Mohon tunggu...
Day Chaniago
Day Chaniago Mohon Tunggu... -

belajar, dan mendapatkan ilmunya kemudian menyalurkannya untuk sesama

Selanjutnya

Tutup

Catatan

TAK SEHINA YANG KAU KIRA

19 September 2014   04:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:16 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1411049888981249221

Perjalananku terhenti di keramaian angkutan kota, mataku melirik kiri dan kanan apa masih ada celah untuku dan sepeda motor yang sedang kukendarai. ketika berhasil menyalib sebuat angkutan kota, sepeda motor inipun kubawa menuju parkiran para tukang becak. meski terlihat sembraut, tapi begitulah cara mereka untuk menanti penumpang secara bergiliran. Dengan posisi antrean mereka sabar menunggu penumpang untuk menaiki becak.

Ketika aku sudah mendekat di antrean itu, akupun turun dari sepeda motor kemudian dari urutan pertama aku siap menjadi penumpang meskipun aku tak ikut berada di kursi penumpang becaknya. “Bang, kita bisa kedapur sekarang, untuk membawakan kuah sate” pintaku demikian padanya. “Boleh dek, mari” penantiannya seolah terbayar atas pintaku tadi”. Ya, pekerjaanku berdagang sate setiap hari libur dikedai etekku. Pastinya hari minggu dong dan boleh jadi ketika ada tanggal merah. Sebab jika hari Senin-Sabtu jadwal kuliahku full time.

Ketika Abang becak mulai beranjak, akupun mengiringi lajunya tepat dibelakangnya. Tiba-tiba aku melihat sebait tulisan di belakang bak gandeng tempat penumpang. –Tak sehina yang kau kira-. Kenapa Abang becak membuat tulisan itu di bak becaknya? Lalu apa ada yang pernah menghina pekerjaannya sebagai tukang becak? Ah, aku jadi bingung. Bukannya profesinya itu merupakan pekerjaan halal, sudahlah pikirku. Sesampainya di dapur dan semua bahan yang ingin diantarkan ke kedai telah ada di bak penumpang dan siap untuk di antar.

Seluruh bahan-bahanpun telah sampai kemudian abang becak pergi usai ongkos di berikan kepadanya sehingga aku lupa menanyakan maksud tulisan yang ada dibecaknya.

******

Dikampus terasa indah hari ini, minggu pertamamenjalani semester ketiga. Hanya silabus, kontrak kuliah yang akan disampaikan dosen,sebab itu inti dari pertemuan pertama sebagai acuan kedepannya dalam proses pembelajaran.

Aduh dosennya kemana ya, kog belum juga datang, gumamku dalam hati. mungkin Beliau bisa saja terlambat sebab jarak antara mesjid dan ruangan kami agak jauhlah untuk dilalui berjalan kaki apa lagi ruangan tercinta berada dilantai tiga, wah lengkap deh, lumayan juga untuk ngurangi berat badan.

Sembari menunggu Beliau yang bisa jadi sedang khusyuk menunaikan ibadah sholat Zuhur, aku melihat ada buku di meja kecil bersambung dengan bangkunya. Aku mulai merayu teman untuk meminjam dan membaca, “minjem ya mau baca”. “iya, silahkan” sahutnya.

Ketika aku membuka lembaran buku itu, di pertengahan tepatnya aku mulai membaca dan isinya mengenai kisah Rasulullah saw dan tentang pemuda. Rasulullah senantiasa menyuruh umatnya bekerja dan tidak menyukai manusia yang bergantung kepada kelebihan saja. Dilaporkan bahwa pernah terjadi seorang pemuda dari kalangan Anshor meminta kepada Rasulullahsedikit bantuan amal(untuk disedekahkan kepadanya).

Beliau kemudian bertanya kepada pemuda itu apa dia mempunyai harta benda. Pemuda itu mengatakan bahwa dia hanya mempunyai sehelai selimut untuk menutupi badannya dan cawan untuk minum. Kemudian Rasulullah saw meminta agar dibawakan barang tersebut. Setelah dibawakan barang tersebut Rasulullah mengambilnya dan melelang kepada orang ramai.

Salah seorang hadir dan menawar barang itu dengan satu dirham. Beliau meminta supaya dinaikkan harga. Orang lain kemudian menawar barang tersebut dengan dua dirham dan terus membelinya. Rasulullah saw menyerahkan dua dirham tadi kepada pemuda tersebut dan menasehatinya untuk membeli kapak seharga satu dirham. Setelah membeli kapak yang dikehendaki, Beliau menyerahkan kepada pemuda tadi seraya berkata “Pergilah kehutan dan potonglah kayu dan jangan menemuiku dalam masa lima belas hari”

Setelah dua minggu, kembali Rasulullah menanyakan keadaan pemuda tersebut. Pemuda itu memberitahu bahwa dia memperoleh duabelas dirham disepanjang waktu tersebut dan telah membeli beberapa helai pakaian. Rasulullah saw mengingatkan “Ini lebih baik dari meminya-minta dan mendapat ke aiban di hari Pengadilan kelak”.

Hatiku tersentak mengingat kembali tulisan yang ada di becak kemarin. Tidak ada yang hina dari profesi tukang becak, pemulung, kuli bangunan, buruh dsb jikalau pekerjaan itu dilakukan semata karena Allah SWT, Halalan Toyyibah dan mendapat pahala oleh-Nya. Banyak dari profesi-profesi tersebut mereka mampu menyekolahkan anaknya hingga Sarjana.

Tak usah malu punya pekerjaan, selama pekerjaan yang dilakukan masih halal, tak penting seberapa besar hasil, gaji ataupun upah materi yang di dapat sedikit, yang penting terhitung sebagai ibadah yang menjadikan pekerjaan yang dilakukan bernilai lebih di sisi Allah SWT.Allah berfirman: “Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu” (QS.Adz Dzaariyaat: 22).

Maksud dari rezeki yang ada dilangit adalah hujan yang dapat menyuburkan tanaman.
Kemudian yang dimaksud dengan apa yang dijanjikan kepadamu ialah takdir Allah terhadap tiap-tiap manusia yang telah ditulis di Lauhul mahfudz(baik itu rezeki, jodoh dan maut).

Lalu kenapa musti banyak berangan-angan ingin sukses, padahal untuk bekerja keras saja enggan. Terlalu banyak gengsi atau musti menunggu dalam waktu kepepet hingga memaksa untuk bekerja apa saja, tanpa memikirkan halal atau haram. Membelakangi Allah dalam setiap mencari rezeki hingga yang semua di halalkan demi mendapatkan keuntungan diri.

Pekerjaan hina merupakan pekerjaan yang meminta-minta padahal masih bisa bekerja dengan layak. Akhir-akhir ini juga gempar tentang seorang pengemis yang mampu mengumpulkan uang yang dimintanya dari hasil mengemis berjumlah jutaan rupiah, sungguh ironi padahal raganya dan jiwanya masih normal. Hanya urat malunya yang hilang dan berpura-pura tidak memiliki pikiran bahwa masih banyak pekerjaan yang begitu mulia dilakukan dari pada meminta-minta.

Tidak ada pekerjaan yang hina selagi halal dan tetap melibatkan Allah dalam prosesnya, hanya saja syetan mempengaruhi hati dan pikiran yang berhasil digoda sehingga diri merasa hina dan pekerjaan itu rendah dimata manusia tetapi disisi Allah begitu mulia. Bekerja keras dan berdoa(sabar dan tawakkal) merupakan modal utama untuk meraih kesuksesan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun