Mohon tunggu...
David Paska Suarya
David Paska Suarya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang penulis yang memiliki dedikasi tinggi dan punya pemahaman yang mendalam terhadap olahraga sepak bola. Setiap penulisan artikel merupakan opini saya terhadap sepak bola, baik itu sepak bola nasional maupun internasional.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Vincent Kompany di Bayern Munchen: Dari Keraguan Menuju Keyakinan

21 September 2025   22:14 Diperbarui: 21 September 2025   22:14 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vincent Kompany Sebagai Pelatih Kepala di Bayern Munchen (sumber: Bundesliga).

Pro-Kontra Penunjukan Vincent Kompany Sebagai Pelatih Kepala Bayern Munchen

Penunjukan Vincent Kompany sebagai pelatih kepala Bayern Munchen di musim panas 2024/2025 menuai pro-kontra oleh fans Bayern Munchen. Fans merasa terkejut dengan kebijakan manajemen klub dalam memilih Vincent Kompany sebagai pelatih kepala baru Bayern Munchen, sebab reputasinya saat masih melatih Burnley tidaklah istimewa, bahkan Burnley dibawah kepelatihannya mengalami degradasi dari English Premier League (EPL).

Dengan reputasi buruknya saat masih melatih di Burnley, wajar bila seorang fans meminta penjelasan dari manajemen klub dalam penunjukan vincent Kompany sebagai pelatih kepala baru bagi Bayern Munchen, apalagi dengan rekam jejaknya saat itu, sulit bagi fans menerima realita nya, sebab saat itu banyak opsi pelatih yang tersedia di pasar, mulai dari Julian Lopetegui, Zinedine Zidane, Xabi Alonso, Hansi Flick, dan Roberto De Zerbi. Namun dari nama-nama tersebut, manajemen Bayern Munchen yang diwakili oleh Max Eberl dan Christoph Freud lebih memilih Vincent Kompany dibanding mereka. 

Pertimbangan Filosofi dan Rekomendasi Pep Guardiola

Keputusan Max Eberl dan Christoph Freud dalam memilih Vincent Kompany sebagai pelatih kepala Bayern Munchen, yakni adanya kesesuaian antara filosofi permainan sepak bola Vincent Kompany dengan filosofi permainan Bayern Munchen.

Ketika masih melatih Burnley, Vincent Kompany menghadirkan permainan sepak bola yang sangat menghibur, khususnya bagi penikmat EPL. Permainan yang dirancang oleh Vincent Kompany adalah kolektivitas antar pemain, pressing ketat, garis pertahanan tinggi, rotasi pemain yang cair dan terstruktur, serta agresivitas menyerang yang dominan. Permainan inilah yang menarik minat Max Eberl dan Christoph Freud untuk merekrut Vincent Kompany sebagai pelatih kepala baru, sebab permainan seperti itu sesuai dengan filosofi Bayern Munchen, yakni penguasaan bola, kolektivitas antar pemain, pressing tinggi, garis pertahanan tinggi, agresivitas menyerang, fluiditas antar posisi pemain. 

Dari semua itu, meski menunjukkan ada minatnya terhadap Vincent Kompany, namun Max Eberl dan Christoph Freud berhati-hati dalam menunjuk Vincent Kompany, sebab seperti yang telah disampaikan sebelumnya, hasil yang didapatkan oleh Burnley dengan permainan Vincent Kompany adalah degradasi. Untuk itu, Christoph Freud dan Max Eberl butuh waktu untuk menganalisis dan meyakinkan pilihannya tersebut.

Selain menunggu keyakinan akan keputusannya, mantan pelatih kepala Bayern Munchen 2014-2016, Pep Guardiola, menyatakan bahwa "Vincent Kompany sebagai pelatih potensial dengan ambisi dan bakat yang luar biasa". Sebagai guru dari Vincent Kompany, Pep Guardiola merekomendasikan Vincent Kompany sebagai suksesor di Bayern Munchen sebab ia meyakini suatu saat Vincent Kompany akan menjadi pelatih terbaik di dunia sepak bola.

Dari Keraguan Menuju Keyakinan

Setelah mereka menganalisis semua yang dimiliki oleh Vincent Kompany dan juga Burnley. Max Eberl dan Christoph Freud dengan yakin menunjuk Vincent Kompany sebagai pelatih kepala baru FC Bayern Munchen untuk musim 2024/2025. Keputusan ini diambil atas dasar pertimbangan Pep Guardiola dan juga pertimbangan kualitas pemain. 

Pertimbangan Pep Guardiola menjadi masukan yang sangat berarti bagi manajemen klub meski mereka tau bahwa Pep Guardiola saat ini masih melatih Manchester City. Namun di tengah tekanan yang ia hadapi bersama Manchester City, ia memberi pernyataan kepada manajemen Bayern Munchen untuk segera merekrut Vincent Kompany sebagai pelatih kepala baru karena ia mempercayai potensi yang dimiliki olehnya. 

Selain pertimbangan Pep Guardiola, manajemen Bayern Munchen juga mempertimbangkan kesenjangan antara kualitas pemain Bayern Munchen dengan Burnley dalam menjalankan permainan Vincent Kompany. 

Max Eberl dan Christoph Freud dalam analisisnya menyatakan bahwa penyebab Burnley terdegradasi dari EPL bukanlah semata-mata karena permainan Vincent Kompany yang terlalu terbuka, namun kesenjangan antara kualitas pemain Burnley yang dibawah rata-rata dengan skema permainan Vincent Kompany yang lebih agresif membuat ketidaksinkronan antara permainan dengan hasil. Untuk itu, Max Eberl dan Christoph Freud meyakini bahwa Vincent Kompany hanya membutuhkan kualitas pemain terbaik untuk menjalankan permainannya, yang mana kualitas tersebut dimiliki oleh Bayern Munchen. 

Keyakinan Berujung Juara Bundesliga

Seluruh keraguan diawal telah dibayar tuntas oleh Vincent Kompany dengan berhasil mengembalikan juara Bundesliga musim 2024/2025 yang sebelumnya telah diambil alih oleh Bayer Leverkusen pada musim 2023/2024. Dengan juara Bundesliga, Vincent Kompany membuka jalan barunya di Bayern Munchen dengan pelatih bermental juara, bukan lagi pelatih medioker. Apalagi permainan yang diusungnya sesuai dengan filosofi Bayern Munchen. 

Meski menjuarai Bundesliga, namun di musim 2024/2025 langkah Bayern Munchen terhenti oleh Inter Milan di Perempat Final UEFA Champions League (UCL), Bayer Leverkusen di 16 Besar DFB Pokal, dan Paris Saint Germain di Perempat Final FIFA Club World Cup. Kekalahan tersebut menjadi pembelajaran tersendiri bagi Vincent Kompany dan juga seluruh staff dan pemain untuk menyusun kembali rencana permainan di musim 2025/2026.

Permainan Yang Lebih Matang di Musim 2025/2026

Di musim 2025/2026 awal ini, Bayern Munchen menjadi tim yang sangat disegani di eropa, bagaimana tidak jika kita melihat permainan mereka yang lebih fluiditas dan cair antar posisi, terutama posisi Harry Kane, Serge Gnabry, Luis Diaz, Michael Olise, Joshua Kimmich, dan Konrad Laimer yang bisa berputar-putar posisi di sepanjang permainan. Ini dibuktikan dengan kemenangan mereka atas Chelsea di UCL dengan skor 3-1 beberapa waktu lalu. Permainan mereka begitu cair dengan possesion 56% dan akurasi umpan 90%. Kematangan dari sisi permainan ini menjadi bukti nyata bahwa apa yang selama ini Max Eberl dan Christoph Freud perjuangkan untuk Vincent Kompany tidak berakhir sia-sia, melainkan ini menjadi awal dari kemenangan Bayern Munchen

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun