Mohon tunggu...
djarot tri wardhono
djarot tri wardhono Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis apa saja, berbagi dan ikut perbaiki negeri

Bercita dapat memberi tambahan warna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kasih Tanpa Batas Waktu, Sang Putra Petir

9 Maret 2021   04:16 Diperbarui: 9 Maret 2021   04:18 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku masih ada di sini/ Masih dengan perasaanku yang dahulu/ Tak berubah dan tak pernah berbeda/ Aku masih yakin nanti milikmu/ Aku masih di tempat ini/ Masih dengan setia menunggu kabarmu/ Masih ingin mendengar suaramu/ Cinta membuatku kuat begini*)

Di pinggir pemancingan yang asri, kami duduk berdua. Pemacingan “judi”, isitilah yang kami gunakan. Pemacingan dengan belasan orang yang mengitari kolam. Bunyi bel pun, bertalu setiap tiga menit. 

Awalnya kami tak tau, setelah bel berbunyi, ada petugas yang datang ke masing-masing pemancing dan menimbang hasil pancingann dan kemudian ikan tangkapan dilepas. 

Semua berulang tiap menit ketiga. Dan baru paham kami, kalau mereka hanyalah joki-joki dari para petaruh di ruang yang tak jauh dari kolam. Ya kami sempat berkeliling sambil berbincang ringan dengan mereka.

Hari itu, hari terakhir kawan, rekan dan juga atasan divisi kita yang akan melepaskan aktivitas bekerja sehari-hari. Pak Yudo, akan menjalankan purna tugasnya di usia  kelimapuluh enam. 

Usia yang matang bahkan jelang menunju senja. Ia selalu tampak muda di usia itu. Dan yang kami satu devisi tahu, bapak satu yang ini, masih tetap membujang dan hidup sendiri. Kami semua tak tau alasannya.

Setelah kita selesai makan bersama dan bertestimoni selama si boss memimpin devisi ini. Devisi yang banyak melakukan riset untuk membuat kebijakan perusahaan. Saya sering bersama untuk melakukan survei teknis selama beberapa hari bersama di beberapa kota. 

Hingga saya pun merasa dekat namun tidak untuk urusan ‘sendiri’ itu. Dan di momen  ini, di saat hanya berdua, kuberanikan untuk bertanya dengan sedikit ragu apakah akan dijawab. 

Dan tak kuduga, pak Yudo pun menceritakan semuanya. Menceritakan cinta pertamanya dan terakhirnya. Ia bercerita tentang Anita, gadis cantik - Puteri Jabar.

***

Aku beruntung, dari ribuan peserta, aku salah satu dari sedikit yang bisa mengenyam kampus Ganesha ini. Dan jurusanku termasuk favorit dan tingkat persaingan masuknya termasuk yang paling tinggi. Dan masuki tahun ketiga, di masa sudah adaptasi tekanan kuliah ini, aku kadang main-main dan makan di seputaran kampus Dipati Ukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun