Mohon tunggu...
Ishaq Mohamad
Ishaq Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Menulis adalah pengabdian, Pena dan goresan kata adalah senjata ampuh untuk membentuk peradaban, Tulisan memiliki kekuatan untuk merubah sesuatu termasuk merubah dunia, dan menulis adalah tugas manusia untuk mengawal zaman, yakusa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sumpah Pemuda, Sumpah Pemuda Dulu atau Pemuda Sekarang?

28 Oktober 2022   21:57 Diperbarui: 28 Oktober 2022   22:54 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebelum Nusantara menjadi sebuah negara, telah ada dinamika yang terbangun di masyarakat dalam balutan kerajaan-kerajaan yang tersebar dari sabang sampai merauke, mungkin para masyarakat atau pemimpin dulu yang bergelar raja, Mahapatih atau Sultan tdk pernah menyangka bahwa suatu saat nanti Nusantara akan menjadi sebuah negara yang berbentuk Republik dan akan dipimpin oleh kepala negara yang bernama presiden. 

Namun dibalik dinamika itu manusia-manusia nusantara memiliki kearifan tersendiri dalam memaknai zamannya. Siapa sangka manusia Nusantara yang bernama Jayabaya bisa memprediksikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan kedatangan kerbau putih (Bangsa Barat dan Jepang) dan menjajah masyarakat Nusantara. 

Siapa sangka juga kitab Sutasoma yang ditulis Mpu Tantular akan meletakan dasar geografis Nusantara yang kemudian sekarang dikenal dengan Indonesia, siapa sangka juga Kitab Sutasoma menjadi inspirasi lahirnya bahasa Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi satu jua) yang sampai sekarang Negara Republik Indonesia pakai sebagai bahasa falsafah untuk mempersatukan Nusantara, sungguh Sejarah menyimpan sejuta misteri tidak ketinggalan juga masa depan.

Sumpah Pemuda bahasa yang lama diagungkan Pemuda dari zaman ke zaman, tepatnya sudah 85 Tahun kita memperingatinya, tepatnya tanggal 26-28 Oktober 1928 pada kongres Pemuda di Jakarta II yang dimotori oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). 

Tanggal 28 Oktober 1928 ikrar Sumpah Pemuda diperdengarkan pada seluruh pemuda se-Indonesia yang terhimpun dalam organisasi-organisasi kepemudaan. Sumpah Pemuda tahun 1928 menjadi goresan tinta emas sejarah yang akan selalu dikenang oleh pemuda Indonesia. 

Peristiwa terebut bukanlah sebuah dongeng atau cerita fiksi yang diceritakan kepada generasi kegenerasi Indonesia tapi peristiwa tersebut adalah sebuah peristiwa nyata yang bisa dikatakan prestasi membanggakan yang ditorehkan pemuda tahun 1928. 


Pemuda sekarang pasti bangga dan berbesar hati karena moyangnya telah meletakan dasar bagi persatuan Indonesia sekaligus sebagai gerakan awal pemuda untuk bergerak, berjuang ditengah masyarakat, dan memperlihatkan eksitensinya dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Pemuda boleh bangga dan selalu tersenyum ketika mengenang peristiwa bersejarah tersebut, namun jangan sampai kita larut dalam eforia sejarah dan tidak sadar ada tantangan yang menanti didepan mata bagi pemuda zaman sekarang. 

17 Agsustus 1945 yang kita kenal dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia tidak dapat diingkari merupakan hasil sumbangsih dari gerakan pemuda dizaman itu, sebut saja tokoh-tokoh pemuda yang ikut mendesak agar segera diproklamasikan kemerdekaan Indonesia semisal Chairul Saleh, Soekarni, Wikana dan Sayuti Malik. 

Pemuda dizaman itu (tahun 1945) sadar akan pentingnya eksitensi mereka dintengah pergulatan konflik dengan penjajah dan dinamika kebangsaan waktu itu, mereka (Pemuda) juga sadar betul bahwa bulan Agustus 1945 merupakan moment penting untuk sejarah kebangsaan Indonesia.

Gerakan rengas dengklok yang dicatat sejarah dalam proses meniti kemerdekaan Republik Indonesia bisa dikatakan sumbangsih dari pemuda untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pemuda memang tidak bisa dilepaskan dari bahasa perubahan dan Revolusi, tokoh bangsa yang bernama Soekarno pernah berkata "Berikan aku orang tua maka akan aku ratakan gunung semeru, tapi berikan aku 10 orang pemuda, maka akan aku ratakan dunia", menurut saya Seokarno yang dikenal dengan jiwa revolusionernya tersebut menyadari bahwa dalam diri pemuda ada sebuah potensi dan kekuatan yang sangat besar dan dapat dipergunakan untuk bangsa bahkan dunia. 

Sejarah telah mencatat bahwa pemuda merupakan tulang punggung sebuah perubahan, gerakannya disetiap zaman telah membuktikan eksitensinya sebagai kaum yang seperti dibahasakan Soekarno. 

Kalau kita tidak amnesia, kita akan mengenang gerakan terakhir yang pemuda lakukan dalam mencetak sebuah sejarah kebangsaan, runtuhnya Orde Baru yang terlalu menutup diri akan perubahan, tidak lain adalah sumbangsih dari gerakan pemuda tahun 1998.

Reformasi telah bergulir, disana-sini mungkin kita masih sering mendengar teriakan pemuda, baik itu dijalanan, dibangku sekolah atau kuliah, tapi apakah sejarah emas gerakan pemuda itu berhenti hanya sampai pada tahun 1998?. 

Zaman terus berdinamika, zaman juga selalu menghadirkan wajah-wajah generasi muda. 28 Oktober 1928 mungkin hanya jadi kenangan saja, walaupun dipemikiran sebahagian kawan-kawan aktivis bahwa peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober dapat dijadikan momentum untuk menyatukan gerakan seluruh pemuda Nusantara untuk perbaikan kondisi bangsa tapi saya harap gerakan itu tidak hanya bersifat sehari saja. 

Peringatan sumpah pemuda jangan sampai hanya dijadikan ritual kebangsaan untuk mengenang prestasi pemuda zaman itu (tahun 1928).

Hari ini tepatnya tanggal 28 Oktober, disana sini dilkakukan berbagai kegiatan untuk mengenang hari Sumpah Pemuda, ada aksi parlemen Jalanan, ada dialog kepemudaan, ada kegiatan donor darah dan sebagainya, tapi apakah kegiatan-kegiatan tersebut dapat menciptakan sebuah sejarah yang dapat dikenang oleh generasi muda mendatang?,. 

Pemuda dulu yang berhasil mempersatukan Indonesia dengan sumpahnya bergerak atas desakan zaman  dan kondisi kebangsaan waktu itu, tidak ada bedanya dengan pemuda yang berada dizaman tahun 1945 yang berhasil mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, begitu juga halnya dengan pemuda tahun 1998 yang berhasil menjatuhkan rezim Orde Baru, semua adalah prestasi yang membanggakan dari sejarah gerakan pemuda Indonesia. 

Zaman ini begitu banyak tantangan didepan mata, adanya problematika kebangsaan yang terjadi saat ini seharusnya dapat dideteksi pemuda untuk dijadikan momentum untuk mencetak tinta emas sejarah dalam arti pemuda hadir sebagai solusi.

Zaman selalu menyiapkan ruang bagi pemuda untuk menciptakan sejarahnya, pemuda zaman ini seharusnya tidak terlalu nyaman menikmati sejarah yang dibuat moyang kita. Saatnya pemuda sekarang bangkit dari tidurnya dan selalu mencari celah untuk masuk dalam ruas-ruas sejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun