Anak tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan pada fungsi penglihatan mereka akibat berbagai faktor. Beberapa penyebab yang mungkin meliputi faktor genetik, kelainan yang terjadi selama masa kehamilan, atau infeksi virus dan bakteri. Menurut (Uyu Mua'wwanah, 2015).
Seorang guru yang khususnya menangani anak berkebutuhan khusus, seperti tunanetra, harus bersungguh-sungguh dalam menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Oleh karena itu, peran guru sangat krusial bagi anak tunanetra. Mereka berharap guru dapat membantu mengembangkan potensi diri meskipun terdapat keterbatasan. Ada beberapa kebutuhan yang diperlukan dalam proses perkembangan anak berkebutuhan khusus (tunanetra), antara lain:
1. Kebutuhan untuk merasa diterima sebagai bagian dari lingkungan sosial.
2. Kebutuhan untuk mendapatkan perlindungan dari stigma dan label negatif.
3. Kebutuhan akan dukungan dan kenyamanan sosial, serta
4. Kebutuhan untuk menghindari kebosanan dan menemukan stimulasi sosial.
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang dalam tumbuh kembangnya mengalami hambatan atau penyimpangan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial emosional, dan komunikasi yang berbeda dengan anak normal sehingga membutuhkan pendidikan khusus (Arkam, 2022).
Tuna netra adalah sebuah kondisi dimana seseorang memiliki keterbatasan penglihatan, yang dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal individu. Faktor internal yang dapat menyebabkan ketunanetraan adalah karena faktor gen (keturunan), kekurangan gizi, kondisi psikis ibu pada saat hamil, keracunan obat, dan sebagainya. Menurut (Yanuar & Satrio, 2016).
Adapun beberapa Ahli berpendapat seperti (Djaja Rahardja dan Sujarwanto 2010),( serta Gargiulo 2006) didalam penelitian yang dilakukan (Khairun Nisa et al., 2018) mendefinisikan ketunanetraan menjadi 3 kategori yaitu buta buta, buta fungsional dan low vision.Umumnya mereka menunjukkan kepekaan indera pendengaran dan perabaan yang lebih baik dibandingkan dengan anak normal serta sering melakukan perilaku stereotip seperti menggosok-gosokkan mata dan meraba-raba sekelilingnya.
Berdasarkan karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra dapat disimpulkan bahwa anak tunanetra digolongkan menjadi tiga katagori yaitu buta, buta fungsional dan low vision. Namun ABK Tunanetra juga memiliki Kognitif, Akademik, fisik, Motorik, Prilaku, pribadi dan sosial. Anak ABK tunanetra pastinya memiliki perbedaan dengan anak normal pada umumnya seperti mempunya kemampuan berhitung, menerima informasi dan kosa kata yang hampir meyamai anak normal tetapi mengalami kesulitan dalam hal pemahaman yang berhubungan dengan penglihatan, kesulitan punguasan keterampilan sosial yang dapat dilihat dengan sikap tubuh tidak menentu, agak kaku, juga tidak sesuaian antara ucapan dengan tindakan.
FAKTOR PENYEBAB ANAK TUNANETRA
A. Pre-natal (dalam kandungan); Faktor penyebab tunanetra pada masa pre-natal sangat erat kaitannya dengan adanya riwayat dari orangtuanya atau adanya kelainan pada masa kehamilan:
* Keturunan; Pernikahan dengan sesama tunanetra dapat menghasilkan anak dengan kekurangan yang sama, yaitu tunanetra.
* Pertumbuhan Anak Di Dalam Kandungan Ketunanetraan anak yang disebabkan pertumbuhan anak dalam kandungan biasa disebabkan oleh: ganggan pada saat ibu masih hamil, Adanya penyakit menahun seperti TBC, Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma, dan tumor dan, kekurangan vitamin tertentu dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga kehilangan fungsi penglihatan.
B. Post-natal; Post-natal merupakan masa setelah bayi dilahirkan. Tunanetra bisa saja terjadi pada masa ini:Â
* Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan.
* Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi.
* Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan.
* Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya: Xeropthalmia, Trachoma, Catarac, Diabetik Retinopathy, Macular Degeneration dan, Retinopathy of prematurity.Â
JENIS-JENIS KETUNANETRAAN
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Penyandang Disabilitas dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Cacat Fisik; Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara. Cacat fisik antara lain: a) cacat kaki,b) cacat punggung, c) cacat tangan, d) cacat jari, e) cacat leher, f) cacat netra, g) cacat rungu, h) cacat wicara, i) cacat raba (rasa), j) cacat pembawaa.
* Cacat tubuh dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Menurut sebab cacat adalah cacat sejak lahir, disebabkan oleh penyakit, disebabkan kecelakaan, dan disebabkan oleh perang.
b. Menurut jenis cacatnya adalah putus (amputasi) tungkai dan lengan; cacat tulang, sendi, dan otot pada tungkai dan lengan; cacat tulang punggung; celebral palsy; cacat lain yang termasuk pada cacat tubuh orthopedi; paraplegia.
2. Cacat Mental; Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik cacat bawaan maupun akibat dari penyakit, antara lain: a) retardasi mental, b) gangguan psikiatrik fungsional, c) alkoholisme, d) gangguan mental organik dan epilepsi.
3. Cacat Ganda atau Cacat Fisik dan Mental; Yaitu keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan sekaligus. Apabila yang cacat adalah keduanya maka akan sangat mengganggu penyandang cacatnya.
* Ciri ciri anak tunanetra; berikutnya adalah beberapa ciri psikis anak tunanetra:
--> Perasaan mudah tersinggung
--> Mudah curiga
--> Ketergantungan yang berlebihan
--> Anak tunanetra memang harus dibantu dalam melakukan suatu hal, namun tak perlu semua kegiatan Anda membantunya. Kegiatan tersebut, seperti makan, minum, mandi, dan sebagainya.Â
DAMPAK TUNANETRA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK
Perkembangan motorik anak tunanetra pada bulan-bulan awal tidak berbeda dengan anak awas. Namun, selanjutnya perkembangan motorik anak tunanetra tampak berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya stimulasi visual ketidakmampuan menirukan orang lain, dan pengaruh faktor lingkungan.
a. Pendidikan Anak Tunanetra
* Metode pembelajaran yang perlu diterapkan oleh orangtua dalam mendidik anak tunanetra menurut Smart (2010) perlu memperhatikan beberapa prinsip. Salah satu metodenya adalah prinsip individual.
* Prinsip individual berarti dalam mendidik anak tunanetra, tenaga pendidik maupun orangtua perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan individu anak.
* Hal-hal seperti; perbedaan umum, mental, fisik, kesehatan dan tingkat ketunanetraan setiap anak perlu diperhatikan dengan baik.
B. Permainan Anak Tunanetra
--> Miniatur patung; Mainan ini bisa digunakan untuk memperkenalkan anak mengenai sesuatu melalui indera perabaan, misalnya saja nama hewan.
--> Lego; Lego merupakan mainan yang sangat populer dimainkan anak-anak di seluruh dunia. Permainan ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan motorik halus anak melalui kegiatan menyusun potongan-potongan lego menjadi bentuk tertentu.Â
--> Alat musik; Tunanetra bisa distimulasi indera pendengaran sejak kecil melalui alat musik tertentu. Bila anak masih kecil bisa diberikan alat musik drum atau bahkan piano kecil. Banyak tunanetra ketika dewasa terampil bermain musik hingga bernyanyi.
--> Bola tunanetra; Mungkin anda bertanya apa bedanya bola tunanetra dengan bola biasa. Jadi bola tunanetra adalah sebuah bola yang bisa memunculkan suara gemrincing bila dilempar atau ditendang.Â
SOLUSI PERMASALAHAN
Pada dasarnya, terapi yang dijalani si kecil dengan tuna netra berupa pelatihan aktivitas sehari-hari. Hal ini akan menjadi modal dasar untuk membantunya menjalani proses belajar (kognitif, sosial, dan psikomotorik). Beberapa latihan kegiatan sehari-hari yang dapat diajarkan kepada anak, di antaranya :
--> Manfaatkan indera-indera lainnya untuk belajar aktivitas sehari-hari. Misalnya, indera peraba untuk mengenali barang-barang yang ada di rumah.
--> Ajari anak untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.
--> Ajari si kecil untuk mengenal huruf Braille. Dengan demikian, ia dapat belajar membaca dan menulis dengan lebih mudah.
* Ketika si kecil mulai masuk ke dunia pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
--> Mengenal huruf Braille menjadi modal dasar untuk mempelajari materi sekolah. Dengan huruf Braille, si kecil dapat "membaca" isi buku bacaan.
--> Ada berbagai alat yang dapat digunakan untuk belajar. Salah satunya adalah taperecorder. Melalui tape recorder, penjelasan materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru di kelas dapat direkam, sehingga ketika mengulang pelajaran si kecil dapat mendengarkan rekaman tersebut.
--> Dampingi si kecil ketika sedang belajar, sehingga ia merasa ada yang mendukungnya. Intinya, biasakan si kecil untuk belajar menggunakan berbagai alat pendukung yang dapat membantunya belajar.
--> Dalam proses belajar, jika perlu Moms & Dads juga ikut belajar huruf Braille sehingga dapat membantu anak ketika ia mengalami kesulitan pada saat belajar.Â
3 Tips Yang Harus Dilakukan oleh Orangtua Anak Tuna Netra:Â
1. Jangan terbiasa untuk mengasihani anak atau memanjakannya. Karena hal ini akan membuat anak menjadi tidak mandiri dan tidak percaya diri. Perlakukan anak sebagaimana orangtua memperlakukan anak regular (normal). Dukung anak untuk dapat melakukan aktivitas sehari-harinya.
2. Â Ajak anak untuk bergaul dengan sebanyak mungkin orang di sekitarnya, seperti keluarga, teman-teman, orang yang lebih dewasa, orang yang lebih muda, dan sebagainya. Ajak anak berpartisipasi dalam acara keluarga dan kegiatan rumah tangga sehari-hari, sehingga ia terbiasa untuk mandiri, bertanggung jawab, dan percaya diri.
3. Kedua orangtua harus kompak, konsisten, dan penuh kasih sayang terhadap anak. Orangtua yang kompak dan harmonis akan membuat anak merasa diterima dan didukung dalam segala hal, sehingga anak juga semangat untuk sukses, walaupun memiliki kekurangan.
Anak tunanetra mengalami keterbatasan variasi pengalaman dan interksi sosial sehingga menyebabkan kurang munculnya komunikasi aktif. Rasa rendah diri dan tidak aman dimungkinkan menjadi penyebab anak tunanetra sulit berinteraksi dalam kelompok orang awas. Komunikasi secara aktif diperlukan bagi anak tunanetra yang memiliki karakteristik verbalisme. Pemerolehan pengetahuan dan penyampaian ide anak tunanetra dilakukan secara verbal.
Pengembangan komunikasi pada anak tunanetra dapat dilakukan dengan melibatkan dalam permainan kooperatif tradisional. Langkah awal sebelum melakukan permainan yakni mengukur usia kemampuan komunikasi anak tunanetra dari aspek reseptif dan ekspresif. Permainan yang dilakukan seperti jamuran, pasaran dan bermain peran tokoh wayang. Pada permaian tradisional tersebut, anak tunanetra akan berperan sebagai pelaku maupun pemain. Ketika menjadi pelaku, anak tunanetra mampu memahami perintah dan perkataan teman lain. Pada saat menjadi pemain, anak tunanetra mampu menyampaikan ide dan perasaan kepada teman lain. Kemampuan komunikasi anak tunanetra ikut berkembang ketika terjadi konflik dalam permainan sehingga memunculkan inisiatif untuk melakukan pemecahan masalah.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI