Mohon tunggu...
Humaniora

Persahabatan dari Tangan Ibu

3 Januari 2018   23:37 Diperbarui: 3 Januari 2018   23:37 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku lebih terbuka mengenai urusan pribadiku pada beliau. Aku bercerita mengenai permasalahanku dengan teman, urusan asmara sampai urusan hobiku yang kini menggemari k-pop. Ibuku juga tidak lagi membangun batas di antara kami. Beliau bercerita mengenai dinamika keuangan keluarga kami, sharing soal agama, sampai menceritakan kesukaannya pada drama Korea Selatan, India serta Turki yang ditayangkan di tv. Tidak ada jarak lagi di antara kami.

Kami bisa menangis bersama, tapi yang paling penitng, kami bisa juga tertawa bersama pula.

Dan ah, akan kuceritakan contoh kecil mengapa persahabatan dengan ibuku menjadi hadiah terbaik bagiku. Untuk trivia,persahabatan kami bisa dikatakan unik karena semakin direkatkan oleh satu hal: menonton drama.

Awalnya, setelah tidak ada lagi drama Korea menarik yang ditayangkan di tv, ibuku bertanya padaku drama Korea apa yang terbaru atau recommended.Aku akan meminta drama kepada teman kuliahku dan sesampainya di rumah, kami biasanya akan menontonnya bersama. Sambil menonton, ibuku kerap memintaku membacakan subtitlekarena terkadang percakapannya terlalu cepat untuk dibaca ibuku. Kebiasaan itu membuatku menjadi familiar dengan kata dan percakapan sehari-hari dalam bahasa korea. Sesudahnya kami biasanya mengomentari plot, karakter hingga budaya yang ditampilkan pada drama tersebut. Bagian mengobrol itulah yang menyenangkan karena aku menjadi tahu lebih banyak mengenai ibuku juga sudut pandangnya terhadap sesuatu.

Sebaliknya, ada saat dimana ibuku terpengaruh oleh hobiku yang menggemari k-pop. Ada satu lagu yang ibuku hafal bagian chorus-nya karena sering kudengarkan di rumah. Dari situ, beliau menjadi tertarik mengenai industri musik di Korea dan setelah sharing, pandangan ibuku yang awalnya tidak menyukai lelaki-yang-berdandan-sampai-terlihat-cantik pun berubah. Beliau kini menghargai kerja keras mereka.

Dan bukankah ini menakjubkan?

Semakin erat persahabatan kita dengan seseorang, maka akan semakin besar pengaruh yang diberikan orang itu kepada kita dan berlaku sebaliknya. Bahkan, hal-hal kecil yang dibagikan di antara sahabat bisa membuat banyak perubahan (seperti aku yang menjadi familiardengan kata dala bahasa Korea, dan ibu yang merubah sudut pandangnya). Dan kurasa itu akan sangat berarti bagi setiap ibu dan anak. Setiap ibu tentunya ingin menjadi bagian penting dari proses perubahan menuju ke arah yang baik untuk anaknya, dan setiap anak juga pasti ingin melakukan hal demikain untuk orang tuanya. Menjadi sahabat adalah salah satu cara paling menyenangkan untuk mewujudkan itu semua.

Apakah kompasianer sekalian bisa memahami apa yang kumaksud?

Kuharap bisa, ya.

Karena, menurutku, berbagi persahabatan dengan orang tua adalah anugrah paling menyenangkan yang bisa didapatkan. Bukankah menyenangkan bisa bersahabat dengan seseorang yang mau memahamimu sekalipun telah meihat sisi terburukmu (selama kauhidup)?

Bukankah akan menyenangkan sekali bila membayangkan di rumah ada seorang sahabat yang menunggumu dan selalu mencintaimu tanpa syarat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun