Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pandemi Meningkatkan Mobilitas Manusia Indonesia

1 Maret 2022   08:30 Diperbarui: 1 Maret 2022   09:04 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
di bawah petunjuk ara (Dokpri)

Kemarin Ito Nat - tenanku ( penyewa lahan ) pamitan pulang kampung ke Tanah Tapanuli. Aku sudah menduga jika akan terjadi perubahan pasca istrinya mengalami PHK karena perusahaan tempat bekerjanya tutup ( Bandara Halim ).

Diantara beberapa tenan, Ito Nat yang bekerja sebagai pengemudi taksi online merupakan tenan yang paling gentle. Pembayaran tepat waktu kalaupun bakalan telat, dia akan info sebelumnya. Pernah saat jatuh tempo, dia sebenarnya sedang dirawat di Rumah Sakit eh dia keluar buat datang ke rumah membayar sewa. Sebenarnya sudah ditawari nomor  rekening bank, namun dia lebih memilih membayar tunai, dimana sembari membayar pasti membawa panganan. Sikap gentlenya yang lain adalah saat dia tahu aku sedang berkeliaran di service area belakang rumah tempat jemuran dan cuci piring,  dia tidak akan langsung datang. Tapi akan berdehem dulu atau memarkir motornya dikejauhan jadi kusempat masuk rumah buat pasang jilbab. Ito Nat non muslim loh.

Nat mengatakan pekerjaan yang akan ditekuninya  di Tapanuli nanti adalah bertani. Glek saya mendengarnya, secara dia itu bertubuh cukup tambun dan gerakannya kurang gesit, apakah sanggup bekerja sebagai petani?

Ada tanah perkebunan yang cukup luas menanti dan pastinya Nat tidak akan bekerja sendiri. Namun tetap saja kendali berada di tangannya. Mungkin kesadaran ini akan membuatnya bergerak lebih cepat dan gesit. Tubuh menjadi liat dan kesehatannya akan membaik. Selama jadi tenan, dia beberapa kali sakit bahkan 2 kali masuk Rumah Sakit yang lebih disebabkan lemahnya daya imun tubuh karena makan sembarangan dan kurang bergerak. Bukan hanya Nat semata yang beralih profesi jadi Petani, masih banyak hingga berpengaruh secara nasional. 

Kepala Badan Pusat Statistika (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan beban tenaga kerja sektor pertanian saat ini meningkat karena banyak PHK di kota, di mana para pekerja kembali ke desa. Alhasil, tenaga kerja sektor ini menjadi 29,76 persen pada 2020 dari 27,53 persen pada 2019.

 "Padahal share pertanian ke PDB hanya 13 persen tetapi harus menanggung beban yang lebih berat akibat peningkatan tenaga kerja, jadi berpotensi akan menurunkan produktivitas sektor pertanian," katanya dalam diskusi Indef, Rabu (17/2/2021).

Dilain pihak, ketika kami singgah di Jogjakarta 3 hari, anak asuh saya -si Genduk bercerita kalau mereka akan hijrah kembali ke Jakarta. 4 tahun di sana, masa bulan madu dengan Jogjakarta hanya 2 tahun selanjutnya pandemi datang. Menantu dirumahkan, yang awalnya gaji jadi 30% lama-lama  tak bergaji. Memang dia masih dapat pekerjaan freelance dari beberapa media televisi di Jakarta. Ini membuat menantu berpikir dengan orderan yang selalu datang dari Jakarta, kenapa tak sekalian tinggal di Jakarta.

Genduk dalam hati bersyukur karena dia ingin mendekat ke keluarganya serta membantu Ibunya yang kewalahan mengurus rumah dengan 5 anak dan 2 orang dewasa yang sakit berat ( Stroke dan gagal ginjal).

"Ibu capek, Nak," kata-kata Ibunya yang membuatnya ingin segera mendampingi dan membantunya.

Genduk tak pernah menyampaikan ini pada suaminya karena tahu banget kalau Jogjakarta  is her husband dream.

Sebenarnya memutuskan kembali ke Jakarta semacam kekalahan bagi suaminya yang memiliki idealisme untuk tinggal serta berkarya di kota budaya maka Genduk minta supaya kami tidak membahasnya. Kendatipun tempat kerja serta  tinggal di jakarta sudah didapat.

Nat dan menantu tidaklah sendiri, pandemi membuat orang harus segera menyesuaikan diri dengannya. Banyak orang kehilangan pekerjaannya sehingga memutuskan untuk membuat usaha. Ada yang berhasil, ada yang tidak. Saat baru-baru ini saya berlibur di Klaten, cukup tercengang dengan ramainya outlet makanan sepanjang jalan. Lidah orang Klaten menyesuaikan diri dengan aneka makan Nusantara termasuk cilok, siomay, KFC ( Klaten Fried Chicken ) dan Kebab. Sembari berdoa agar outlet-outlet itu laris manis, saya katakan pada Pak  Gianto yang mengemudikan kendaraan,

"Wah ramai sekali ya pedagang makanan."

Dokpri
Dokpri

"Iya,  membuka makanan adalah pilihan termudah bagi para korban PHK terutama yang berusia 40 tahun ke atas. Manakala kesempatan tidak terlalu terbuka lebar bagi mereka." Jelasnya yang membuat saya terkagum, kok cerdas banget supir satu ini.

Apalagi saat dia melanjutkan, "Saya pernah dengar orang HRD mengatakan lebih baik dia merekruit dan mengajari orang baru lulus yang bisa dibayar murah daripada membayar orang yang sudah berpengalaman tapi minta gaji tinggi."

Whaat?  kecerdasannya tidak bisa dianggap remeh nih Pak Gianto. Pak Gianto sendiri dipakai tenaganya secara freelance oleh tuan rumah tempat saya tinggal selama di Klaten. Kalau tidak ada tamu, tuan rumah jarang keluar dan sekalinya keluar akan menyetir sendiri, Pak Gianto akan ikut kerja bangunan di proyek-proyek yang sedang berjalan.

Si cantik Atalia yang isteri gubernur Ridwan Kamil menyampaikan,  "Notaris di Jabar itu sekitar 20 persennya sekarang usaha makanan. Dokter juga sama, banyak yang dagang makanan," saat menjadi salah satu narasumber di The Global Advance Research Conference on Management and Business Studies (GARCOMBS). Konferensi bertaraf internasional tersebut digelar pada Sabtu hingga Ahad (24-25/10) secara virtual.

Atalia menjelaskan, kenapa masyarakat dari berbagai kalangan berbisnis makanan karena mereka semua harus bertahan. "Misalnya dokter kan merek punya klinik harus dibayar jadi cari pendapatan lain," katanya.

Setiap orang harus melakukan penyesuaian diri, mau dari kelas buruh hingga dokter maupun notaris. Saya jadi menyayangkan seorang teman terkena stroke dan akhirnya meninggal karena bingung setelah kehilangan pekerjaannya padahal dia tulang punggung keluarga karena suaminya sudah lama tidak bekerja. Saat ia terpuruk, kami menasehatinya agar menjual rumahnya yang besar dan menukarnya dengan yang lebih kecil hingga ada sisa dana untuk modal usaha. Dia menolak karena tidak ingin mengurangi kenyamanan keluarga. Bahkan demi kenyamanan keluarga, uang arisan serta sedikit pesangon yang diperolehnya malah dipakai untuk berlibur semi mewah sekeluarga ke Bali dan Bandung, setelah itu dia membelikan motor 200 CC untuk anaknya. Ketika kami tegur, ia menjawab sudah terlanjur janji.  Ini sungguh membuat kami hanya bisa menghela napas. Sampai sekarang sungguh kami sekali lagi hanya bisa menghela dan menarik napas panjang mengingatnya. Memang pandemi kadang membuat orang kehabisan akal.

Makanya doa tulus kupanjatkan untuk keberhasilan  Nat, menantu juga orang-orang yang harus berpindah haluan demi kelangsungan hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun