Banyak pemikiran skeptis tentang robot dalam kehidupan manusia. Ada yang bilang robot tidak perlu ada dalam kehidupan manusia. Bisa-bisa manusia tersingkir dengan keberadaannya.Â
Ada yang mengatakan robot itu tidak punya emosi, tidak punya empati, bahkan tidak punya cinta layaknya manusia. Pemikiran yang tidak salah.Â
Namun nyatanya pandemi covid-19 lagi-lagi memaksa kita untuk memikirkan kembali, apa betul kita tidak memerlukan robot dalam kehidupan seharian.Â
Baca juga:Â Bisa Jadi pada "Masa Tua" Kita akan Dirawat Robot!
Data terbaru mengungkap bahwa pada masa pandemi Covid-19, lebih dari 120 media berita dan media sosial di China, AS, dan 19 negara lain, mengisahkan aneka ragam jenis robot berperan melayani kebutuhan manusia yang terisolasi selama lockdown. Â
Robot tidak takut pada virus dan tidak akan terinfeksi. Keadaan memaksa manusia untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Jika keluyuran selain berisiko, juga bisa ditangkap oleh aparat berwajib dan didenda sejumlah uang. Untuk itu, berbagai aktivitas manusia tertolong dengan adanya robot. Berikut peran robot-robot penolong tersebut:
Melakukan proses disinfektanÂ
Robot desinfeksi UV buatan Denmark digunakan di salah satu rumah sakit China pada masa Virus Covid-19 merebak. Mesin ini memancarkan sinar Ultra Violet yang kuat, yang mampu menghancurkan DNA atau RNA dari mikroorganisme apa pun yang berada dalam jangkauan. Efek UV ini terkenal ampuh tetapi berbahaya jika manusia berada di dekatnya. Sang robot diprogram untuk mempelajari tata letak rumah sakit dan melakukan pekerjaannya secara mandiri menggantikan peran pekerja medis.
ITS bekerjasama dengan Universitas Airlangga menciptakan robot yang mirip dengan robot UV buatan Denmark. Robot ini bertugas melakukan sterilisasi ruangan yang akan dan telah digunakan dalam proses penanganan COVID-19. Robot ini telah digunakan oleh Rumah Sakit Umum Airlangga, Surabaya.
China juga menggunakan robot yang bentuknya mirip seperti tank tempur kecil untuk menyemprotkan cairan desinfeksi saat wabah virus terjadi di Wuhan. Ini sangat membantu penyemprotan secara efisien.
Menggantikan koki di dapur
China yang menetapkan protokol ketat juga mengurangi jumlah koki di dapur rumah sakit. Untuk itu, robot juga dimanfaatkan untuk memasak makanan. Berikut penampakan si robot:
Mengantarkan makanan
Saat penerapan lockdown di banyak negara, jalanan sangat lengang. Orang-orang mengurung diri dalam rumah masing-masing. Bagi yang masih muda dan sehat mungkin akan menyiapkan makan sendiri. Namun banyak para lansia yang tidak mampu melakukannya.
Untungnya restoran cepat saji masih beroperasi, dan makanan dapat dipesan dari sana. Disini lagi-lagi robot menunjukkan perannya. Pesanan makanan diantar oleh sang robot ke rumah-rumah penduduk. Demikian juga halnya obat-obatan yang dibutuhkan.
Menggantikan sebagian tugas perawat
Rumah Sakit Universitas Antwerp di Belgia, menggunakan robot pada garis terdepan perawatan kesehatan. Pasien yang tiba di rumah sakit yang dengan gejala COVID-19 akan disambut oleh robot Zora. Dengan sebuah kamera, suhu tubuh setiap pengunjung dipantau. Si robot juga mengecek apakah pasien mengenakan masker, jika belum akan diminta segera menggunakannya.
Rumah Sakit perawatan pasien Covid-19 di Kigali, Rwanda juga menggunakan robot Zora ini. Robot Zora ini menggantikan perawat untuk membawakan obat-obatan, makanan, dan kebutuhan lainnya pada pasien Covid-19 yang menjalani perawatan. Robot ini mampu memantau hingga 150 orang setiap menit untuk mengecek apakah ada gejala virus seperti suhu tinggi dan batuk kering.
Italia yang jumlah pasien meninggal akibat Covid-19 tertinggi, Â juga menggunakan robot untuk menjaga dan memantau pasien di rumah sakitnya. Penggunaan robot ini sangat efektif untuk mengurangi risiko tenaga medis terpapar virus.
RS Pertamina Jaya di Jakarta juga memanfaatkan robot untuk merawat pasien. Robot 'Amy' ditugaskan untuk membawa makanan, obat, dan segala kelengkapan lain untuk pasien, sedangkan robot 'Temi' digunakan untuk melakukan kontrol dan sebagai media komunikasi antara pasien dan tenaga medis tanpa harus berdekatan dengan pasien Covid-19.
Menggantikan fisik wisudawan/wisudawati
Dengan adanya pembatasan sosial, banyak mahasiswa yang tidak mengikuti prosesi wisuda yang menjadi puncak kuliahnya. Menyadari pentingnya prosesi wisuda ini bagi mahasiswanya, Universitas Waseda di Jepang, menyelenggarakan prosesi wisuda dengan robot sebagai pengganti wisudawan secara jarak jauh. Rektornya mewisuda para robot avatar. Hehe