Tapi di Tengah ini kita bisa melihat sebuah kesadaran yang muncul di antara siswa. Beberapa atau mungkin banyak dari mereka rela kerja lembur sampai malam, terutama di seksi dekorasi. Mereka melakukan ini karena satu hal yang sangat esensial yakni jika mereka tidak lembur, maka teman-teman yang lain akan lembur lebih lama lagi. Alhasil mereka bertanggung jawab atas kesehatan mereka dan kesehatan teman-teman sebagaimana teman-teman bertanggung jawab atas kesehatan diri masing-masing dan mereka sendiri.Â
Tentunya, secara kasat mata, ini merefleksikan seorang servant leader. Keberanian berkorban pada saat banyak orang yang sudah tidak kuat lagi nampak dengan jelas. Â Ini hanya atas asas menopang teman-teman lain demi satu tujuan. Karena itu, hal ini merupakan sesuatu yang sangat mulia. Juga, proses berpikir untuk berkorban ini tidaklah mudah. Mereka sadar mereka ada tanggung jawab dalam panitia tertentu. Mereka juga sadar mereka ada tanggung jawab sebagai siswa.Â
Sebuah pilihan yang sulit untuk memilih antara memastikan kesehatan teman-teman yang dan memastikan kesehatan diri sendiri. Kemampuan menyeimbangkan kedua hal ini menggambarkan kemampuan diskresi yang dilatih. Segala ini, ditambah dengan sikap altruistik, menggambarkan perkembangan seorang servant leader.  Anekdot dari panitia dekorasi ini merupakan bukti primer bahwa CC Cup berperan sebagai wadah formasi siswa-siswa sebagai generasi penerus bangsa yang berdasarkan kepemimpinan yang melayani.Â
Jika di CC Cup kita melihat servant leadership dalam lingkup sekolah, di Nepal kita melihat betapa dahsyatnya peran generasi muda ketika jiwa yang sama diterapkan dalam skala nasional. Seperti yang kita lihat di berita beberapa minggu yang lalu, Nepal mengalami demonstrasi besar-besaran. Generasi muda atau Gen Z menuntut perombakan ulang pemerintah yang sudah kelewatan korupsi. Ribuan massa yang mengidentifikasikan mereka sendiri sebagai Gen Z, turun ke jalan ibukota, Kathmandu, pada Senin, 8 September 2025. Mereka mengubah dinamika protes menjadi keonaran yang menyebabkan bentrokan polisi dengan pengunjuk rasa serta meninggalnya 22 orang. Sesampainya Perdana Menteri Nepal pada saat mengundurkan diri.Â
Dua fakta ini menggambarkan bahwa generasi muda yang gigih dan altruis dapat mengguncangkan suatu negara.
Ini bukan tanpa tanggung jawab. Tentu aksinya brutal, tapi ada hasil nyata. Pemimpin baru yang terbukti tidak korupsi dan merupakan seorang advokat kebenaran, Sushila Karki, dipilih sebagai perdana menteri baru. Ini dilakkan oleh rakyat dari platform sesederhana discord, platform yang juga digunakan mereka untuk mabar dengan teman-teman.Â
Anekdot dari Nepal ini merupakan sebuah cerita nahas tapi juga bukti konkrit yang terasa hidup mengenai seberapa jauh peran generasi muda dalam mengubah negara mereka. Jika kita lihat juga masyarakat Nepal menginginkan seorang servant leader, bukan hanya pemerintah yang hanya peduli dengan saku mereka sendiri. Mereka melihat refleksi seorang servant leader dalam Sushila Karki yang pernah sampai masuk penjara karena advokasinya. Seperti yang terutarakan sebelumnya, generasi muda adalah mata tombak pergerakan dunia dan masyarakat memiliki kedaulatan. Dua fakta ini menggambarkan bahwa generasi muda yang gigih dan altruis dapat mengguncangkan suatu negara.Â
Demikianlah, jika kita membentuk lebih banyak servant leader di  kalangan generasi, masa depan bangsa akan lebih baik. Ini dikarenakan pemimpin demokrasi adalah refleksi dari rakyat dan jika bibit itu sudah kita tanamkan di rakyat maka pemimpin akan menjadi seperti itu. CC Cup, sebagai contoh, sukses menjadi kawah candradimuka, tempat anak muda belajar bahwa memimpin bukan soal kuasa, melainkan soal melayani. Dari sinilah bibit servant leader tumbuh untuk Indonesia yang lebih magis
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI