febi.

Tanpa pikir panjang, gue langsung nge-add Facebook-nya. Gue berpikir, mungkin Facebook bisa menjadi jembatan dalam usaha gue buat ngedekatin Febi. Sampai akhirnya, ketika gue intip profilnya, gue melihat Febi me-posting sebuah foto bersama dengan seorang cowok. Di foto itu, pipi Febi sampai menempel ke pipi si cowok. Di caption juga tertulis 'my love' yang berarti 'cintaku'. Seketika itu pula, harapan gue jadi hancur.

Yang membuat gue heran adalah si cowok yang menjadi pacar Febi ini nggak ganteng. Bahkan dibandingkan dengan Anwar yang dulu ngejar-ngejar Febi, mukanya kalah jauh. Gue jadi mikir, "Jangan-jangan kriteria cowok idaman Febi itu nggak perlu ganteng."

Kalau benar begitu, mungkin gue akan menyesal sejadi-jadinya. Seandainya saja gue berani buat ngajak Febi kenalan, mungkin yang sekarang ada di foto itu adalah gue. Dan kalau tahu seleranya ternyata rendah begini, kenapa nggak dari dulu saja gue maju? Ternyata, penyesalan, memang selalu datang terlambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun