Novel berlatar belakang penjajahan Jepang di Indonesia ini memiliki keunggulan serta keistimewaannya tersendiri. Saat pertama kali melihat sampul novel, mungkin pembaca mengira bahwa novel ini akan membosankan, apalagi dengan cerita sejarahnya. Namun ternyata, setelah menyusuri kata demi kata dari novel ini, rasanya pembaca seakan-akan tidak membaca cerita sejarah.Â
Jika dibayangkan dari judul novel itu sendiri, kemungkinan ceritanya akan dipenuhi bahasa yang berat dan tidak dimengerti orang awam. Namun hal tersebut tidak seperti yang kita bayangkan, nyatanya novel ini memiliki bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh pembaca dari semua kalangan. Dari segi tata letak, penyusunan, serta ukuran font juga sudah pas untuk dibaca. Bukan hanya hal mistis, namun novel ini banyak juga memuat pesan moral, seperti tokoh Kawae dengan sifat simpatinya serta motivasinya untuk saling membantu sesama manusia.
Kekurangan
Membicarakan keunggulan novel, tentunya tidak terlepas dari kekurangan novel itu sendiri. Karena tidak ada suatu karya yang benar-benar sempurna. Dibanding novel Kisah Tanah Jawa yang lain, novel ini terkesan sedikit membosankan karena terlalu banyak teks. Ilustrasi dari novel perlu sedikit ditambahkan. Selain itu, pada novel ini tidak terdapat bagian daftar isi, kata pengantar, serta profil penulis seperti novel pada umumnya, ditambah lagi, alurnya yang sedikit membosankan dan terkesan seperti loncat-loncat.Â
Penutup
Kritik:
Alur novel terlalu monoton dan terkesan sedikit membosankan karena terlalu banyak teks. Untuk mencari subbab pun diharuskan membuka lembar demi lembar karena novel ini tidak lengkap dengan daftar isi.
Saran:
Sebaiknya ilustrasi perlu ditambahkan seperti novel Kisah Tanah Jawa yang lain, sehingga pembaca tidak bosan saat membaca rangkaian kalimat. Bagian buku seperti daftar isi juga hendaknya ditambahkan, agar memudahkan pembaca dalam mencari subbab dari novel.